JODOH PILIHAN KAKEK
Drrrt drrrttt!!
Hp ku berbunyi dan ada notifikasi masuk, ternyata WA dari Gibran Calon Suamiku, namun isinya sangat menyakitkan hati.
📲 hari ini, kamu harus bilang kalo kamu ngga mau nikah sama aku, nanti semua kerugian untuk pesta bakalan aku ganti, inget kata-kataku.
Aku hanya diam, padahal hari ini adalah hari Pernikahanku dengan nya. Tapi kenapa Malah dia mengirimi Wa seperti itu,
"Aku tidak bisa membatalkan nya lagi, Pak penghulu dan tamu sudah datang, keluarga kakek handoyo pun sudah datang hanya tinggal calon suami ku yang belum hadir, bagaimana ini".
Perasaanku berkecamuk didalam hati, akankah pernikahan ini terjadi, atau sebaiknya dibatalkan saja, aku masih merenung didalam kamar menunggu panggilan saat Gibran sudah datang.
"Maaf pak Handoyo, mana pengantin Prianya kok belum datang?" Tanya pak penghulu.
"Iya pak, sabar ya biar saya telpon dulu cucu saya" Jawab kakek Handoyo dan langsung menelpon Gibran.
Sementara itu Gibran masih asyik dihotel bersama salah satu kekasihnya entah sedang apa mereka.
"Mas Gibran, hari ini temenin aku ke mall ya, aku mau shoping nih" Kata perempuan itu merayu Gibran.
"Maaf Emilia, aku tidak bisa, hari ini aku akan Menikah" Jawab Gibran santai, sambil mengenakan Jasnya.
"Apaaa menikah, bagaimana bisa mas, kamu semalam bersama ku tapi pagi ini bilang mau menikahi gadis lain, gila kamu mas?" Wanita itu marah.
"Aku memang gila dari dulu Em, makanya aku bisa mengencanimu, aku pergi dulu ya sayang. "
Gibran langsung pergi meninggalkan Emilia yang sedang kesal, namun ditengah jalan harus menjawab telpon kakeknya.
📞"Hay, anak nakal dimana kamu, segera datang kemari, jika tidak akan kucoret nama mu dari daftar warisan. "
📞"iya kek, tunggu setengah jam lagi aku sedang dijalan, jangan khawatir aku pasti Menuruti perintahmu. "
Dipesta
"Maaf pak penghulu, sebentar lagi ya, mohon sabar, para tamu undangan juga mohon Sabar ya,"
Kakek Handoyo Memohon agar semuanya sabar karna sebentar lagi sang mempelai Pria akan datang dan acara segera dimulai.
Drrrrnnn.......drrrnnnnn!!
"Nah itu Dia pengantin Prianya, ayo segera dipersiap kan" Kata Paman ku yang sekaligus menjadi wali ku.
Semua orang menyambut Gibran, dan mempersilahkan duduk dikursi yang berhadapan dengan penghulu.
"Semoga saja wanita itu berubah pikiran dan membatalkan pernikahan ini. " Batin Gibran.
Aku keluar dengan kebaya pengantin serba putih, langsung duduk disebelah Gibran.
"Bagaimana mas Gibran, Mba Nadya sudah siap menikah?" Tanya pak penghulu pada kami.
"Terserah sama mempelai wanita aja pak, kalau saya iya aja." Jawab Gibran sontak membuat para tamu keheranan.
"Bagaimana, mbak Nadya, anda siap? " Tanya pak penghulu lagi.
Aku termenung, berfikir antara ku lanjutkan atau membatalkannys, terlebih lagi perniikahan ini adalah amanat terakhir dari kakekku sebelum Ia meninggal.
**
Dua bulan sebelumnya.
📞Hallo Ma ada apa nelpon, Aya kan lagi dinas.
📞Aya, pulang dulu nak kakek kritis, pengen ngomong sama kamu.
📞ya allah, iya ma, Aya pulang sekarang ya jangan panik.
One hours latter.
"Ma, gimana keadaan kakek ma? Kok ngga dibawa Ke Rumahnya Sakit sih? " Tanya ku pada Mama yang sedang panik.
"Tadi udah Mama bujuk tapi kakek, ngga mau, malah minta panggilin kamu." Jawab Mama.
Aku mendekati kakek dan menggenggam tangannya, dan Akralnya sudah sangat dingin.
"Kek, ini Aya kek, Kakek mau ngomong sama Aya kek? Ngomong aja, tapi pelan-pelan ya, nanti kakek pusing" Kata ku berbisik.
Kakek memberi sepucuk surat padaku.
"Nanti, Aya kasi ini ke kakek Handoyo segera berikan. Kakek udah ada yang jemput, kakek pamit Aya, jaga diri Aya Baik-baik"
Setelah aku menerima surat itu, kakek menarik Nafas nya Tiga kali, dan terhenti selamanya.
"Inalillahi waina ilaihi Rajiun kakek, yang tenang ya, jalan kakek sudah dipermudah" Aku menutup mata kakek mengusap nya dengan tangan ku.
Entah karna memang aku sudah biasa menyaksikan orang berpulang didepan mataku atau karna aku memang benar-benar ikhlas untuk melepas kakek saat, sehingga aku sudah tidak. Begitu meraungkan kepergian nya.
"Kakeeeeek, jangan tinggalin Vanya keeeek" Tangis adik ku.
"Yaaah, ya allah yah ayah udah ngga sakit lagi sekarang, terimakasih udah bantu yanti ngurusin anak-anakeski tanpa suami yah" Tangis mama ku.
Mama adalah seorang single parents yang ditinggal ayahku meninggal kecelakaan saat mama akan melahirkan Vanya dan aku baru berusia tiga tahun saat itu, sehingga membuat ibu. Dan kakek berusaha keras membesarkan kami berdua.
Mereka berusaha keras memberi pendidikan yang layak untuk ku dan Vanya. Namun, karna keterbatasan ekonomi, aku yang awalnya ingin sekali menjadi seorang psikiater hanya bisa mengambil jurusan keperawatan Jiwa.
Aku mengalah pada Vanya yang kekeuh ingin menjadi seorang Akuntan saat itu, tak apa bagi ku, karna itu salah satu pengorbanan ku untuknya.
Tiga hari setelah kematian Kakek, aku berunding pada Mama tentang surat yang ditinggalkan kakek padaku.
"Ma, kemarin kakek ngasi surat ini buat Aya" Kata ku.
"Coba bacakan surat nya Ya' Mama pengen tahu isinya. " Jawab Mama.
Aku membaca didepan Mama dan Vanya.
Untuk saudaraku Handoyo, mungkin aku sudah pulang duluan saat kamu terima surat ini, tapi aku masih bisa ingat perjanjian kita yang dulu, yang akan menyambung tali silaturahmi kita dnegan menjodohkan Kedua Cucu kita.
Nah, sekarang aku punya dua Cucu perempuan dan kamu punya satu Cucu laki-laki, aku merekomendasikan Nadya Cucu sulungku padamu, terimalah Dia dan Rawat Dia baik-baik.
Salam dari ku, saudara mu Muklis.
Mata ku terbelalak, membaca isi surat tersebut. Bagaimana bisa kakek tidak membicarakan ini padaku, menjodohkan ku pada seorang yang belum pernah aku temui, dan bahkan sekarang, aku sudah memiliki kekasih bernama Doni. Dan hubungan kami, sudah berjalan serius selama empat tahun, bahkan berencana untuk menikah.
"Ma, gimana ini Ma? Apa sebelumnya mama sudah tahu tentang semua rencana ini? " Tanya ku pada mama.
"Dulu memang Mama pernah dengar Aya, tapi Mama fikir itu tidak serius, maafkan Mama tidak pernah membicarakan nya padamu." Sesal Mama.
"Terus aku harus gimana Ma, aku ngga bisa, aku udah punya Doni Ma, "
" Ya terus gimana kan mbak Aya yang ditunjuk, terus mba Aya mau bebanin tanggung jawab ke aku gitu, iiih ogah, orangnya aja aku ngga tahu gimana," Suara Vanya nyeletuk dari belakang.
"Vanya, jangan ikut campur dulu. Aya, Mama bukan mau mengekang kamu, tapi sebaiknya kamu ikuti wasiat itu, kamu orang yang dipilih kakek, dan juga keluarga kita sudah banyak berhutang budi pada kakek Handoyo sayang". Jelas Mama.
"Jadi, aku akan dijadikan alat bayar hutang Ma? Apa aku sudah ngga punya pilihan lain dalam hidupku? " Tanya ku.
"Ambil positifnya ajalah mba, mereka itu keluarga Tajir, kalo mba nikah sama tuh cowok, derajat keluarga kita bisa terangkat, jadi ngga akan miskin-miskin amat kayak sekarang." Sambung Vanya lagi.
Aku melihat Mama hanya mengangguk membenarkan perkataan Naya, dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi saat itu.
Pagi hari nya, aku berangkat dinas pagi di Rumah Sakit, dan berencana mengajak Mama kerumah Kakek Handoyo sore harinya, aku berangkat kerja dengan perasaan galau.
Sampai dirumah sakit aku disambut oleh beberapa pasienku.
"Hay Ante Ncus udah datang, Naning boeh minta Duit sibu ngga mau beli permen disana? " Tanya Naning.
"Beli nya dimana, jangan jauh-jauh tapi ya, Ante ncus ngga bisa nemenin. " Jawabku dan menyodorkan selembar uang dua Ribu pada Naning. Dengan perasaan bahagia Ia pun pergi.
*Naning adalah pasien terlama di Rumah Sakit jiwa, yang masuk pada usia 15 tahun, terserang Gangguan Jiwa Depresi Pasca Trauma yang dialaminya saat Rumahnya kebakaran dan merenggut nyawa semua keluarganya, dan sekarang Naning Berusia 55 tahun namun masih merasa seperti usia 7tahun, saat keluarganya masih hidup*.
Aku memulai pekerjaanku dengan jadwal teratur hari ini, mulai dari menyuruh para pasien mandi, mengajak makan, mengajak senam dan memberi obat sesuai kebutuhan masing-masing.
Saat ku lihat Jam tanganku ternyata sudah pukul 14.00 siang. Segera aku berpamitan untuk pulang, karna janjiku dengan Mama.
"Mas, Wahid Aya pulang duluan ya, ini kan udah dikasi obat semua, jadi nanti waktunya oper dinas ke sore tinggal bikinin jadwal baru" Pesanku pada rekan kerjaku.
"Buru-buru amat mba Aya, mau kemana?" Tanya nya.
"Ada urusan dikit mas, duluan ya," ucapku padanya dan langsung pergi.
Aku mengendarai motorku dan langsung menjemput Mama, tapi syukurnya Mama sudah menunggu ku dipersimpangan jalan kompleks.
"Ma, ngga lama kan nunggunya" Tanya ku.
"Engga ko Ya' ayo cepetaan, Kakek Handoyo itu orangnya sibuk, jadi susah ditemuin. " Kata Mama.
Aku langsung putar balik, dan berjalan sesuai arah yang ditunjukan Mama, yaitu Rumah kakek Handoyo.
Setengah Jam kemudian, Kami sampai disebuah Rumah Mewah berlantai 3, dengan Nuansa serba Gold yang menambah kesan Mewahnya.
"Ma, beneran ini Rumahnya?" Tanya ku melongo.
"Iya Sayang soalnya Mama sering kesini ayo masuk udah ditungguin. " Ajak Mama saat itu.
Aku masih terbelalak tak menyangka, namun saat aku masuk tiba-tiba, ada seorang Pria menabrak tubuhku hingga aku jatuh tersungkur.
"Eiiits, Mba, kalo jalan lihat-lihat dong nabrak kan!" Kata Pria itu.
"Lho justru Masnya yang harus minta maaf karna udah nabrak saya, malah bilang saya yang nabrak," Omelku sambil berusaha berdiri.
"Mba nya Calon perawat kakek saya yang baru ya, sono masuk udah ditungguin. Moga betah kerja disini ya" Ledeknya padaku.
Aku hanya diam, kesal dan ingin marah, tapi sayangnya ibu sudah menunggu didalam.
"Maaf, Pak Handoyo. Saya kesini Membawa surat untuk Bapak. Dan ini, adalah Amanat terakhir dari Ayah untuk Bapak." Kata ibuku.
Aku Melihat kakek membaca surat tersebut dengan air mata berlinang dan langsung menarik nafas nya.
"Baik lah. Saya mengerti, kamu akan menikah dengan cucu saya gibran, itu fotonya." Ucap kakek Handoyo.
Aku terkejut bukan Main saat ku lihat foto tersebut di dinding.
"WHAT!!! Laki-laki yang numbur aku diluar tadi?? ".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Author yang kece dong
hallo aku mampir aku akan belajar dari kakak makasih masukannya 🙏
2022-04-04
1
Irman M Z Palembang
Hallo thor maaf baru hadir baca novel ini,menarik nih di baca.
Irman dari kecil hobby membaca,dulu punya keinginan menjadi penulis,tetapi ketika putus sekolah di bangku sekolah menengah pertama & fokus berkerja membantu kebutuhan orang tua,karena saat itu kakak nya Irman sekolah di insan kamil Bogor & adek juga msh sekolah,sedangkan saya sekolah di sekolah pendidikan islam.
pada jaman itu tidak ada sekolah yg gratis seperti saat ini,jadi Yaa demi kepentingan bersama Irman mundur & putus sekolah,terus Irman kerja membantu keluarga
2022-04-03
0
rara
kayaknya seru ceritanya.
2022-03-21
2