SAAT ini,aku tengah berusaha meyakinkan akan perasaanku, dan sepertinya persaan ini menjadi kian berbeda terhadap sosok peremuan yang bernama Annisa.
Yaa .... aku merasakan jika perasaan ku saat ini percis,pernah aku rasakan ketika aku sedang jatuh cinta kepada seseorang.
Ada rasa rindu bila tak berjumpa,ada perasaan cemas bila sehari saja aku tidak mengetahui keadaanya.
Walaupun aku berusaha untuk memungkirinya tapi hati kecilku selalu berkata berbeda,sehingga hal itu tidak bisa ku pungkiri lagi,ya Aku telah jatuh Cinta.
Siang ini aku berniat untuk mencari Adam,sepertinya aku perlu bantuannya,aku tersenyum penuh arti.
" Pak Erwin tunggu! " panggilku lantang ketika aku melihat staf kepala bagian melintas di hadapanku.
" Iya pak Joan ada apa ya ?" tanya pak Erwin menghentikan langkahnya.
" Apakah pak Erwin melihat Adam ?" tanyaku pelan.
Pak Erwin terlihat berpikir.Selanjutnya dia menjawab pertanyaanku.
" Oh,tadi saya liat Adam pergi ke Musola basement pak." jawab Pak Erwin dengan pernuh rasa hormat kepadaku.
" Ok, terimakasih banyak pak Erwin." balasku tersenyum lembut.
" Sama-sama pak,tapi mohon maaf pak Joan,kalau boleh tau bapak mencari Adam ada perlu apa ya pak ?" Tanya Pak Erwin dengan sedikit penasaran.
Pak Erwin adalah kepala bagian dari Marketing pemasaran,tentunya dia perlu tau akan anak buahnya tersebut.
" Tidak ada apa-apa Pak,saya hanya ada sedikit keperluan saja sama Adam." jelasku dengan tersenyum.
Pak Erwin terlihat memahami.
" Baiklah nanti saya akan sampaikan sama Adam jika dia sudah kembali dari Musola." ujar pak Erwin.
" Baiklah pak Erwin,terimakasih banyak." ucapku lega.
" Sama-sama pak Joan." Balas pak Erwin dengan tersenyum ramah.
Tak berapa lama pintu ruanganku ada yang mengetuk,aku pun dengan sigap mempersilahkan orang tersebut untuk segera masuk.
" Masuk !" Jawabku singkat dari dalam.
Perlahan daun pintu itu terbuka lalu di balik pintu itu adam terlihat menyembul.
" Selamat siang pak Joan ! Apakah benar Bapak mencari saya ?." Tanya Adam dengan sikap sopan santun.
" Iya Adam silahkan kamu duduk !" jawabku tersenyum hangat.
" Makasih pak." jawab Adam tersenyum simpul namun sekilas terlihat ada kecemasan di raut wajahnya.
" Maaf Adam saya menggangu waktu kerjamu,saya memanggil kamu ke ruangan saya sebenarnya ini bukan permasalahan pekerjaan." ucapku mengawali pembicaraan.
Adam menatapku dengan berbagai perasaan,aku melanjutkan pembicaraanku.
" Mungkin di dalam hati kamu sedang bertanya- tanya akan maksud dari tujuan saya memanggil kamu?" tanyaku dengan nada lembut, Adam tidak menjawab ia hanya tersenyum kaku.
" Begini Adam,Saya ingin bertanya sesuatu sama kamu,ini tentang kakak kamu ?" ujarku langsung ke topik permasalahan.
Adam menatapku dengan seksama ia terlihat terkejut.
" Kakak saya pak ? " tanya adam heran.
" Iya !kamu adiknya Annisa kan ?" tanya ku menatap dalam wajahnya Adam yang mulai terlihat cemas sekaligus khawatir dengan pertanyaanku ini.
" Iya Pak.Mbak Annisa adalah Kakak kandung saya." Jawab Adam singkat.
Aku tersenyum cukup lebar.
" Lalu ada apa dengan Kakak saya pak.?" Tanya Adam terlihat harap harap cemas.
Aku tersenyum melihat reaksi Adam sedkit berbeda.
" Sebenarnya ini tidaklah terlalu penting,namun saya mengiginkan jawaban yang pasti dari kamu." Ungkapku dengan menatap dalam Adam.
Adam terdiam menatap berbagai pertanyaan ke arahku.
Aku terhenti sejenak menatap penuh wajah Adam.
" Adam,apakah Kakakmu sudah memiliki pasangan,tepatnya sudah menikah?" Tanyaku pelan, Adam terdiam menatapku dengan polos.
Aku menatap panjang Adam dengan menuntut sebuah jawaban yang pasti.
" Kak Annisa belum menikah Pak." jawab Adam singkat.
Aku tersenyum penuh arti, lalu menatap Adam kembali dengan perasaan lega,sekiranya ada secercah harapan yang muncul di dalam hasratku ketika mengetahui jawaban pasti dari Adam.
" Maaf pak,Kenapa pak Joan bertanya seperti itu ?" tanya Adam terlihat ragu.
Aku menggeleng dengan tersenyum simpul.
" Aku hanya ingin tahu dan sekaligus mengenal lebih jauh tentang Kakak mu itu." jawabku lugas.
Adam mengernyit menatapku kian dalam.
Aku yakin dalam pikiran laki-laki berwajah ke arab-araban ini timbul berbagai pertanyaan.
" Oya Adam,apakah kamu bisa memberi tahu aku sedikit tentang keyakinanmu ?" ujarku dengan tersenyum penuh makna.
" Maksud Bapak ?" Sejurus kemudian Adam justru terlihat tercengang sehingga bertanya balik kepadaku dengan sorot mata yang tak biasa.
" Tolong kamu jelaskan tentang sebuah keyakinan yang kamu yakini selama ini " ucapku dengan menatap serius.
Adam terdiam seraya menatap jauh kedalam wajahku.
Seolah-olah ia sedang mengartikan sesuatu hal dari sebuah pertanyaanku tersebut.
" Aku hanya ingin tahu,secara garis besarnya saja tentang bagaimana Agamamu itu,tidak lebih." ucapku kembali mempertegas maksud dari pertanyaan ku,agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Adam terlihat menghela dengan menatapku ragu,ada perasaan cemas menggelayuti perasaanya.
" Saya seorang muslim Pak." balas Adam singkat.
" Maaf ! kita memang berbeda keyakinan,so aku tak paham sama sekali atas apa keyakinanmu itu,bisa kamu kasih tau hal itu ?." ujarku sedikit terbata,aku merasa sensitif jika harus berbicara sebuah keyakinan.Jika salah berbicara maka akan menjadi kesalahan yang begitu fatal.
Sebelum Adam menjawab pertanyaanku Adam mengangguk dengan penuh rasa peduli,lalu ia tersenyum lembut.
" Apakah ada banyak peraturan atau larangan yang di buat oleh Agamamu tersebut.?" tanyaku tidak sabar.
" Tentu saja pak,Islam adalah Agama yang memiliki banyak pelaturan,dan pelaturan tersebut menyangkut perintah serta larangan dalam beribadah maupun dalam kehidupan kita sehari-hari, bahkan ada batasan-batasannya dalam menjalani kehidupan kita sebagai seorang muslim,tentunya sebagai seorang muslim kita harus bahkan wajib memahami apa yang di perintahkan dan apa yang di larangan oleh Tuhan,karena semua perintah dan larangan sudah tercantum di dalam sebuah kitab,yakni Al-Quran.jadi perintah serta larangan itu tidak ada yang bisa merubahnya." ujar Adam begitu jelas.
Aku mencoba memahami apa yang di sampaikan oleh Adam.
" Apakah bapak dapat memahaminya ?" tanya Adam menatap intens.
" Yaa Aku mengerti,karena tak hanya di Agamamu yang memiliki sebuah aturan,dalam keyakinanku saja terdapat banyak pelaturan serta perintah yang harus di laksanakan dengan baik." imbuhku menambahkan.
" Yaa semua Agama menyeru pada kebaikan,hanya saja kita berbeda jalan hingga cara beribadahnya." Tambah Adam tersenyum.
Aku mengangguk pasti.Adam terlihat begitu bijaksana dalam menyikapi sikapku ini.
" Tapi pak...., ??" Ucap Adam menggantung ia menjeda ucapannya lalu sejenak ia menatapku dengan penuh rasa curiga.
Aku menatap heran atas sikap Adam tersebut.
" Tapi kenapa Dam ?" Tanyaku penasaran.
" Mohon maaf pak sebelumnya saya mau bertanya seseuatu kepada bapak." ujar Adam seraya membenarkan posisi duduknya dengan serius.
Aku semakin penasaran sekaligus resah mendengar ucapannya.
" Bertanya apa ?" tanyaku dengan harap-harap cemas.
Kali ini aku yang merasa paling khawatir.
" Kenapa Bapak ingin tahu banyak tentang Agama saya.?" Sejurus Adam menatapku dengan tajam dan bertanya cukup tegas kepadaku, hal ini berhasil membuatku merasa kurang nyaman.
" Hmm...,saya hanya ingin tahu saja,tidak lebih dan tidak ada hal buruk dari rasa penasaranku tentang keyakinanmu tersebut." balas ku tersenyum.
Adam menatapku dengan seksama.
" Yaa.. Bisa dikatakan saya mulai tertarik dengan keyakinan kamu tersebut." imbuhku kembali.
" Tertarik dalam hal apa Pak ?Mohon maaf Saya bertanya sedikit lancang sama Bapak." ucap Adam dengan penuh rasa hormat.
" Ow.. Kurasa itu sebuah pertanyaan yang wajar,itu bagus.Supaya tidak ada prasangka buruk di dalam hati kamu." aku bersikap lebih tenang.
" Saya tahu maksud dari perkataanmu seperti apa.Well Don't worry,saya tidak ada bermaksud jelek terhadap keyakinanmu itu,karena ketertarikanku ini hanya sekedar rasa ingin tahu saja." jelasku kembali.
" Iya saya mengerti itu,tapi jika saya boleh tahu secara efesiensinya Bapak tertarik dalam hal apa atas keyakinanku ini ?." kembali Adam bertanya kepadaku dengan sedikit tegas.Sontak membuat sedikit meradang.
Ternyata Adam seorang lelaki yang sangat kritis dan tegas dalam bersikap, dan itu bisa aku lihat dari beberapa pertanyaan yang dia lontarkan untukku begitu sangat detail.
Aku terdiam nyaris menahan napasku.Aku bingung harus berkata apa,karena sesungguhnya aku hanya tertarik kepada sosok Annisa bukan pada keyakinannya.
Sepertinya aku salah memilih tema obrolan.Aku tersenyum pasi seraya menatap Adam dengan berbagai perasaan.
" Hmmm apa yaa ? Saya rasa wajar jika saya ingin tahu tentang sebuah keyakinan yang lain untuk saya pelajari,jika ada sebuah nilai kebaikannya kenapa tidak saya mengikutinya." ujarku dengan perasaan kaku.
" Tapi pak,Agama itu tidak untuk di permainkan,.Apa lagi kita hanya ingin sekedar tahu nilai sisi baik atau buruk keyakinan nya seseorang, hanya untuk maksud tertentu,atau juga,hanya untuk mencari celah suatu kelemahan dalam Agama tersebut.Misal hanya untuk menjelek-jelekan seseorang atas dasar agamanya itu sendiri.Bahkan hal itu bisa menyebabkan terjadinya sebuah pelecehan agama, akibatnya kan bisa patal pak." Jelas Adam dengan arif.
Aku menatap dalam wajah Adam yang masih menatapku dengan sorot mata yang tajam lalu ia pun kembali bertanya hingga membuat hatiku mulai di landa keresahan.
" Atau bisa jadi hanya untuk sebuah formalitas demi untuk mendekati seseorang saja,atau ada maksud tertentu?" Ucap Adam tandas hingga ucapannya begitu mengena di hatiku.
DEK.....
Benar saja perkataan Adam terasa begitu menohok ulu hatiku.Secerdas itukah seorang Adam hingga mampu menyelami isi hatiku saat ini.
" Oh No !! Adam,saya rasa tak nak sikit pun saya berniatan untuk mempermainkan Agama seseorang.Sama sekali tak nak." Jelasku mencoba meyakinkan perasaan Adam yang secara tidak langsung tengah menuduhku.
Aku tersenyum mencoba menghangatkan suasana yang mulai terasa kaku dan menegang.
" Saya tegaskan sekali lagi,bahwa saya hanya ingin tahu saja tentang ISLAM secara spesifik." balasku merendah.
" Mohon maaf Pak,ketika seseorang ingin mengetahui sesuatu hal tentang sebuah keyakinan Agama yang lain, alesannya hanya ada dua,kemungkinan yang pertama bisa jadi dia benar-benar ingin tau dan hijrah karena mendapatkan hidayah,dan yang ke dua hanya ada maksud dan tujuan tertentu yang sedang di rencanakannya." Jelas lagi Adam membuat telingaku setidaknya terasa panas.
Sebuah Argumen yang cukup sulit aku akhiri,Adam kian menekan perasaanku dan mencecar aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit aku abaikan.
Awalnya aku hanya ingin tahu saja,namun kini keingin tahuan ku menjadi buntut perkara yang kian panjang.
Aku semakin tak mengerti dengan apa yang di sampaikan oleh Adam.
" Hidayah dan hijrah hanya di miliki oleh orang-orang yang beruntung,karena hatinya telah di gerakannya oleh ALLAH untuk menemukan sebuah jalan kebenaran." ungkap kembali Adam dengan penuh arti menatapku.
" ALLAH ?" Tanyaku dengan mengernyitkan kedua alisku.
" Yaa...,DIA adalah tuhanku yang MAHA ESA " Jelas Adam dengan tegas.
" TUHAN kamu ada berapa ?." Tanyaku semakin penasaran
" TUHAN saya hanya satu pak." jawab Adam mantap.
" Dan DIAlah ALLAH SUBHANAHU WA TA'LA." ungkap Adam singkat.
Tiba-tiba darah ini Berdesir hebat ketika mendengar penuturannya Adam,dan apa yang di ucapkan oleh Adam terasa mengena di hatiku.
Ada perasaan yang sulit aku artikan dengan sebuah kata- kata ,dan selama aku bernapas kalimat inilah yang paling begitu menyentuh relung hatiku.
Aku terpaku dengan segala ucapan sosok seorang Adam salah satu staf Marketing pemasaran dan tentunya jabatannya berada di bawahku,akan tetapi ia telah berhasil menggoyahkan sesuatu hal yang aku genggam selama ini.
Kata-katanya mampu mengombang ambingkan keyakinanku yang selama ini aku pegang teguh.
Aku yang bergelar seorang Arsitektur ini tiba-tiba merasa kerdil di hadapan seorang Adam yang telah mengatakan sesuatu hal tentang sebuah keyakinan berupa aqidah.
AKU tercenung dengan apa yang telah Adam sampaikan dan tentu saja apa yang telah ia sampaikan itu setidaknya cukup berpengaruh pada keyakinanku,jadi apa yang selama ini aku genggam tiba-tiba saja terlepas dari genggaman tanganku hingga perlahan memudar seperti jiwa yang terlepas dari rasa belenggu yang selama ini menahannya.
Rasa gelisah serta cemas itu ikut hadir mewarnai kebimbangan di dalam batinku ini,sejenak aku hanya terdiam tanpa berbicara.
" Pak Joan !" panggil Adam mengejutkan ku dalam lamunan.
Aku terperangah saat suara Adam memecah keheningan.
" Oh ya sorry,saya sedikit melamun." selaku terbata.
" Apakah ada yang kurang berkenan atas ucapanku ini pak ?" Tanya Adam dengan penuh selidik.
" Oh tidak.Tidak sama sekali." balasku terbata-bata.
" Mohon maaf pak,sepertinya saya harus kembali ke ruangan saya,jam istirahat sudah selesai." ucap Adam berpamitan.
" Oh ya silahkan !" balasku yang masih terlihat gugup.
" Soalnya masih banyak perkerjaan yang harus saya selesaikan." kembali Adam menjelaskan.
" Ya saya paham,saya minta maaf sudah mengganggu jam istirahat kamu." ungkapku menatap tak enak hati.
" Tidak sama sekali pak,." Jelas Adam tersenyum kecil ke arahku.
" Makasih banyak atas waktunya." ucapku berterimakasih.
" Sama-sama pak,Mari Pak saya permisi dulu." Balas Adam seraya bangkit dari duduknya dan berpamitan keluar meninggalkan ruangan ku.
Aku mengangguk dengan tersenyum enteng.Menatap langkah Adam yang menuju keluar,lalu bayangan pria itupun hilang di balik pintu.
Aku menghela napas panjang menatap ruangan tersebut dengan hampa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments