ONE DAY episode 04

LIMA menit lebih awal dari biasanya aku berangkat ke kantorku,alasanya hanya satu.Aku berharap bisa bertemu kembali dengan Annisa, rupanya aku mulai sedikit hapal akan jadwal keberangkatan dia untuk beraktivitas.

Ingin rasanya ketika jam makan siang aku bisa di temanin oleh perempuan berhijab tersebut.

Namun peluang itu cukup kecil bagiku karena di antara aku dan dia tidaklah saling mengenal satu sama lain.

Setibanya di kantor akupun segera bersiap-siap untuk memulai segala rutinitas kegiatanku.

Seperti biasa menyalakan laptopku dan mulai berselancar di dunia maya.

" Joan ! " panggil seseorang memanggilku.

Suara itu berhasil mengejutkanku yang tengah asik mengecek beberapa Sketsa yang telah berhasil aku buat beberapa hari yang lalu.

Aku mengangkat pandanganku dan apa yang di lihat,Jesica tersenyum memandangku.

" Oh my God !! Jesica ." Pekikku sedikit kesal.

Jesica yang tiba-tiba muncul tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu menatapku heran atas reaksi kerasku.

Seperti biasa ia menatapku dengan penuh prasangka.

" Kenapa sih sayang ?you jika ay datang selalu terlihat terkejut,macam banyak beban?" tanya Jesica seraya menghampiriku.

Aku menggeleng,mencoba menetralkan perasaanku.

" Karena jika kau datang selalu dengan tiba-tiba,tak bisakah kau ketuk pintu dulu,itu buat aku terkejut." balasku dengan nada bicara tak biasa.

Jesica meredup,raut wajahnya terlihat bersalah.

" Kenapa kamu suka tak ngasih tau dulu jika mau datang ?" tanyaku dengan gusar.

" Surprise again honey.tak boleh kah ?" Balas Jesica dengan merengut manja.

Aku menggeleng,dan kembali menatap layar laptopku.

" Sayang,Ay minta maaf,kemarin Ay lupa memberi tau you jika Ay bermalam di Apartemen kawan Ay." ujar Jesica duduk di sisi tangan kursi ku.

" Tak apa.Aku pikir kamu sudah kembali ke SINGAPUR." ucapku acuh.

" Macam mana you berpikiran seperti itu ?apa ay tak boleh tinggal lama di sini ?" tanya Jesica mulai kesal lalu menatapku dengan penuh tuduhan.

" No sayang,aku tak berpikir seperti itu,aku hanya menduga saja,karena kamu tidak memberi kabar kepadaku." sergahku cepat.

" Ay masih kangen you." ujar Jesica seraya merangkul tanganku lalu bersikap manja seperti biasa,namun entah kenapa perasaanku kali ini mendadak menjadi risih akan sikapnya Jesica yang terlalu berlebihan dalam memperlakukanku sebagai seorang kekasih,padahal ia selalu bersikap mesra kepadaku setiap kali dia berada di sisiku,kurasa itu wajar.Tapi kali ini entah kenapa terasa berbeda.

Aku menatap tangan wanita cantik itu.

Jesica pun ikut menatapnya dengan heran.

" Why Honey ?" tanya Jesica menatapku aneh setelah ia melihat sikap ku yang mulai mengabaikan permintaanya.

" ini office,kurasa sikap mu membuatku merasa tak nyaman.Nanti nampak oleh atasanku tak elok lah." ujarku seraya menepis tangan mulusnya Jesica.

jesica melotot heran.

" Sayang !! Biasanya you paling suka bila ay peluk-peluk." imbuh Jesica dengan sengaja ia merapatkan kembali tubuhnya untuk lebih dekat denganku, sontak sikap Jesica membuatku semakin tidak nyaman.

" No Jesica,plis plis,lepas kan dulu sayang ! Jangan seperti ini.Nanti macam mana jjka tiba-tiba kawanku masuk tak nak lah di lihatnya." sergahku kembali seraya menepis tangan Jesica yang terus menerus bergelayut di leherku.

Jesica mendengus.

" Payah lah,tak seronok." cetusnya dengan kesal.

" this is my office sayang." ucapku pelan,aku berusaha untuk menenangkan Jesica dan tidak merajuk kepadaku.

" Ya sudah,lepas nih bagaimana jika you temenin Ay makan siang,boleh ?" tanya Jesica mulai berulah,ia pun merengek seperti anak kecil tanpa kendali.

" Tapi..." selaku menggantung.

" Please !! Kali ini saja,ay rindu makan siang bersama you." pinta Jesica justru semakin berani merangkul kembali tubuhku.

Aku pun mulai kewalahan atas sikap manjanya tersebut,aku bingung untuk menyikapi sikapnya Jesica,dan itu mulai menyebalkan bagiku.

Aku membatin sebal.

" Ok ok. " jawabku cepat.

Dengan berat hati akhirnya aku tidak bisa menolak ajakan wanita tersebut.

Jesica terlihat bereaksi lain,wajahnya terlihat semringah bahagia.

" Thank's sayang." ucap Jesica tersenyum bahagia.

Dadanya terlihat membusung dengan rona wajah penuh sensual,otakku kembali panas melihat aksinya,wanita itu selalu menggodaku untuk mengulang gairah itu.

Aku memejam dengan perasaan resah.

" Fine,kalau begitu kamu tunggu aku di ruangan tempat biasa kamu menunggu ku,Sekarang aku nak bekerja dulu,ok sayang." ucapku seraya mengelus lembut kepala Jesica.

Aku berusaha menolak rayuan nafsunya.Jesica menatapku penuh rasa.Namun sejurus kemudian ia terlihat luluh dan

akhirnya Jesica pun mau menyetujui perintahku.

------‐--

Tiba di waktu jam nya makan siang,aku dan Jesica sudah berada di sebuah Restoran yang tak jauh dari kantorku, mau tak mau aku menyempatkan makan siang bersama wanita yang lima tahun ini telah menjadi kekasihku.

" Sayang,kamu pesan dulu saja,aku nak toilet dulu sekejap." Ucapku pelan.

" Alright.Jangan lama ya sayang." balas Jesica dengan tersenyum manis.

Aku pun hanya tersenyum melihat sikap manisnya Jesica yang terkadang membuatku tak sampai hati melukai perasaanya.Aku pun bergegas menuju toilet.

Selang beberapa menit kemudian aku telah selesai dari hajatku dan berniat untuk kembali ke meja pesananku.

Namun ketika aku berjalan melewati sebuah ruangan pandanganku tak sengaja terbentur pada satu meja yang berada di pojok sudut ruangan,dan akupun dapat melihat jika di sana ada seorang perempuan yang aku kenal,yaa aku simak kembali dan perempuan itu adalah Annisa,ia sedang duduk seorang diri seraya membaca sebuah buku.

Entah kenapa aku merasa bahagia melihat keberadaan perempuan tersebut.

" Annisa." gumanku lirih.

Entah kenapa setiap kali aku melihat Annisa si perempuan berhijab itu selalu ada rasa yang tak bisa kulukiskan dengan apapun rasa Bahagia ini,terasa sangat sulit jika harus di artikan dengan sebuah ungkapan.

Tanpa berpikir panjang akupun bergegas memberanikan diri untuk mendekatinya.

Setelah cukup dekat aku berhenti menatapnya dalam.

" Annisa !" Sapaku dengan tersenyum hangat.

Tanpa kusadari aku memiliki nyali untuk menghampirinya lalu memanggil namanya.

Annisa mendongak lalu menatap wajahku dengan lekat seperti sedang mengingat kembali wajahku tersebut,tapi tak beberapa lama dia nampak tersenyum ramah kepadaku setelah ia ingat akan wajah tampan ku ini.He he he

Yaa mudah-mudahan saja Annisa tidak lupa dengan aku yang pernah bertemu dengannya di depan lift beberapa hari yang lalu.Annisa tidak menjawab dia hanya tersenyum sambil mengangguk dengan sopan.

Aku bingung harus berbuat apa lagi.Kaku sekaligus canggung mendominasi perasaanku.

" Kamu sendiri ?" Tanya ku so akrab.

" Ya." Jawabnya singkat.

Annisa kembali menatap buku kecil tersebut tanpa menghiraukan keberadaanku.Aku melongo,lalu aku pun penasaran melihat ke arah buku tebal yang tengah di baca oleh Annisa, entah buku apa yang sedang dia bacanya saat ini, hanya saja aku sempat melihat sedikit tulisan yang ada di dalam buku tersebut,tapi entah dimana.

Tapi sayang aku sama sekali tidak paham karena buku kecil itu bertuliskan sebuah hurup yang begitu asing bagiku,seperti tulisan arab.

Tiba tiba nyaliku menghilang setelah melihat sikap Annisa yang acuh,namun hati kecilku menahannya.

" Kamu lagi baca apa ?" Tanyaku mulai memberanikan diri.

" Hmm...Aku sedang mengaji." Balas Annisa pelan.

" Oh." ucapku menggantung,sepertinya aku selalu kehilangan topik pembicaraan jika bertemu dengan perempuan ini.

" OH ya.Sepertinya aku sering melihatmu,apakah kamu tinggal di sekitar Apartemen sini ?" tanya ku yang semakin penasaran akan reaksi perempuan tersebut,aku tetap berusaha untuk menarik perhatian perempuan tersebut.

Annisa menjeda kegiatannya lalu ia kembali menatapku dengan datar.

" Ya." jawabnya kembali singkat membuat aku semakin kikuk di buatnya.

Aku menelan kuat slavinaku,respon yang kurang menyenangkan.

Aku menggaruk kepalaku.

"Hmm....,By the way aku boleh duduk di sini ?." tanya ku dengan sopan,aku berharap dia mau mengizinkan aku duduk di kursinya.

Annisa menghentikan kegiatannya lalu menatapku dalam hingga aku merasa bersalah.

" Silahkan !!" Balasan yang mengejutkan, ternyata Anisa tidak sekaku itu,ia tersenyum lembut ke arahku.

" Oh MY GOD !! senyumannya benar-benar cantik sekali." soraku dalam hati dan seketika aku terlena dengan senyumannya tersebut.

Tuhan ! Seindah itu mahluk ciptaan MU ini ? Bisiku riuh.

Annisa kembali melanjutkan kegiatannya tanpa sedikitpun peduli akan kehadiranku.

Aku memperhatikan dengan seksama lukisan wajah perempuan yang tengah ada di hadapanku saat ini.

" TUHAN....,Mahluk apa ini ?begitu sangat cantik Engkau ciptakan dia,kurasa TUHAN sedang tersenyum ketika menciptakannya." sanjungku dalam hati tak henti hentinya memuji.

Aku bisa membayangkan jika perempuan ini berpenampilan trendy pastinya ia akan mengalahkan kecantikan Jesica atau pun Miska.

Aku tersenyum dengan terus menatap lekat wajah perempuan tersebut,otak nakalku bekerja dengan maksimal.

Anisa sedikitpun tidak menyadari jika sedari tadi aku sibuk mengagumi kecantikannya,tapi Annisa terkesan acuh sehingga ia memilih untuk terus membaca buku kecil itu dengan begitu serius.

" Oya,ternyata kamu seorang Dosen ya?" tanya ku kembali dengan sedikit berbasa basi,aku berusaha mengumpulkan sebuah pertanyaan yang mampu mengalihkan perhatiannya.

Annisa melirik ke arahku dengan heran.

" Oh Ya." hanya itu jawabnya.singkat dan padat.

" Luar biasa,masih muda tapi sudah mejadi seorang Dosen.Aku kagum kepadamu loh." sanjungku menatap lekat wajah Annisa yang begitu candu menatapnya.

Aku berharap Annisa bisa merespon ucapanku lalu berbicara sebentar denganku.

" Alhamdulillah,terimakasih atas pujiannya." balas Anisa tersenyum manis ke arahku hingga semakin membuat hatiku semakin meleleh di buatnya.

" Joan !"

tiba-tiba terdengar teriakan kecil dari arah belakang mengejutkanku.

Aku menoleh dengan cepat ke arah suara yang tak asing tersebut,aku terkejut menatap kaku Jesica yang sudah berada di belakangku.

Yaa TUHAN kenapa aku bisa lupa jika aku sedang makan siang bersamanya ??

pekiku membatin dengan berbagai perasaan.

" Macam mana ini ?you cakap nak ke toilet tapi kenapa you malah duduk disini ?" Tanya Jesica menggerutu di hadapanku.

" Sorry Jesica,aku berte...," ucapanku tak lantas Jesica memotong cepat ucapanku.

" Siapa wanita ini ?." tanya Jesica menatap tajam ke arah Anisa yang masih terlihat santai.

Aku menghela,permasalahan baru tengah di mulai sorot mata Jesica terlihat menyalang menuduhku dengan berbagai pertanyaan.

" Dia..." Ucapanku terbata.

Jesica semakin menatapku tidak suka.

" She is my friend." jawabku singkat seraya menoleh ke Annisa yang mulai memperhatikan kehadiran Jesica.

" Hah ?? Dia teman you ?? " tanya Jesica tak percaya,selintas Jesica nampak mempethatikan Annisa secara Detail,Annisa terlihat mulai tak nyaman.

" Sayang,sejak kapan you beteman dengan perempuan berpenampilan aneh seperti ini.?" tanya Jesica dengan lantang dan menatap sinis ke arah Annisa.

Sontak Annisa menghentikan kegiatannya.Dan Aku pun tercekat mendengar perkataan Jesica yang sedikit kasar.

" No Jesica !plis jangan berkata seperti itu." sergahku dengan cepat,aku segera menghampiri wanita tersebut agar berbicara baik terhadap Annisa.

Jesica justru sebaliknya menatapku dengan penuh ancaman.

" Ow really this is your frend ?" tanya nya dengan menatapku tak percaya.

" ya." jawabku singkat.

Annisa menatapku dengan berbagai perasaan,seolah-olah ia bertanya dengan apa yang sedang terjadi.

" Ok.Ay tanya lagi, sejak bila you mepunyai kawan seperti dia ?" tanya kembali Jesica dengan menatap tajam ke arah Anisa.Sontak pertanyaan Jesica sedikitnya membuat Annisa terkesiap,Anisa menatap panjang ke arah wanita seksi tersebut.

Jesica menatap Annisa dengan tatapan tidak suka.

" Jesica tolong jaga sikap kamu,tak malu nampak di orang." sergahku dengan menarik tangan Jesica untuk tidak bersikap arogan.

" Sayang,macam mana ay bisa jaga sikap bila you tak jujur pada ay." Sela Jesica marah.

Aku berusaha menenangkan kekasihku ini dari prasangka buruknya.

Tak lama Annisa terlihat mengemasi barang-barangnya lalu....

" Maaf saya permisi !" pamit Annisa seraya bangkit dari duduknya lalu meraih benda miliknya di atas meja tersebut,dan tak lama ia pun segera bergas pergi meninggalkan aku beserta Jesica dengan begitu saja.

Aku merasa bersalah atas reaksi Annisa yang cukup terganggu atas kehadiran Jesica.

" Annisa.!" panggilku refleks dan itu cukup keras.

Namun sepertinya Annisa tidak menghiraukan panggilanku tersebut.

" Joan !! What heaven ?? " tanya Jesica menarik tanganku sekaligus menahan langkahku sedikit kasar.

Aku menghela merasakan perasaan kesal atas sikapnya Jesica yang telah menilai buruk terhadap Annisa.

Aku menggeleng.

" Jesica,dia adalah teman aku.Really !! her is my frend !Aku sama Annisa hanya berteman saja,so plis,jangan berpikiran buruk tentang dia." jelasku dengan nada kecewa.

" but !! sayang macam mana perempuan itu ??." sergah Jesica manja,seolah-olah ia tidak menyadari kesalahannya.

" Ahh sudahlah." ucapku dengan perasaan jengkel.

Aku pun segera menarik tangan Jesica untuk segera meninggalkan tempat tersebut hingga acara makan siang pun di batalkan dan perempuan itu masih terdengar bersungut marah kepadaku.

...........

Hari minggu yang cerah,sang mentari pagi bersinar terang membuat jasmani dan Rohaniku bersemangat. Setelah selesai beribadah aku berencana ingin melepas penatku dengan duduk santai di sebuah kedai kopi.

Aku yang terlahir dari keluarga yang taat akan beribadah,sejak kecil aku selalu di ajak oleh kedua orang tuaku untuk selalu beribadah di hari minggu.

Hingga kini aku telah dewasa aku masih menjalankan kebiasaanku untuk beribadah ke gereja menjalankan kewajibanku sebagai umat nasrani.

Jesica beberapa kali menghubungiku lewat panggilan WhatsAppku, namun dengan sengaja aku mengabaikan nya dan membiarkan smartphone ku terus berdering.

Sepertinya aku tidak tertarik untuk menjawab panggilannya wanita tersebut.

Dengan bergegas aku pun segera menuju pelataran sebuah kedai kopi,tempat favoritku bersantai untuk sekedar menikmati secangkir kopi panas dan menghilangkan penat dalam otakku.Walaupun tanpa ada yang menemani tapi aku sangat menikmatinya,karena aku termasuk tipe pria yang tidak terlalu memiliki hobi bergaul dengan banyak teman,entahlah bagiku hanya buang-buang waktu saja jika aku terlalu sering berkumpul-kumpul tanpa ada tujuan yang jelas.

Ketika aku mulai asik menikmati aroma kopi yang di suguhkan tiba-tiba Annisa melintas tepat di hadapanku.tapi sepertinya dia terlihat berjalan dengan begitu cepat,dengan refleks aku berseru memanggilnya.

" Annisa." seruku cukup keras.

Sontak Annisa terlihat menoleh ke arah suaraku memanggil, seraya memperlambat langkahnya,ia pun melihat ke arahku dan tersenyum ramah.

" Tunggu Annisa !" sergahku berniat ingin menghampirinya namun Annisa terlihat berseru kecil kepadaku.

" Maaf ! Saya lagi terburu-buru." ujarnya dengan menyimpan kedua tangannya didada sebagai tanda permohonan maaf.

" Tapi Annisa aku ingin bicara sesuatu sama kamu." Selaku cepat.

Perempuan itu menghentikan langkahnya.

" Berbicara padaku?" tanya Annisa menoleh kembali.

" Ya !" jawabku singkat.

Annisa terlihat mempertimbangkan.

" Tapi maaf,kali ini saya sedang terburu-buru,soalnya hari ini saya sudah ada janji dengan seseorang." jelasnya dengan lembut.

" Ada waktu untuk ku ? Mungkin nanti sore ?" tanyaku berusaha mencari kesempatan.

" Aku tidak tahu,sepertinya hari ini aku sibuk sekali." ujar Annisa berusaha menolak permintaanku.

" Bagaimana jika kita atur waktu untuk pertemuan ?" ucapku berusaha semaksimal mungkin untuk mencari cara supaya Annisa mau menerima tawaranku.

" Pertemuan ?" Annisa mengernyit dengan heran.

" Yaa kita bertemu di suatu tempat." Imbuhku dengan tersenyum.Berharap Annisa mengabulkan pintaku.

" Tidak,terimakasih ! Mohon maaf saya tidak bisa berbicara hanya berdua saja,nanti takut nya akan menjadi fitnah karena kita bukan muhrimnya." Jelas Annisa begitu singkat.

Aku menatap heran atas ucapan yang di lontarkan Annisa kepadaku.

Kedua alisku naik turun merasa tidak paham dengan apa yang telah dikatakan Annisa tentang sebuah pertemuan ??

Fitnah ,?? Memangnya apa yang akan kita lakukan ??

Aku membatin seraya masih menatap lurus Annisa.

" Maksud kamu apa ?" Aku mencoba bertanya.

Namun baru saja aku berniat ingin berbicara kembali Annisa terlebih dahulu berbicara kepadaku.

" Maaf,saya pergi dulu." Pamit Annisa seraya meninggalkanku yang masih melongo dengan berbagai pertanyaan di kepalaku.

Aku bingung sekaligus tidak mengerti dengan apa yang di sampaikan perempuan itu tentang fitnah ?

Fitnah apa yang membuat perempuan itu tak ingin berbicara denganku,aku termenung menatap kosong.

" Woii !"

Seru seseorang seraya menepuk keras bahuku,sontak saja aku terkejut, namun aku tetap memandangi langkah Annisa yang semakin jauh meninggalkanku.

Aku menoleh ke arah orang yang telah mengejutkanku.Reyan terlihat cengengesan menatapku.

" Rey." Gumanku pelan.

" Kenapa kamu Jo,sepertinya kamu terkejut sekali." tanya Reyan menatap ku aneh.

" Kau buat aku terkejut ." ucapku mengelus dada.

" Ada apa sih,kok wajah kau pucat sekali,seperti habis melihat setan ?" tanya Reyan menatapku lekat.

" Barusan aku bertemu Annisa." jawabku pelan.

" Annisa?,lalu apa yang membuat kau terkejut ?" tanya Reyan mengernyitkan kedua alisnya.

" Kau lah yang membuat aku terkejut.Macam mana pertanyaanmu itu." balasku sengit.

" Nah,pasti ada yang sedang kau pikirkan sehingga kau terkejut ketika aku datang." Reyan berusaha menggodaku.

Aku menggeleng dengan perasaan sebal.

" Memangnya kau sudah berkenalan dengan Annisa ?" tanya Reyan penuh selidik.

" Aku hanya berkenalan biasa saja." jawabku seraya terduduk kembali.

" Lalu barusan kenapa ?" tanya Reyan dengan tersenyum penuh arti.

Aku membalasnya tersenyum entah kenapa aku merasa lucu sendiri jika ingat akan kejadian barusan.Berusaha untuk mencari kesempatan lebih dekat dengan Annisa.

" Barusan itu aku berniat nak ajak dia ngobrol sebentar saja,tapi dia cakap tak bisa,dia sedang terburu-buru." jelasku dengan perasaan kecewa.

" Jadi dia tak mau ?" tanya Reyan tersenyum-senyum.

" Bukan tidak mau,tapi dia tidak bisa dan dia pun langsung pergi." ucapku datar.

" Haa haa haa." Reyan justru tertawa lepas dengan menatapku lucu.

Aku pun menatap heran atas sikapnya Reyan.

" Why, kau malah tertawa ?." tanyaku bingung.

" Sepertinya kau mulai menyimpan perasaan terhadap perempuan itu secara diam-diam." Celetuk Reyan dengan polos.Sontak membuatku memerah.

" Menyimpan perasaan?" Tanyaku berpura-pura.

" Iyaa...!! kau mulai suka terhadap perempuan itu ?" Goda Reyan semakin membuatku salah tingkah.

" Tak nak lah.Kau mengada-ngada saja." selaku mencoba membantah.

" Dia menolak ngobrol dengan aku, padahal aku hanya mengajak ngobrol sebentar,tapi dia berkata aku ini bukan muhrimnya dia." ucapku menatap penuh tanya ke arah Reyan.

Reyan masih tersenyum senyum.

" Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia maksud dengan Annisa,tentang muhrim." ujarku seraya menatap Reyan yang menyimakku dengan baik.

Reyan tersenyum kecil,sepertinya ia memahami apa yang di katakan Annisa terhadapku.

" Joan.Sudah aku bilang jika Annisa itu seorang muslim,dan kamu pasti tidak akan bisa paham dengan apa yang di katakan Annisa terhadapmu tentang muhrim." Sela Reyan dengan tersenyum tipis.

" Apa kau tahu tentang muhrim ?" tanya ku menatap dalam Reyan.

Reyan menggeleng dengan tertawa kecil.

" Kau nanya aku,lalu aku nanya siapa ?aku sama seperti kamu lah non muslim,yaa mana tau aku tentang artian muhrim jika aku sendiri berbeda pula keyakinan nya." ujar Rey dengan tersenyum lucu ke arahku.

Aku merengut merasakan perasaan kecewa ini kian bertambah,Reyan bukan seorang muslim jadi ia pun tak tahu makna yang di maksud Annisa.Aku pun tak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan.

" Tapi jika kau mau tau lebih banyak tentang Annisa kamu bisa tanya lewat Adam adiknya Annisa,dia bekerja di bagian Marketing Jo." jelas Reyan menatapku serius.

" Adam ?" Tanyaku mengernyit.

" Iya Adam.Itu loh yang kemarin ngasih berkas-berkas sama kau, dia kan bagian Marketing pemasaran." Jelas Reyan memberi tahu ku tentang Adam.Sejenak akupun mencoba mengingat kembali akan sosok staf PM yang di maksud oleh Reyan.

" Oh jadi Adam itu adalah adiknya Annisa." tanyaku menggantung.

Reyan mengangguk dengan pasti.

" Ternyata Adam sodaranya Annisa,tapi kenapa mereka tidak mirip?" Tanyaku dengan penasaran.

" Ya bedalah Jo,si Adam itu cowok sementara si Annisa cewek." ujar Reyan tertawa ringan.

Aku menggaruk kepalaku.

" Mereka itu adik kakak,bukan kembar,pasti bedalah." tambah lagi Reyan dengan terkekeh.

" Ok.ok I easy.Thank's atas informasi nya Rey." ujarku tersenyum lega dan sepertinya ada perasaan gembira yang menyelinap ke dalam hatiku.

" Tapi Jo,kenapa kamu tertarik tentang Annisa?sedangkan kamu dengan Annisa saja beda keyakinan?" tanya Reyan penasaran.

" Berteman itu boleh dengan siapa saja kan?apakah kita harus berteman mesti dengan satu keyakinan saja kah ?" tanyaku tersenyum simpul ke arah Reyan yang masih belum puas dengan jawabanku.

" I think so !! Tapi ku rasa itu bukan hanya sekedar berteman saja Jo,aku yakin jika ada sesuatu hal di dalam perasaan kau itu." balas Reyan dengan tersenyum penuh rasa curiga ke arahku.

" ............." Aku tidak menjawab hanya tersenyum simpul melihat sikap Reyan yang semakin penasaran dengan perasaanku terhadap Annisa dan aku pun tidak membenarkan apa yang aku rasakan saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!