CAHAYA mentari pagi menerobos celah-celah tirai jendela kamarku,sinarnya mulai terasa hangat menembus kedalam ruangan kamar Apartemenku.Perlahan kubuka mata ini dan menatap lepas langit-langit kamar ku,aku menggeser bola mataku melirik ke arah wanita yang duduk manis seraya tersenyum di ujung tempat tidurku.
Wanita itu membawakan secangkir kopi panas kesukaanku,kopi tersebut terlihat masih mengepul,dan sontak aromanya begitu menyeruak ke seluruh ruangan kamarku.
Jesica menghampiriku dengan mengenakan handuk kimono yang sedikit memperlihatkan bagian ujung dadanya.Mulus dan putih.
Handuk kecil nampak menggulung rambut basahnya, Jesica nampak tersenyum penuh arti ke arahku.
Aku menggeliat merasakan seluruh tubuh ku terasa pegal-pegal.
" Thank's Honey, you sudah buat ay tertidur dengan nyenyak malam ini." ujar Jesica seraya membenarkan handuk kimono bagian dadanya untuk terlihat lebih syur,sesaat aku masih terkantuk-kantuk namun mencoba menatapnya dengan penuh rasa,melewatkan pemadangan indah itu membuatku menyesal.
Sebuah kecupan kembali mendarat di pipiku,aku meringis tak membalas kecupan tersebut,jari tangan Jesica mengelus dadaku yang telanjang dengan tersenyum penuh arti.
Aku menggeleng,gairah itu rupanya masih membekas.
" Jam berapa ini ?" tanyaku seraya mengucek kedua mataku.
" Tenang honey.Ini masih pagi,baru pukul tujuh pagi." balas Jesica seraya berniat kembali ingin merangkulku dan mengecup leherku dengan penuh gairah.
Aku terperanjat mendengar pernyataan Jesica.
" ### OH MY GOD !"
Sontak aku terperanjat.
Nyaris saja aku terloncat dari tempat tidurku dan spontan melepaskan tangan Jesica yang masih melingkar di tubuhku.
Dengan cepat kusibakan selimutku lalu bergegas berlari menuju kamar mandi.
" Ada apa sayang ?" teriak Jesica dari bilik ruangan.
" Hari ini ada acara di kantorku." balasku dari bilik kamar mandi.
" Lalu ?? ay mesti gimana ?" sela Jesica terdengar sedih.
" Kamu tunggu di Apartemenku sampai aku kembali.Jika acaranya selesai dengan cepat nanti siang aku jemput kamu." jelasku seraya bergegas membersihkan diri.
" Baiklah !" balas Jesica pasrah.
Dengan langkah tergesa-gesa aku segera berjalan menuju lift.
Untuk yang kedua kalinya aku terlambat kembali, entahlah perasaanku tiba-tiba saja menjadi tidak karuan.Bayangan wajah Miska pun muncul di benaku.Tentunya dia akan memperlihatkan sikap tidak sukanya atas keterlambatan ku ini.
Hal ini sudah ku perhitungkan baik-baik dan tentunya Miska akan melontarkan kata-kata yang pedas jika dia tahu aku kembali terlambat masuk kerja hari ini.
Aku menunggu di depan pintu lift dengan perasaan kian tak pasti,rasa gelisah serta was-was kian mendominasi perasaanku.
Setelah beberapa menit kemudian akhirnya pintu lift tersebut terbuka lebar aku menarik napas panjang lalu berusaha untuk lebih tenang,agar aku tidak panik dengan keterlambatanku ini.
Tanpa pikir panjang aku pun segera bergegas melangkah cepat memasuki lift itu,namun tiba tiba...,
Bruukkk !!
Sepertinya aku menabrak seseorang yang hendak keluar dari lift tersebut.
" ASTAGFIRULLAH !! " Pekikannnya cukup keras hingga terdengar oleh ku.
Seseorang yang ku tabrak itu memekik dengan penuh rasa terkejut, aku pun ikut tersentak lalu segera menolehnya.
Bola mataku membulat setelah tau siapa yang bertabrakan denganku ia adalah perempuan yang berbusana aneh tersebut.
Beberapa buku yang di bawa perempuan itu tercecer di lantai.
Sontak aku pun merasa bersalah atas sikap ceroboh ku ini, dengan terpaksa aku membatalkan diri untuk memasuki lift tersebut.
Aku pun segera menolong wanita itu dengan mengambil beberapa bukunya yang terjatuh di lantai.
" Sorry!! Aku tidak sengaja." Pintaku seraya membungkuk hendak mengambilkan buku yang berserakan di lantai.
" Tidak apa-apa,jangan ! aku bisa ambil sendiri." Sergah perempuan itu dengan cepat melarangku untuk membantunya.
Aku tertahan,perempuan itu dengan sigap segera mengambil satu-persatu buku-bukunya,sementara aku hanya terdiam memperhatikan aksi nya tersebut.
" Maaf permisi !" pamit perempuan itu dengan sopan.
Ketika perempuan itu hendak melangkah kembali aku segera menahannya.
" Tunggu.!!" Sergahku cepat,lalu si perempuan berbusana aneh itu pun menahan langkahnya seraya menolehku ke arahku.
" Hmm,kamu,kamu tidak kenapa-napa ?" tanyaku terbata, dengan sekuat tenaga aku memberanikan diri untuk bertanya.
"............"
Perempuan itu tidak menjawab dia hanya menggeleng dengan tersenyum lembut.
Nyesss
Ada yang berdesir di aliran darahku.
" ASTAGA !! Senyumnya begitu mempesona." seruku di dalam hati bersorak.
Dan perempuan itu tak lama hendak melangkah kembali.
" Oya,tunggu !!" sergahku cepat.
" sepertinya kita pernah bertemu ?" tanyaku memberanikan diri untuk berbicara.
Perempuan setengah menahan langkahnya dan telihat memicingkan kedua matanya dengan raut wajah sedikit heran.
Sepertinya ia sedang mengingat-ngingat akan wajahku,wajahku tampan tentu setiap wanita yang melihatnya akan tergoda.Puji ku dalam hati tersenyum penuh kemenangan.
Wanita itu terlihat masih mengingat-ngingat.
" Di toko buku ! " selaku dengan cepat namun perempuan itu hanya tersenyum tanpa ekspresi.
" Ya,kita pernah bertemu di toko buku." ucapku mempertegas.
" Namaku Joan.Kamu ?" tanyaku seraya mengulurkan tanganku untuk mengajak wanita itu berkenalan,entah kenapa aku sedikit punya keberanian untuk berkenalan dengan perempuan berbusana aneh tersebut.
Perempuan dengan berbusana aneh itu hanya tersenyum tak bereaksi banyak,ia hanya menatap dingin ke arah tanganku yang masih menggantung di udara dengan tersenyum kaku.
" Maaf, saya Annisa." jawabnya lembut seraya mengangkat kedua tangannya hingga di disimpan di dadanya,sepertinya ia menolak berjabat tangan dengan ku.
Aku melongo atas sikap perempuan aneh tersebut.
Sejenak ku pandangi tanganku yang masih menggantung di udara,ku perhatikan secara seksama jika tanganku tidak kotor.
" Perasaan tanganku tidak kotor,tapi kenapa dia menolak bersalaman denganku ?" gumanku membatin dengan heran.
" Permisi !" pamit perempuan itu tertunduk,lalu perempuan itu pun pergi meninggalkanku dengan begitu saja.
Ku tarik tanganku dengan kecewa, aku membagikan pandanganku kesekelilingnya,aku berharap tidak ada yang memperhatikan ke arahku.Rasa malu campur kesal menjadi satu.
Aku menggaruk kepalaku yang tak terasa gatal.
" Aneh !Benar-benar wanita aneh." Gumanku dengan nada kecewa.
Dengan perasaan aneh aku pun kembali menekan satu tombol yang ada di dekat pintu lift tersebut,akan tetapi sebelum aku masuk kedalam lift, aku melihat sesuatu tergeletak begitu saja di lantai,dengan cepat akupun segera mengambil benda tersebut,benda itu berupa sebuah kartu nama yang tertuliskan...
ANNISA AZAHRA
" Annisa Azahra !! " Ucapku lirih.
Namun sejenak aku berpikir,Apakah nama perempuan itu Annisa Azahra ?
Aku kembali menatap ke arah kartu nama tersebut,ya perempuan itu mengatakan jika namanya Anisa.
Aku menggeleng,dan aku pun tersadar jika aku semakin terlambat di buatnya.
-----
Entah kenapa kartu nama tersebut tak bisa jauh dari sisiku, bahkan dari tadi aku terus memandangi nya ,hingga aku dengan perasaan senang memindahkannya ke atas tumpukan arsip-arsip ku.
" Hi Joan!" Reyan tiba-tiba menyapaku dari balik pintu.
Aku terkesiap.
" Hai Reyan !" balasku pelan seraya menatap Reyan yang mulai mendekatiku,lalu ia mengambil duduk di ujung meja kerjaku.
" Tadi kamu terlambat lagi ?" Tanya Reyan menatapku dengan serius.
Aku terdiam seraya memandangi laptop milikku.
" Tadi aku sempat mendengar jika bu Miska sedang mengomel,dia kesal karena kau terlambat kembali." ujar Reyan dengan wajah sedih.
" Huff..," Kumenghela napas seraya menatap datar ke arah Reyan yang masih menatapku dengan berbagai perasaan.
" Slow boy,you bisa tarik napas terlebih dahulu." Reyan menenangkan ku dengan penuh jenaka.
" You tau sendiri bu Miska macam apa, jika sudah merengut se isi kantor bisa membisu." ujar Reyan tersenyum penuh canda.
Aku terdiam.
" Padahal Apartemen you dengan office you tidak lah terlalu jauh,iya kan ?" ujar kembali Reyan bertanya dengan penuh selidik.
Aku mengangguk seraya mengekspresikan mulutku dengan ekspresif.
" Hmm....,mungkin kali ini nasib tak baik sedang menimpaku." balasku singkat.
" You lagi banyak pikiran,hingga gagal fokus?" Reyan menggodaku.
" Kurasa tidak." jawabku tersenyum enteng.
Renyan menggeleng.
" Eh apa itu?" tanya Reyan setelah menatap ke arah tumpukan arsip-arsipku,lalu ia pun mengambil kartu nama tersebut dan mengamatinya.
" Annisa Azahra." Kata Reyan sambil menyimak kembali biodata yang tertera di kartu nama tersebut.
" Sepertinya aku pernah mengenal nama ini Jo." Sela Reyan seraya menatapku.
" Apa kau hendak privat dengannya ?" tanya Reyan tersenyum curiga.
Aku tercekat menatap penuh antusias,ada harapan untuk bisa tahu banyak akan perempuan aneh tersebut.
" Kau mengenalnya Rey ?" Tanyaku semangat.
Sejenak Reyan nampak memikirkan sesuatu,namun sesaat kemudian ia menatapku dengan penuh rasa curiga.
" But,you dapat darimana kartu nama ini ?" tanyanya penuh selidik.
" So,tadi aku tidak sengaja berpapasan dengan pemilik nama itu ketika dia keluar dri lift,mungkin kartu nama itu terjatuh dari buku-bukunya dia." Jelasku pelan.
" Dia seorang wanita muslim lah Jo." jelas Reyan menatapku penuh arti.
Entah kenapa pernyataan rekan kerjaku itu seperti sebuah Warning bagiku.Aku mendesah.
" I know,muslim berarti dia beragama Islam kan ?" Tanyaku dengan ekspresi datar.
" Yaa iyalah Jo,you tak nampak dia mengenakan hijab." jelas Reyan tertawa kecil.
" Hijab ?? Apa itu hijab ?" tanyaku aneh.
" Penutup kepala yang dia pakai itu lah Jo,dan itu merupakan pakean perempuan muslim." jelas Reyan dengan tersenyum penuh arti kepadaku.
Aku tidak menjawab hanya saja aku sedang berpikir bahwa dugaanku selama ini benar adanya, jika wanita itu adalah seorang muslim.
" Why Jo ?." tanya Reyan mengejutkanku.
" Tidak apa-apa." jawabku singkat.
" Ada sesuatu kah di antara kalian ?" tanya Reyan menatapku dengan penuh rasa curiga.
Aku tersenyum sinis dan menatap sahabatku dengan perasaan sedikit kesal atas sorot matanya yang begitu penuh prasangka buruk kepadaku.
" Bagaimana bisa ada seseuatu hal di antara aku dan dia,sementara aku baru mengenalnya." terangku dengan tersenyum datar.
Reyan terlihat tersenyum penuh arti ke arahku hingga berhasil membuatku salah tingkah.
" Dia seorang Dosen muda di Universitas sebrang kantor kita sana Jo." ungkap Reyan kembali.
Aku cukup terpana mendengar keterangan Rey.
" Oya ?? jadi dia seorang Dosen ?by the way kamu memangnya mengenal dia ?" tanyaku dengan semakin penasaran akan sosok perempuan aneh tersebut.
" Terlalu kenal banget sih tidak,cuman mengenal saja Jo,karena adiknya salah satu staf di perusahaan ini." jelas Reyan mendalam.
Aku melongo mendengar penuturannya Reyan,jika perempuan aneh itu memiliki sang adik yang bekerja satu perusahaan dengan ku.Bagaimana bisa ? Aku membatin.
" Kenapa sih,sepertinya you penasaran sekali sama tuh perempuan ?" tanya Reyan mengejutkan ku kembali.
" Tidak juga,aku hanya sedang berpikir untuk mengembalikan kartu nama ini." balasku terbata.
Reyan mendesis dengan tersenyum penuh arti,seolah-olah dia tau dengan apa yang kurasa saat ini.
" Heu,untuk apa you kembalikan kartu itu ? Itu hanya kartu nama saja,tidak terlalu penting buat dia,stok kartu nama dia banyak mungkin." ujar Reyan tersenyum penuh cemooh.
Aku merengut sekaligus malu mendengar ucapannya Reyan,kata-katanya seperti sedang menjebakku.
" Ya siapa tahu stok kartu nama dia habis,jadi ada baiknya aku kembalikan kartu nama ini dan...," aku tak lantas Reyan memotong cepat kalimatku.
" Dan you pun meminta kenalan,haha haha.." Reyan tertawa puas.
Jleb..
Sepertinya Reyan mampu menyelami isi hatiku.
" Kamu terlalu buruk menuduhku." balasku dengan tersipu.
" Kita sama-sama sudah dewasa Jo haha haha." Reyan terbahak.
" By the way dia seorang perempuan muslim Jo,but,meskipun dia seorang muslim she is friendly ,memiliki sikap toleransi yang tinggi kok,tidak terlalu Fanatik gitu sama agama orang lain." ucap Reyan dengan tersenyum penuh arti kepadaku,sehingga membuatku semakin merasa salah tingkah.
Rasanya sulit sekali aku menanggapi perkataannya Reyan hanya dengan bersikap biasa saja.
" Oh !"
Hanya itu yang mampu aku ucapkan,selebihnya aku mengangguk-ngangguk tanpa pasti.
Sejenak aku pun terdiam mencoba membayangkan kembali paras cantiknya wajah seorang Annisa yang kecantiknya mampu mengalahkan kecantikan seorang Jesica,wanita yang telah lama menjadi teman kencanku ini.
..................
Perasaanku semakin hari semakin kian penasaran terhadap sosok Annisa,entahlah mungkin ini hanya perasaan simpatik saja atau lebih ke perasaan sebatas kagum,karena di usia relatif muda sosok Annisa telah menjadi seorang Dosen,aku yakin jika Annisa bukanlah sosok perempuan biasa.
Tapi setelah semakin aku rasakan justru aku menemukan perasaan yang tak biasa,perasaan yang kian tumbuh semakin besar di dalam hatiku terhadapnya,ada harapan yang tumbuh di dalam hati ini untuk sosok seorang Annisa.
Rasa yang tak biasa itu terus mengganggu pikiranku,dan entah kenapa perasaanku ini selalu tertuju kepadanya, sosok perempuan muslim cantik tersebut.
Perasaan itulah yang membuat aku semakin tidak mampu membendung rasa di dada ini, parasnya yang begitu lembut hingga mampu menenangkan jiwaku, merasakan hal yang tak pernah aku rasakan terhadap wanita lain,termasuk Jesica.
Ketika perempuan itu selalu tersenyum di setiap pertemuan,maka aku selalu merasakan jika jantungku berdetak lebih hebat.
Seolah-olah ia begitu sangat istimewa di mataku.
" OH MY GOD !" desisku kian tertekan dengan perasaan ku sendiri.
Apakah mungkin aku sedang jatuh cinta lagi ?
Karena aku sadar dengan perasaanku ini terhadap Annisa akan salah besar.Tapi yang ku tahu cinta tidak bisa memandang Ras ,Suku,Adat bahkan sebuah keyakinan.
Setiap kali aku mengingat akan perempuan berhijab itu setiap kali itu pula jantung ini berdegup lebih kencang seperti genderang yang mau perang.
Berbeda sekali dengan perasaanku ketika aku bertemu dengan Jesica di sebuah Pesta malam,terkesan biasa saja,dia cantik juga seksi wajar jika aku tertarik kepadanya.
Tapi....
Tapi berbeda akan perasaan saat ini.Aku menghela merasakan perasaan ini semakin membuatku tak berdaya.
Ku reguk perlahan secangkir kopi hangat yang setia menemaniku dikala sepi melewati setiap malam di Ibu kota, pandanganku lurus menerawang jauh ke arah sebrang Apartemenku.
Seperti biasa aku memandangi sebuah kamar yang selalu menarik perhatian ku, dan kali ini kamar tersebut nampak masih terang,sepertinya sang penghuni kamar tersebut masih terjaga belum terlelap dalam buaian mimipinya.
Bisa jadi sang penghuni tersebut masih menikmati hingar bingarnyanya kota metropolitan.
Aku masih menikmati kesunyian ini dengan hadirnya secangkir kopi hangat kesukaanku.
Tak berapa lama kamar sebrang Apartemen ku terlihat gelap,tak ada bias cahaya sedikitpun,waktu masih menunjukan jam sepuluh malam,aku menatapnya tanpa berprasangka apapun.
Aku menggeliat merenggangkan seluruh otot tubuhku yang terasa kaku,berharap pergerakan ini melenturkan sedikit persendianku.
Waktu terus merambat,melewati setiap detik hingga menit,berputar berganti hingga per jam,sang waktu pun kian larut malam.
Malam ini aku merasa rileks pekerjaan tidak terlalu rumit berjalan mulus seperti apa yang ku harapkan.
Aku melirik ke arah jam yang ada di pergelangan tangan kiriku,waktu kian malam namun suasana malam terasa begitu hangat,namun sayang aku hanya seorang diri tanpa ada teman untuk sekedar berkelakar.
Sepertinya efek dari secangkir kopi panas ini mulai bereaksi,rasa ngantuk seketika lenyap dan sepertinya aku akan bergadang kembali.
Hee hee istilah dari Rey mulai aku hapalkan.🤭
Klikkkkk
Lampu kamar Apartemen yang berada di sebrangku menyala,dan perlahan tirai transparan itu tertiup angin yang menyelinap ke jendela kamarnya yang tak sengaja masih terbuka cukup lebar.
Pandanganku mulai fokus menatap ke dalam jendela kamar tersebut, perlahan tirai kamar tersebut sedikit tersingkap hingga samar-samar aku bisa melihat sosok bayangan tersebut cukup jelas,dan apa yang kulihat ?
" ANNISA !!! " desisku syok.
Sungguh aku terkejut setelah melihat dengan jelas siapa sosok di balik tirai yang selama ini menjadi misteri bagiku, Sosok perempuan yang acap melakukan adegan ritual aneh sehingga membuatku selalu bertanya-tanya sendiri akan ritual tersebut,dan di balik tirai misterius itu adalah Annisa.
Aku terpana kian tak percaya.
" Jadi selama ini ternyata Annisa !" Gumanku pelan.
Namun sejurus kemudian aku pun tersenyum tipis seraya terus menatapnya dengan penuh rasa candu.
Ada harapan besar untuk ingin tahu lebih jauh tentang sosok seorang Annisa.
" Ini luar biasa." Soraku bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments