Interview

Semakin hari, kehamilan Nina semakin terasa. Perutnya semakin mengeras dan ia melahap beberapa camilan dalam sehari. Doni pun terlihat biasa saja dengan kehamilan Nina. Tidak seperti pria pada umumnya yang sangat menantikan kehadiran sang buah hati suatu hari nanti.

Nina merasa di kehamilan pertama ini merasakan lelah. Ia juga kadang suka merasa pusing dan mual. Maka dari itu, ia beraktivitas seperlunya saja.

"Kamu masak lagi nggak hari ini?" tanya Doni suatu ketika.

"Aku baru mau beli bahan." jawab Nina.

"Yaudah, kita ke pasar bareng aja." jawab Doni.

Entah ada angin apa, Doni mengajaknya ke pasar. Nina merasa ada yang ajaib dari diri Doni.

"Kok tumben. Kenapa?" tanya Nina.

"Nggak apa-apa. Lagi pengen aja. Siapa tahu kan, ada yang mau aku beli." jawab Doni sambil menyalakan mesin motornya.

Nina merasa bahagia. Ia senang jika suaminya ingin ikut campur dalam hal memasak. Sebentar saja, Nina ingin melupakan perkataan Doni yang pahit. Ia ingin menikmati waktu bersama suaminya.

Nina mengambil cardigan dari lemarinya dan mengenakannya agar tidak kena angin.

Sesampainya di pasar, Doni memilih beberapa jenis ikan segar. Walau terkadang Nina merasa sedikit mual ketika melihatnya. Setelah membeli beberapa ikan air tawar, mereka menuju tempat sayur. Nina memilih sayur yang bisa langsung dimasak dan sayur yang bisa untuk stok keesokan harinya.

"Bagaimana aku membersihkan ikan itu? Mencium baunya saja aku sudah mau muntah." tanya Nina saat akan berjalan pulang.

"Aku saja yang bersihkan." jawab Doni santai. Nina tersenyum. Ini adalah momen yang langka. Dimana Doni mau membantu pekerjaan istrinya.

Sejujurnya, Nina senang dengan Doni yang seperti ini. Yang bisa mengerti keadaan seperti ini. Pasalnya, mereka hidup hanya berdua. Sudah seharusnya saling membantu bukan?

Doni membersihkan ikan, sementara Nina memotong sayuran. Mereka bekerja sama untuk memasak sehingga kebersamaan mereka tidak bisa dilupakan oleh Nina.

*****

Doni pamit pada Nina berangkat kerja seperti biasa. Nina masih berdiam diri di rumah dengan kehamilan yang belum besar. Ponsel Nina berdering. Dan ia mendapat telpon dari entah siapa.

"Selamat pagi dengan Ibu Nina." sapa seorang diujung telpon.

"Iya, saya." jawab Nina sedikit bingung.

"Pada waktu lalu Anda melamar pekerjaan di Perusahaan Sentra Asia. Anda bisa datang untuk wawancara berikutnya?" tanya orang di seberang sana.

Hati Nina merasa berdebar. Ia bahagia. Akhirnya pekerjaan yang ia lamar membuahkan hasil.

"Iya, baik. Saya akan datang."

"Kami tunggu esok hari di kantor ya, Ibu Nina. Terima kasih."

Setelah menutup telponnya, Nina bahagia dan ingin segera memberitahu Doni tentang ini. Tapi ia menunggu berbicara langsung saja nanti ketika Doni pulang bekerja.

Sesampainya di kantor, Doni mengambil minuman di pantry. Yang ternyata sudah ada Meri disana. Mau tidak mau, Doni menyapa Meri, berusaha tidak ada yang terjadi diantara mereka.

"Gimana kehamilan istrimu? Lancar?" tanya Meri.

"Memang kamu berharap tidak lancar?" tanya Doni sedikit sebal dengan ucapan Meri.

"Ya, enggak. Tapi kalau suatu hari nanti istrimu sudah tidak lagi jadi seperti yang kamu inginkan, datang saja padaku." kata Meri yang kemudian pergi dari pantry.

Meri sedikit menyenggol Doni. Membuat Doni sedikit menghela napasnya.

Doni menyibukkan diri di meja kerjanya. Ia tidak mau menampakkan pada siapapun kalau dia merasa kesal dengan ucapan Meri.

Kalau boleh Doni jujur pada diri sendiri, Meri memang cantik dan selalu menggoda Doni. Tapi Doni merasa tidak pantas melakukan hal itu pada Meri mengingat kondisi Nina yang juga sedang hamil. Ia tidak ingin seperti lelaki lain yang mudah tergoda. Tapi bisakah Doni seperti itu? Mungkinkah Doni benar-benar tidak akan tergoda oleh wanita lain selain istrinya sendiri?

*****

Nina sudah selesai membuat sambal. Ia juga sudah selesai menyajikan sayur dan ikan goreng. Sekarang, ia hanya menunggu Doni pulang dari pekerjaannya.

Setelah Doni pulang dengam wajah lelah, ia langsung disambut dengan makanan yang ada di depan matanya. Ia tersenyum dan langsung menyendok nasi dan mengambil ikan.

"Enak banget, Nina. Atau mungkin aku lapar ya."

kata Doni. Nina hanya tertawa melihat Doni yang makan dengan lahap.

"Makan deh yang banyak." ucap Nina sambil tersenyum.

"Oh ya. Hari ini aku di telpon dari perusahaan yang kemarin aku lamar. Besok aku mau datang kesana." kata Nina. Berharap Doni menyetujuinya.

"Memang boleh kalau wanita hamil bekerja?" tanya Doni.

"Memang kenapa nggak boleh kerja?" tanya Nina merasa bingung.

"Ya, nanti kan pasti nanti ada cuti melahirkannya juga."

"Ya, nggak ada salahnya kan dicoba dulu? Daripada di rumah begini, aku bosan." jawab Nina.

"Yaudah, dicoba aja dulu. Kalau kondisi kamu memungkinkan nggak apa-apa."

Nina tersenyum bahagia. Akhirnya ia mulai bisa bekerja seperti dulu lagi.

Keesokan harinya, Nina masih bisa memakai baju biasa dan flat shoes. Ia juga sedikit berdandan untuk datang wawancara hari ini. Doni kembali mengagumi kecantikan Nina seperti ini. Nina terlihat lebih segar daripada ketika berada di rumah tanpa make up.

"Yuk, berangkat." kata Nina membuyarkan lamunan Doni.

Doni menyalakan mesin motornya dan segera berangkat dari rumah kontrakannya.

Nina merasa jantungnya berdebar. Ia kembali menghadapi wawancara setelah sekian lama ia tidak wawancara lagi. Tapi Nina yakin, apa yang Nina lakukan dengan percaya diri walau sudah berstatus menikah dan berbadan dua, ia bisa melewati semua ini dengan lancar.

"Lagi nunggu interview juga?" tanya seorang lelaki yang duduk di sebelah Nina.

"Iya, Mas." jawab Nina tersenyum dan memgangguk.

"Datang darimana?" tanyanya lagi. Mungkin ia bosan sudah sejak tadi menunggu dan tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Saya dekat dari sini kok. 10 menit naik motor juga sampai." jawab Nina.

"Saya lumayan jauh. Saya datang terlalu cepat. Jadi saya agak bosan menunggunya."

"Kalau boleh tahu, wawancara ini nanti ditempatkan bekerja disini kan ya?" tanya Nina penasaran.

"Iya disini. Tapi masih belum tahu bagian apa."

"Oh ya. begitu."

"Naik apa kesini?" tanya lelaki itu lagi.

"Saya diantar suami saya." jawab Nina mengulas senyum diwajahnya.

"Oh masih muda sudah menikah ya. Mbaknya kelihatan sekali masih muda lho."

Nina hanya tersenyum renyah.

"Oh ya, saya Fabio. Kalau kita sudah bisa mulai bekerja disini, mungkin bisa bekerja sama." kata lelaki itu mengenalkan dirinya.

"Iya, Mas. Saya Nina." Nina membalas mengenalkan dirinya. Kemudian tidak lama, nama Fabio pun dipanggil dan ia segera masuk ke dalam ruang wawancara.

Nina semakin gugup. Ia merasa senang akhirnya setelah menikah ia tidak hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Ia juga bisa bekerja. Dan ia tidak perlu menggantungkan hidupnya pada suaminya.

Terpopuler

Comments

suharwati jeni

suharwati jeni

ceeitanya bagus.
lanjut thor

2022-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!