Rina,Melly,Agus,dan Tomo sudah berkumpul di pohon besar tempat yang kami sepakati untuk bertemu.
"Lissa dan Rio kemana sih, kenapa belum kembali kesini" gumam Rina.
"Melly, kamu ngeliat Lissa enggak??" tanya Rina.
"Enggak" melly menjawab sambil mengangkat bahunya.
Hampir 1 jam meraka menunggu, dan meraka sudah semakin cemas.
Tiba tiba Rio datang dari kejauhan.
"Eh itu Rio teman teman" Rina berteriak
Tapi mereka bingung karena mereka tidak melihat Lissa bersama Rio.
"Rio Lissanya mana?ucap Melly penuh tanya.
"Emang dia belum kesini ? Rio pun balik bertanya.
"Loh kamu gimana sih, kan tadi Lissa sama kamu" ucap Rina mulai kesal.
"Kamu jangan main main ya Rio" Agus mendorong tubuh Rio.
"Ya Tuhan jangan bilang kamu sengaja ninggalin Lissa di dalam hutan itu Rioooo" Rina pun mulai marah.
Tapi Rio makin bingung, karena dia berfikir kalau Lissa sudah lebih dulu kembali ke tempat yg mereka sepakati untuk berkumpul.
"Brengsek kamu Rio" tiba2 tinju Agus mendarat di pipinya.
Rio pun terjatuh sembari memegang ujung bibirnya yang berdarah, tapi dia tak bergeming memikirkan apa yang sedang terjadi.
Rio baru sadar kalau dia sudah meninggalkan Lissa di dalam hutan seorang diri.
"Sudah sudah, enggak ada gunanya kita ribut disini" ujar Tomo melerai Agus yang hendak menghajar Rio.
"Yang harus kita pikirkan sekarang bagaimana caranya kita bisa menemukan Lissa" Tomo menambahkan.
"Lissa kamu dimana sih, Lissaaa...."Rina mencoba memanggil sahabatnya itu sambil terus menangis.
"Melly, aku takut Lissa kenapa napa mell.."Rina pun makin diliputi rasa cemas.
Melly hanya bisa mencoba menenangkan Rina, walau dia sendiri tidak dapat menutupi wajahnya yang takut dan merasa cemas akan keadaan Lissa saat ini.
Hari semakin gelap, namun mereka masih belum menemukan keberadaan Lissa.
"Melly, Rina..sebaiknya kalian kembali ke kamp lebih dulu,Tomo akan mengantar kalian kesana" ucap Agus memberi komando.
"Laporkan ke pak Rahman dan yang lainnya tentang situasi disini, kita butuh bantuan mereka untuk mencari Lissa" suara Agus semakin keras menahan cemas.
"Sementara Aku dan si brengsek Rio akan terus mencari Lissa di sini" Agus terus menatap Rio dengan tajam.
"Enggak Gus, aku mau cari Lissa" Rina terus menangis.
"Kamu harus ngerti dong Rina, Lissa disana sendirian dan kita butuh lebih banyak orang untuk mencari Lissa di tengah hutan ini" Agus terus berusaha membujuk Rina.
"Tomo cepat bawa mereka kembali ke kamp sebelum hari semakin gelap" pinta Agus
Sementara Lissa terus berjalan mencari teman temannya sambil menahan rasa takut dalam gelapnya hutan.
"Rinaaaa......."
"Melly......."
"Aguuus....."
"Tomoooo...."
"Riooooo..."
"Kalian dimanaaaaa....aku takuuuut..."
"Vinoooo....aku disini vin....aku benar benar takuuut...."
"Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan" aku terus saja berjalan dan menangis, berharap menemukan jalan pulang.
Benar saja, mendengar kabar dari Tomo, Rina dan Melly sontak membuat pak Rahman kaget.
"Bagaimana bisa kalian kehilangan Lissa" tanya pak Rahman bingung.
"Apa saja yang kalian lakukan di dalam hutan, hanya mencari bendera mengikuti petunjuk saja kalian tidak becus!!! kak Anton ketua club pecinta alam pun marah tak percaya atas apa yang terjadi.
"Sudah hentikan, kalian para siswi tinggal disini, dan kalian semua siswa pria ayo kita berangkat untuk mencari Lissa di dalam hutan" perintah pak Rahman.
Mereka tidak sadar, Vino yang baru saja tiba mendengar kabar bahwa Lissa hilang dalam rombongan kaget, tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar.
"Enggak mungkin, apa yang terjadi pada Lissa" Vino pun berlari ke dalam hutan untuk mencari Lissa, gadis yang sangat ia sayangi.
Ya, tadinya Vino memang tidak mau ikut dalam kegiatan yang diadakan club pecinta alam dari sekolahnya.
Tapi entah mengapa seharian ia merasa gusar, pikirannya tak tenang memikirkan Lissa.
Dan dengan mengendarai mobil pribadinya ia memutuskan untuk menyusul rombongan,ia hanya ingin melihat dan memastikan Lissa baik baik saja.
Vino tak menyangka apa yang telah terjadi pada Lissa.
"Lissaaaa....Lissaaa...dimana kamuuu....Lissaaaa...jawab aku Lissaa...."Vino terus berlari mencari Lissa dalam kegelapan.
Vino cemas karena dia tau kalau Lissa sangat takut dengan gelap.
Sudah hampir 1 jam ia berlari terus masuk ke dalam hutan, bahkan kini jaketnya telah basah oleh keringat dan tangisnya pecah tak tertahan membayangkan apa yang akan terjadi pada Lissa.
Agus dan Rio pun terus mencari Lissa dengan bantuan senter hp yang mereka punya.
Sebenarnya Rio merasa bersalah, pemuda itu tak mengira kalau ia telah kehilangan Lissa.
Malah awalnya Rio mengira kalau Lissa lah yang telah meninggalkan dia di dalam hutan. Dan kembali lebih dulu ke tempat yang telah mereka sepakati untuk berkumpul.
"Maafkan aku Lissa, aku benar benar minta maaf" gumam Rio merasa bersalah.
"Lissaaa....Lissaaaa...."semua mencoba berteriak, berharap Lissa mendengar teriakan mereka.
Tapi tetap saja mereka tak menemukan Lissa.
"Vino, andai kamu disini vin, aku takut" tangisku pecah membayangkan apa yang terjadi.
Yah, tanpa aku sadari aku terus saja memanggil nama itu, nama pria yang sudah aku buat kecewa, tapi saat ini aku berharap pria itu datang menjemputku disini.
Vino yang sedari tadi mencari Lissa mendengar sayup sayup suara tangis dari arah depan, dengan hati hati ia mendekati dari mana suara itu berasal.
Dan betapa terkejutnya ia melihat wanita yang sedang bersimpuh dihadapannya adalah wanita yang sedang ia cari.
"Lissa, kamukah itu Lissa" Vino bertanya sembari tak percaya.
Tapi ia bahagia melihat bahwa Lissa baik2 saja.
"Vinooo.....!!! aku kaget melihat sosok pria yang berdiri dihadapanku.
Tanpa berfikir panjang aku langsung memeluknya dan menumpahkan semua tangisku di dadanya.
"Vino, aku takut vin" ucapku, aku tak bisa membayangkan kalau tak bisa bertemu lagi dengan Vino.
"Jangan lakukan ini lagi Lissa, jangan pernah membuatku merasa cemas, jangan pernah pergi lagi dariku Lissa" Vino terus mendekapku.
Aku terus menangis dan mencengkram erat punggungnya, sementara Vino berusaha menggendongku yang sudah tak berdaya kembali ke kamp tempat teman teman kami berkumpul.
Tak berapa lama Pak Rahman dan yang lainnya pun kembali mendengar bahwa Lissa sudah di temukan.
"Lissa, kamu tidak apa apa kan" Rina terus menangis cemas sambil terus memandangku yang terkulai lemah.
Kulihat raut wajah teman teman ku yang merasa lega melihat aku kembali dengan selamat.
"Yah sudah anak anak, bapak bersyukur Lissa sudah ditemukan, dan bapak harap kejadian hari ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua akan pentingnya kerjasama dalam sebuah tim, dan bapak juga berharap kejadian ini tidak an pernah terulang lagi, mengerti anak anak...!!! pak Rahman berteriak.
"Mengerti paaaak...." Kami semua menjawab bersamaan.
"Yah sudah, bersihkan diri kalian dan kembali ke sini untuk makan malam" Pak Rahman menambahkan.
"Baiiiik paaaak..."sahut kami lagi.
"Rina, tolong bantu Lissa membersihkan diri" pinta Vino sambil menggendongku masuk ke dalam tenda.
"Maafkan aku Vin, aku sudah membuatmu cemas" gumamku lirih menatap Vino.
"Kamu harus janji kamu enggak akan pernah ninggalin aku lagi Lissa" Vino pun terus menatap kearahku dengan tatapan sendu.
Aku hanya bisa mengangguk mendengar apa yang barusan Vino katakan.
"Ya sudah, aku akan menunggumu di luar untuk makan malam" ucap Vino sambil tersenyum.
Kami berkumpul di tengah kamp sambil asyik bersenda gurau setelah makan malam.
Kulihat Rio duduk tak jauh sambil terus memandangku.
"Dasar pria brengsek, egois" gumamku sambil balik menatapnya tajam.
Vino yang menyadari itu langsung berdiri dan menghampiri Rio.
Lalu dengan cepat ia menariknya kebelakang tenda.
"Dasar bajingaaan" Vino langsung mendaratkan tinjunya ke arah Rio.
Sementara Rio yang merasa bersalah pada Lissa hanya bisa pasrah menerima pukulan dari Vino.
Aku pun merasa cemas...
"Apa yang akan terjadi pada mereka berdua..."pikirku, kulihat Rio terduduk dan menyeringai menyapu darah di bibirnya.
"Kamu sudah keterlaluan Rio...!!! bisa bisanya kamu meninggalkan Lissa di tengah hutan...!!!
dasar brengsek...!!! teriak Vino sambil terus mendaratkan pukulan pada Rio.
Aku mencoba menarik tangan Vino sekuat tenagaku.
"Hentikan Vino, hentikan" pintaku sambil terus menarik tangannya.
"Awas kamu Rio, sekali lagi kamu mencoba mencelakai Lissa aku tidak akan tinggal diam, ingat itu...!!! Vino terus menatap tajam ke arah Rio.
"Vino...aku mohon jangan pakai kekerasan, yang penting aku sudah kembali dengan selamat kan" aku terus membujuk Vino.
"Lissa, tapi dia sudah" ku tahan bibirnya dengan jariku, sontak Vino terdiam melihatku.
Ku tuntun Vino untuk menjauhi Rio yang hanya bisa memandangi kami pergi meninggalkannya.
Kuajak Vino masuk ke dalam mobilnya dan mencoba menenangkannya.
Vino hanya bisa terdiam melihatku yang tersenyum memandangi wajahnya.
"Jangan menatapku begitu Lissa, kamu membuatku salah tingah" Vino mengalihkan pandangannya.
"Memangnya aku enggak boleh memandangimu lagi, ya sudah kalau begitu, aku mau kembali ke tenda aja" gumamku.
Tapi dengan cepat Vino menarik tanganku.
"Jangan pergi Lissa" Vino menatapku.
"Ya Tuhaaan, tatapan itu, aku tak tau apa artinya, yang aku tau saat ini jantungku berdegub kencang tak karuan, kurasakan waktu serasa berhenti saat ini.
"Vin aku.." tiba tiba aku merasakan kecupan lembut di bibirku.
"Apa ini? apa Vino menciumku? mataku membulat tak prcaya dengan apa yang saat ini terjadi.
Dan, dan ini adalah ciuman pertama bagiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Isu💟THY
nexxt
2020-10-15
0
Rena Karisma
suka💕💕💕
2020-09-27
0
Rozh
👍💖
2020-09-06
0