Part 4

Di kamar tamu.

Malam semakin larut, hanya suara jangkrik yang bernyanyi nyaring. Lelah dan kantuk sudah jelas menghampirinya, namun tetap saja Sigit tidak bisa memejamkan matanya, dia hanya membolak-balikkan tubuhnya, kekanan dan kekiri, tidak tenang dengan fikirannya saat ini.

Pandangannya kearah langit-langit kamar, dengan tatapan kosong ke alam masa lalunya.

"Eh, siapa diantara kalian yang bisa mengajak Winda ke mall terus beliin dia celana jeans, sudah deh satu saja jeansnya. terus dipakai sama dia, gue kasih deh lu duit 5 juta" Willy memberikan taruhan keteman-teman genk cowok sekelasnya, dengan Winda sebagai objek taruhannya.

"Kalau gue nih ya, taruhannya siapa diantara kalian yang berhasil ngajak dia shopping, walking, deating, camping, swimming apalah yang penting dia mau memakai jeans. gue kasih duit 15 juta, kontan." tidak mau kalah dengan Willy, Sigit memberikan tawaran yang lebih menggiurkan dari pada Willy, karena saat itu teman cewek yang paling pendiam dan lugu diantara ketiga genk cewek didalam kelas mereka adalah cuman Winda.

"Gila lu Git. duit segitu banyaknya cuma buat taruhan Winda doank?? demi apa bro? " kini bibir Topan maju 5 senti, seakan tidak percaya dengan perkataan Sigit.

"Bercanda lu ah...." ucap Willy dengan sedikit senyum dibibirnya.

"Udah deh, tidak usah macam-macam lu lu pada ya. tidak bagus. kualat baru tau rasa lu nanti" kilah Jhon sihidung mancung.

"Serius man, gue tidak bercanda. Nih ya asal kalian tau, si Wina dibandingkan dengan Silvi, dan Tania, dia tuh semlehoy seperti gitar spanyol jika pakai pakaian seperti itu, karena temen cewek kita dikelas yang pakai baju longgar cuma dia." mata Sigit melirik ketiga temanya sambil menggerakkan tubuhnya bak gitar yang diucapkan barusan.

"Ha ha ha ha ha ha..." mereka tersenyum membayangkan sesuai imajinasi masig-masing.

"Sudah, sudah kejauhan ngomongnya, kasihan dia, tidak pantas kita membicarakan dia seperti ini pelecehan itu namanya." ucap Jhon berusaha menghentikan lelucon teman-temannya.

Malam kian larut.

Hhhhhhhhh..... desah nafas Sigit bersamaan dengan merubah posisi tidurnya membelakangi lemari yang ada di samping ranjangnya.

kembali, matanya menatap kosong kearah jendela kamar. lamunannya marathon kemasa-masa itu lagi.

"Hei Winda.... mau kemana kamu..." kata Sigit dengan mengikuti logat khas bicara Winda, yang halus, dan pelan, dengan niat godain Winda.

"Hai Winda... ayo istirahat dulu, shalat dimasjid, terus ke kantin yuk..."

"Hai Winda... ke perpus yuk, cari bahan makalah..."

"Hai Winda... kamu mau kemana..."

Begitulah ledekan Sigit terhadap Winda, dan itupun sudah biasa baginya. akan tetapi Winda membiarkan tingkah Sigit yang dengan sengaja memojokkannya selama 5 semester ini.

Hingga pada ahir semester 5 terjadilah puncak kemarahan Winda. selesai jam kuliah pukul 12.10 wib mereka keluar kelas menuju lift, karena merasa malas mengantri, Winda dan Tania memilih menunggu agak sepi sambil duduk di kursi tunggu tidak jauh dari lift.

Beberapa saat kemudian, keadaan sudah sepi, lift sudah mulai bergerak menuju lantai 7 lagi.

Winda dan Tania pun beranjak mau masuk kedalam lift, namun secara tiba-tiba Sigit menyelonong masuk mendahului mereka berdua dengan kebiasaan celetukannya menggodai Winda.

"Hai Winda... kamu mau kemana?, aku mau makan siang..." kata Sigit.

Namun tanpa diduga oleh Sigit, Winda memundurkan langkahnya tidak jadi masuk lift bertiga.

"Dengar ya Git! semoga kamu mendapatkan istri yang melebihi aku, ingat kata-kataku itu Git!."

Entah mengapa saat itu juga Wina langsung menjawab dengan tegas dan sorot mata yang nanar, tidak seperti biasanya yang kalem. Sigit masih terpaku dengan kata-kata Winda barusan, rasa tidak percaya. diapun keluar dari lift dan saat itu juga Winda langsung masuk lift bersama Tania.

Diapun tersentak kaget dengan ucapan Winda, dan baru menyadari ini adalah waktu diantara adzan dan iqomah, dimana waktu yang mustajab untuk berdoa. dengan tergesa-gesa dia kembali memencet tombol lift dengan pintu yang sudah tertutup.

"Win, gue minta maaf Win." Sigit berlari kearah tangga darurat mengejarnya. Dia terus berlari sampai lantai dasar mencarinya, hheeeeehhh hheeeehhh hheehhh masih dengan nafas ngos-ngosan Sigit berusaha mencari sosok Winda dan Tania kekanan kekiri mencari Winda, sampai ahirnya dia melihat mereka di basecamp, dengan berlari memanggil Winda.

"Winda... Win tunggu!"

Winda dan Tania mengacuhkan panggilannya.

Namun tanpa disangka, Sigit berlari kearahnya dan duduk berjongkok sambil memegangi sepatu Winda.

"Serius Win gue minta maaf ke lu, gue tau, gue sudah keterlaluan selama ini ke lu. gue janji tidak akan mengulangi lagi. tolong lu cabut kata-kata lu tadi. gue takut itu akan jadi kutukan buat gue. please Win lu cabut!." ucapannya sedikit terbata-bata karena masih ada sisa-sisa nafas berlari tadi, sigit masa bodoh dengan orang sekitar yang memperhatikannya, saat ini yang terpenting adalah Winda memaafkannya dan mencabut kutukan, menurutnya.

Winda masih berdiri terdiam tidak menggubrisnya.

"Makanya lu punya mulut dihati-hati Git, tau rasa kan lu sekarang." kata Tania. mereka pun berlalu meninggalkannya sendirian.

Hhhhhhhhhhhhhhhhhh

Lagi-lagi Sigit menghela nafas panjang

ccckkkkkkk

Sigit berdecak sambil mengusap wajah dengan kasar dan berahir dikepala sembari meremas-remas rambutnya.

kini dia sambil duduk menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Kenapa ini harus terjadi pada gue ya Tuhan...."

"Kenapa harus dengan Winda."

"Apa ini juga termasuk karma gue yang selalu meledeknya..."

"Tapi... bukankah ini tidak adil untuk gue?"

"Yang terlalu sering mengganggunya bukankah si Willy?" gumamnya dengan membuang bantal kebawah ranjangnya, penuh rasa kesal.

Hhhhhhhhhhhhhhhh

dia kembali mendesah panjang.

❄❄❄

Sayup-sayup Sigit mendengar suara lantunan ayat-ayat al Qur' an, diapun terbangun dengan tubuh masih bersandar di kepala ranjang. ternyata dia tertidur setelah lelah semalam tidak bisa tidur. Dia beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil Hpnya diatas nakas.

Dilihatnya layar Hp menunjukkan tulisan 05.00 dia berjalan menuju kamar mandi membersihkan badannya dan mengambil air wudhu.

Beberapa saat setelah Sigit menghadap Sang Pencipta, dia kembali tiduran diatas ranjang bersepreikan serba warna putih. Lagi-lagi ia melamun, dan masih terlintas secara berlarian dibola matanya perististiwa demi peristiwa yang menyangkut dirinya dan Winda.

"Ya Tuhan..." Sigit memekik sendirian dengan memukulkan tangan kanannya diatas bantal putih yang tidak akan pernah tau permasalahannya.

"Atau gue harus lari saja ya...." tiba-tiba terlintas dibenaknya dengan pikiran ceteknya.

"Tapi kalau gue lari, bagaimana dengan ancaman pak Bondan semalam?"

"Lalu papi... pasti akan menertawakan gue." kembali lirihnya dengan tersenyum kecut.

"Tok tok tok...." mendengar ketukan pintu, dia langsung berdiri merapikan ranjang kembali, dan membukakan pintu.

.

.

.

.

Bersambung...🤗

yeeeeee.......... abang Sigit ngalamun mulu ya....😄😄

makanya ya bang, jangan suka jail, kena batunya kan....

ayo bantu vote, like, and komen ya biar bang Sigit semangat 💪💪💪😍

Terpopuler

Comments

Zainur Rahman

Zainur Rahman

kasihan sigit

2021-06-29

0

Jedids Jah Bawotong

Jedids Jah Bawotong

aturan n adat kurang tepat, gmana klu kejadian seperti winda dibiarkan atau tdk ditolong n sampai meninggal apa si sigit yg biarkan winda begitu aja kena hukuman atau bebas sebab klu beri pertolongan sesuai adat dinikahkan, klu dibiarkan apa sigit aman berarti tanggung jawab lurah.

2021-06-20

4

dewi putriyanti

dewi putriyanti

jangan lari, git...capek😁

2021-06-15

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139 Penyesalan Renaldi
140 Part 140 Brian mendadak sakit
141 Part 141 Kepergian Brian
142 Part 142 Berduka
143 Part 143 Tangisan Tengah Malam
144 Part 144. Bram kembali
145 Part 145. Pertemuan yang mengharukan
146 Part 146. Tania
147 Part 147. Pertempuran mengesankan
148 148. I love you more than you know.
149 Part 149. Sikap aneh Renaldi
150 Part 150. Apa? Aku hilang?
151 Part 151. Sorry sudah merusak hari baikmu.
152 Part 152. Rencana Sigit 1
153 Part 153. Rencana Sigit 2
154 Part 154 Halusinasi
155 Part 155 Halu yang jadi kenyataan
156 Part 156. Lebah Betina
157 Part 157. Hadiah istimewa
158 Part 158. Terungkapnya kisah lama Tania
159 Part 159. Di Pusat belanjaan
160 Part 160. Bertemu masa lalu
161 Part 161. Masa lalu biarlah berlalu
162 Part 162. Cuma drama
163 Part 163. Luka tak berdarah
164 Part 164. Cinta boleh tolol jangan
165 Part 165. Rasa kasihan.
166 166. Kesibukan Renaldi
167 Part 167. Sebuah kabar tentang Tommy
168 168. Sebuah keputusan
169 169. Aksi Sebuah Rencana
170 170. Aku sudah ada yang punya
171 171. Pasangan Baru
172 172. Maafkan aku
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Part 1
2
part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139 Penyesalan Renaldi
140
Part 140 Brian mendadak sakit
141
Part 141 Kepergian Brian
142
Part 142 Berduka
143
Part 143 Tangisan Tengah Malam
144
Part 144. Bram kembali
145
Part 145. Pertemuan yang mengharukan
146
Part 146. Tania
147
Part 147. Pertempuran mengesankan
148
148. I love you more than you know.
149
Part 149. Sikap aneh Renaldi
150
Part 150. Apa? Aku hilang?
151
Part 151. Sorry sudah merusak hari baikmu.
152
Part 152. Rencana Sigit 1
153
Part 153. Rencana Sigit 2
154
Part 154 Halusinasi
155
Part 155 Halu yang jadi kenyataan
156
Part 156. Lebah Betina
157
Part 157. Hadiah istimewa
158
Part 158. Terungkapnya kisah lama Tania
159
Part 159. Di Pusat belanjaan
160
Part 160. Bertemu masa lalu
161
Part 161. Masa lalu biarlah berlalu
162
Part 162. Cuma drama
163
Part 163. Luka tak berdarah
164
Part 164. Cinta boleh tolol jangan
165
Part 165. Rasa kasihan.
166
166. Kesibukan Renaldi
167
Part 167. Sebuah kabar tentang Tommy
168
168. Sebuah keputusan
169
169. Aksi Sebuah Rencana
170
170. Aku sudah ada yang punya
171
171. Pasangan Baru
172
172. Maafkan aku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!