Jodoh Yang Tak Terduga
Rintik-rintik gerimis manja masih turun dari sore hari sampai malam ini membasahi jalanan, dengan terpaksa Winda melangkahkan kakinya menyusuri jalan yang lenggang, setelah 2 jam dia menunggu mobil online yang telah dipesannya tak kunjung datang.
Jalan begitu sepi, sunyi tidak seperti malam-malam biasanya yang begitu ramai dengan pengguna jalan. Diliriknya Alexander yang melingkar di tangannya menunjukkan angka 9 lebih 10 menit. Malam semakin sepi, ada rasa hawatir berkecamuk dalam hati dengan sesekali Winda menoleh kearah kanan, belakang, berharap ada kendaraan atau orang yg melintas, nihil. Sudah 10 menit dia berjalan, namun tidak ada kendaraan maupun pejalan kaki satupun.
Sepintas dia melihat 2 orang membuntutinya.
"Cantik...." sebuah suara laki-laki berambut gondrong membuka kebisuan.
"Hai cantik...." kini suara laki-laki yang berjaket hitam mengimbangi langkah kakinya.
"Jalan sendirian aja cantik..." kembali laki-laki berambut gondrong mulai genit, tetap saja Winda tidak hiraukan mereka. Winda percepat laju langkahnya, Winda melirik mereka, menangkap ada gelagat yang tidak baik.
"Wah sayang sekali cantik-cantik tuna rungu bro...."
"Ha ha ha ha ha...." mereka tertawa yang tidak jelas menurut Winda.
"Tenang win tenang, ya Allah ya Malik lindungi hambamu dari orang-orang yang berniat buruk ini ya Allah" gumamnya dalam hati dengan menambah kecepatan langkahnya, merekapun tak kalah cepat dengan langkahnya.
Shittt
Tiba-tiba tangan sijaket hitam berusaha menarik tangan winda. Windapun menghentikan langkahnya.
"Maaf om saya mau lewat, dan saya mohon jangan mengganggu perjalanan saya, silahkan lanjutkan perjalanan om, permisi!" ucap Winda sambil menangkis tangan si jaket hitam.
"Eit dah, oke juga sicantik"
Tangan si jaket hitam tak kalah cepat mencengkram dagu Winda dengan tangan kiri menarik jilbab panjangnya.
Pushhh bugh bugh bugh
Winda tangkis tangannya, dan menendang kelemahan sijaket hitam secara bertubi-tubi
"Ouggghhhh.... sialan!!" diapun meringis kesakitan dengan memegang bagian tubuhnya yang kesakitan.
"Bima !!" Teriaknya memanggil temannya yang berambut gondrong dengan tatapan elangnya.
"Sudah om izinkan saya pergi melanjutkan perjalanan saya" kata Winda sambil menepuk-nepukan kedua tangannya dengan kuda-kuda persiapan lari.
Hyaaaa.... bugh....
sebuah kepalan mendarat di kepala Winda, tanpa kesiapan mendapat serangan, Windapun terhuyung-huyung beberapa langkah mundur kehilangan keseimbangannya.
"Astaghfirullahal adziim ya Allah tolonglah winda, jangan biarkan Winda berahir seperti ini tolong berikan bantuan seseorang untukku ya Allah" lirihnya.
Kembali Winda berdiri berusaha melawan kedua preman didepannya.
Pertarunganpun semakin sengit yang tidak seimbang sama sekali dengan 2 laki-laki lawan 1 wanita.
Apalagi dimalam selarut ini memang tidak sepantasnya seorang gadis sendirian berjalan kaki ditempat sepi.
Windapun kewalahan melakukan pembelaan dirinya, tubuhnya semakin lemah, ilmu silat yang pernah digeluti dulu, kini sudah lama tidak terlatih, membuatnya kalah telak.
Ciiiiiiiiiiiiiiittttttttt.......
Suara decitan mobil terhenti dibawah lampu temaram pinggir jalan.
"Tolooooooonggg......tolooooooonggg.….....toooooloooooooooong.........."
Winda berusaha menjerit sekeras mungkin agar didengar orang lain. Dengan wajah sumringah bak bunga matahari yang mendapatkan sinar mentari disiang hari, Windapun bersemangat untuk berlari meminta tolong.
"Hei mau kemana kamu cantik" lagi-lagi suara laki-laki yang dipanggil Bima membuat Winda tersentak dengan berusaha mengejarnya.
"Hentikan !!" suara seorang lelaki yang keluar dari mobilnya yang tidak begitu jelas wajahnya karena teramnya cahaya lampu.
"Kejar Bim, jangan sampai dia kabur !"
Winda mempercepat larinya, dengan sesekali menoleh kebelakang hawatir tertangkap Bima.
Winda terus berlari meminta bantuan.
Sementara kedua preman itu masih jauh tertinggal dibelakang Winda.
"Aaaaaaaaaa......."
Brugh "auwww....."
Karena terlalu bersemangatnya Winda berlari, sampai tidak diperhatikan jalan didepannya, kakinya tersandung sebuah benda entah apa itu, dan malangnya lagi kepalanya terbentur besi dipinggir jalan. Dan saat itu juga gelap..... gelap.… oh gelapnya.... bruggggh.
"Behenti bung!"
Ucap Sigit, ya dia adalah Sigit Andra Winata. Seorang mahasiswa fakultas hukum semester ahir.
Sigit berhenti didepan kedua lelaki itu, sambil memegang pundak Bima.
"Minggir!!." Bima mendorong tubuh Sigit.
"Tunggu dulu bung. Jangan beraninya dengan seorang wanita, apalagi ditempat sepi begini" ucap Sigit dengan mata melirik kearah lelaki berjaket hitam.
"Tau apa kamu! Jangan ikut campur!"
Ucap Bima dengan menepis tangan sigit dari pundaknya, Bima berjalan melewati Sigit dengan sinis bergegas kearah Winda yang yang tergelatak diatas aspal. Namun tangan Sigit mencekal lengan Bima.
"Asal kalian tau, itu akan jadi urasan saya juga jika keadaannya seperti sekarang!"
Sanggah Sigit dengan smirk yang menakutkan.
"Ha ha ha tenang bung, sabar, kita bagi bareng saja gimana? Digilir? Setuju kan???"
Sijaket hitam mendekati Sigit, berusaha membujuk dengan mata genitnya.
"Kurang ajar! Sebegitu rendahnya kalian memandang wanita??"
Dengan geramnya Sigit melayangkan bogemnya kewajah sijaket hitam secara bertubi-tubi.
Perkelahianpun tidak dapat dielakkan lagi, dengan gesitnya Sigit membalas serangan-serangan mereka. Sampai-sampai kedua preman itu kewalahan melawannya, sehingga mereka pergi meninggalkannya.
"Sudah Bim, kita cabut! Tidak ada gunanya."
Laki-laki berjaket hitampun mengangkat tangannya sebagai kode meninggalkan Sigit.
Setelah kepergian kedua preman tadi, Sigit segera menghampiri tubuh gadis yang masih tergeletak dan tidak bergerak sama sekali, perasaan hawatir tiba-tiba menggelayut dihatinya.
Dengan terburu-buru dia mengangkat tubuh gadis itu, namun belum saja dia mengangkatnya, matanya terbelalak seolah tidak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya.
"Winda???"
Lirihnya dengan menautkan kedua alisnya.
"Kenapa dia kelayapan malam-malam begini?, apa yang dia lakukan ditempat seperti ini? sendirian lagi."
Sigit masih berpikir sendiri dengan alasan kenapa Winda sampai bisa ditempat ini, Winda seorang temannya satu kelas dengannya, dan entah kenapa dia juga sering satu kelompok dengannya ketika presentasi, dan bahkan satu bimbingan di Fakultas hukum. Dia pun segera mengangkat tubuh Winda dengan niat akan dibawa kedalam mobil.
"Hayo ketahuan kamu anak muda."
"Sedang apa kalian disini ha...."
"Hayo kita bawa saja mereka mang Udin di rumah pak Lurah."
"Ketangkap basah kamu ya... gerimis-gerimis ditempat sepi lagi."
Sigit terperanjat dengan datangnya beberapa warga yang sedang patroli, sama sekali dia tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
"Maaf bapak-bapak kalian salah paham, saya hanya menolongnya saja dari preman yang tadi mengganggunya."
Sigit menyanggah tuduhan para warga, dia membalikkan badannya dengan masih mengangkat tubuh Winda yang masih belum sadarkan diri.
"Hai anak muda, sudah jangan berkelit. ditempat ini sudah biasa ada kejadian seperti ini."
"Iya, kalau ketangkap basah jawabnya pasti salah faham." celetuk bapak-bapak yang memakai sarung dengan membawa senter ditangannya.
"iya atuh mang Udin mana ada maling ngaku, itu si enengnya saja sampai pingsan."
"Sudah sudah ayo mang Darso, dibawa saja mereka sekarang kerumah pak Lurah." para warga sekarang sudah mengepung Sigit dan Winda yang masih dibopongnya.
"Sekali lagi bapak-bapak saya tegaskan bahw..."
"Sudah anak muda percuma kamu berdebat disini, kalau anak muda mau menjelaskan silahkan nanti dijelaskan diruang sidang rumah pak Lurah, kasihan juga itu ceweknya kalau kenapa-kenapa." kata mang Udin memutus perkataan Sigit.
"Ya Tuhan.... Tadi kalian kemana ketika ada preman itu menggoda Winda" gumam Sigit dalam hatinya, tidak terima dengan apa yang mereka tuduhkan terhadapnya.
"Mang Udin yang bawa mobilnya, mang darso, dan pak soleh ikut mengawal mereka berdua didalam mobil, saya dan yang lain menyusul saja. Disana sudah ditunggu pak Lurah dan bu dokter." kata bapak yang berbaju merah.
😍😍😍
kira-kira apa yang akan terjadi pada mereka berdua ya??? 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
mampir thor
2022-10-01
0
Toni Hartono
tenang novel...aku tak bercanda jawara NKRI itu di iming imingi ndusun....
2022-08-23
0
Retno Wijayanti
mampir
2022-04-12
0