"Mas, kenapa Ngajak aku kesini? Aku sama sekali ngga pernah kesini mas" Tanya ku padanya.
"Kamu belum pernah kesini? Yaudah, aku ajarin kamu main kesini biar terbiasa sama kehidupan ku nanti. Lagi pula ini hotel kakek, tapi Diskotik dibawahnya ini adalah milik ku"
Aku harus mengambil sisi positif dari Mas Gibran yang membawa ku kemari, hitung-hitung aku jadi tahu Kemana saja Dia pergi nanti.
'Tempat apa ini sebenernya, bau alkohol semua, mana ceweknya nari-nari sexy banget gitu, ya ampun mas' gumam ku dalam hati.
"Hay Bro," Sapa Mas Gibran pada salah satu teman nya.
"Hay Gib, bawa siapa Loe seragaman gitu, baby sitter?". Tanya salah seorang teman.
" Bukan Jhon, ini Bini gue, gue jemput tadi pulang dinas ngga sempet ganti baju dia" Jawab Mas Gibran.
"Oh, jadi Bini loe perawat Gib? Okelah, bagus itu, bisa ngerawat Elu kalo sakau, hahahah"
Aku hanya diam, tidak berkata apa-apa karna terlalu berisik disini hingga kepalaku sakit, namun Mas Gibran tidak menghirau kan ku dan asyik ngobrol dengan teman-teman nya sambil minum-minum.
"Mas ayo pulang, aku ngga betah disini" bujuk ku.
" Ngapain sih ah, kalo mau pulang duluan aja, naik taxi kan bisa"jawabnya.
"Mas, udah berentiin minumnya, kamu udah mabok".
" Ini belum seberapa baru dikit juga, aku udah biasa. Katanya mau pulang ya pulang aja, ongkos taxi ambil di dompet".
Aku yang jengkel langsung pergi membawa dompet Mas Gibran, dan langsung berjalan keluar.
"Biar, tahu rasa, ngga bisa bayarin temen-temen mu itu" Gerutu ku sepanjang jalan.
Namun sedang setengah perjalanan, hp ku berbunyi dan ada seseorang mengirimiku foto. Yaitu foto mas Gibran sedang berciuman dengan seorang wanita.
"Ya Allah mas Gibran, aku harus cepet kesana jemput Dia bawa pulang".
Aku lari, tanpa perduli apapun ku tabrak. Aku hanya ingin membawa suami ku pulang dan tidak melakukan hal Gila malam ini.
Sesampainya aku diruangan itu, separuh pakaian mas Gibran sudah terbuka kancingnya. Dan segera ku seret Dia pulang.
" Heeeeey, kamu apa-apaan" Tanya Mas Gibran.
"Kamu yang apa-apaan mas, ngajak aku ketemu temen mu malah kamu begituan sama yang lain, masuk mobil kamu, biar aku yang nyetir."
Mas Gibran langsung masuk meskipun dengan tubuh yang sempoyongan, dan untungnya aku bisa menyetir meskipun belum punya SIM.
"Kamu itu jangan terlalu ikut campur urusan ku, aku itu suami mu, aku punya hak untuk menyuruh mu jangan mengaturku, aku masih ingin kebebasan untuk hidupku".
" Kamu sadar mas, kalau kamu suami ku, kalau kamu sadar berarti kamu juga sadar kalo aku ini istrimu, punya hak ngatur hidup kamu mas" Jawabku santai.
Ku lihat Mas Gibran tidak menjawab lagi, karna sudah ketiduran.
Aku memapahnya masuk saat sudah sampai dirumah, Untung saja Kakek sedang tidak ada karna keluara kota, jadi situasi aman terkendali. Dan lamgsung ki bawa Suami ku itu ke Kamar.
Ku lihat Dia langsung merebahkan dirinya ke ranjang, dan karna aku sudah gerah aku langsung mandi.
"Mas, bangun mandi dulu, ngga gerah apa itu bau alkohol semua badan nya" Ucap ku selepas mandi dan langsung ganti baju.
Tanpa banyak bicara Mas Gibran langsung mengambil handuk dan kemar mandi.
Sembari menunggu Mas Gibran mandi aku menata isi lemari, agar terpisah antara pakaian ku dan pakaian Mas Gibran, dan menyusun pakaian dalam kami agar lebih rapi. Namun saat sedang duduk dan menyusun aku merasakan ad air menetes di tengkuk leherku, aku langsung membalikan badan ku dan berdiri.
"Ma, mas, udah selesai mandinya, itu udah aku siapin ganti nya" Jawabku terkejut melihatnya hanya memakai handuk saja dibagian bawah.
"Kamu ngapai ngotak atik pakaian dalam ku, diam-diam mesum juga kamu" Ucapnya.
"Eh, enggak mas, cuma mau ngerapiin aja, karna kita kan udah berbagi lemari, jadi biar nyari apa-apa nanti gampang" Jawabku.
Mas Gibran memukul pintu lemari, dan karna hentakan itu, handuk yang melilitnya melorot.
"Aargh Mas! " Spontan aku menutup mata.
"Ah jangan munafik kamu, kamu suka juga kan lihatnya, kamu kerja dirumah Sakit gitu ngga mungkin ngga pernah lihat" Jawabnya sambil memakai handuknya lagi.
"Kalo dirumah sakit itu memang kewajiban aku ngrurusin mereka Mas, mau ngga mau harus dilakuin" Tambahku.
"Terus, apa bedanya sama dirumah, yang kamu lihat itu punya suamimu".
" Suami mu, suami mu, malam Pertama aja aku ditinggal ke hotel masih ngaku suamiku, mas".
Aku mengggalkan nya ingin langsung tidur karna lelah dan meninggalkan nya sendirian.
Pagi hari nya aku bangun untuk shalat subuh, dan alangkah terkejutnya aku saat Mas Gibran ternyata tidur disamping ku karna biasanya Dia tidur disofa, namun kun tahan untuk tidak teriak. Aku merasa takut jika terjadi sesuati pada diriku, hingga perlahan selimut ku tarik dan melihat tubuh ku.
"Aaah, untung saja, ternyata aku masih pakai baju" Gumam ku.
Aku bergegas shalat subuh agar tidak telat karna sudah kesiangan, disela sela doaku ku selip kan doa untuk suami ku agar mendapat hidayah dan tidak main perempuan lagi, setalah shalat aku pergi ke dapur untuk membantu Bik iyem memasak.
"Eh, non, sudah bangun" Sapa nya.
"Iya bi, lagi bisa cepet bangun, nanti juga dinas siang jadi santai, aku bantuin masak ya Bi"
"Eh ngga udah, nona tunggu disana aja, biar bibik yang masak"
"Ngga papa bi, aku juga bosen diem aja, mending bantuin masak kan". Jawabku.
Bi Iyem hanya mengangguk Dan tersenyum, setelah semuanya siap aku ingin naik untuk membangun kan Mas Gibran, tapi ternyata Dia sudah turun duluan.
" Tumben, cepet" Tanya ku.
"Serba salah lah" Jawab nya ketus.
Kami langsung berkumpul dimeja makan, dan kakek menyusul, dan kami Makan bersama.
"Nadya, kamu sebaiknya ambil cuti beberapa hari, atau bahkan seminggu". Ujar kakek.
" Ambil Cuti buat apa kek?" Tanya ku.
"Ya kan kakek amati, kalian itu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sangking sibuknya bahkan kakek ngga pernah lihat kalian pergi berdua, jalan, dinner, kalau kayak gini terus kapan mau ngasi kakek mu ini Buyut"
Pertanyaan kakek ini sontak Membuat Mas Gibran terbatuk.
"Uhuuuk, uhuuuk".
" Eeh Mas, minum dulu" Kata ku mengambil kan minum.
"Apa-apaan sih kek, aku belum mau punya anak ah" Jawab mas Gibran.
"Lagian gimana mau punya anak, disentuh aja engga" Batin ku.
"Kakek itu sudah tua, dan kakek pengen sekali, punya Cucu Buyut, kakek takut nanti ngga bisa ketemu".
" Keeek, jangan bilang kayak Gitu kek, ngga baik" Jawab Mas Gibran.
Aku hanya diam, seolah-olah tak Mendengar percakapan mereka.
Selesai Sarapan, aku kembali ke kamar, dan menyiapkan semua pakaian untuk mas Gibran ke kantor, dan ku bantu Dia memakai dasi serta Jasnya.
"Kamu, jangan ke Ge'eran sama kata-kata kakek tadi, jangan dianggap serius, aku aja belum minat sama kamu, gimana mau bikin anak".kata Mas Gibran.
" Kamu tahu kan aku dari tadi diem, ngga ikut-ikutan ngomong".
"Njawab aja kalo suami ngomong" Katanya lagi.
"Diem salah njawab salah gimana sih Mas mau nya? " Omelku.
Mas Gibran secara tiba-tiba, menghampiriku dan menggigit bibirku hingga mera nyaris berdarah.
"Mas, sakit ngapain sih" Omelku lagi.
"Biar kamu diem, ngga kebanyakan bicara, kalo masih banyak omong, maka akan aku bikin lebih sakit daripada itu" Ancam Mas Gibran.
Mas Gibran berlalu pergi entah kemana setelah melakukan itu padaku.
"Bibirku pedih sekali, minum susah rasanya gimana nih? " Lirihku.
Waktu sudah menunjuk kan pukul satu siang, aku segera bersiap dan berangkat dinas.
Sampai dipintu Masuk aku disambut Bu Nia, wanita paruh baya yang selalu memggunakan kain sorban dilehernya, konon itu pemberian putra nya yang sudah meninggal.
"Bu Nia lagi apa? " Tanya ku.
"Ibu lagi nungguin suami Ibu Nak, kalau saja dia mau jemput ibu, ibu sudah ingin. Pulang" Jawabnya.
"Suami ibu dimana? "
"Ehm tapi ini rahasia ya, Suami ibu itu anggota DPR di sulawesi, tapi dia disana sama istri barunya" Bisik Bu Nia.
Aku hanya melirik heran melihat tingkahnya.
"Oh, iya Bu selamat menunggu ya, tapi ingat jangan kemana-mana, cukup digerbang aja" Pesanku.
"Iya Nak, Ibu tahu kok, selamat bekerja ya" Ucap Bu Nia.
Aku langsung masuk dsn menuju bangsal tempat kerjaku.
"Assalamu'alaikum," Ucapku.
"Waalaikumsalam Aya, eeeh itu penganten baru bibirnya kenapa? " Ledek Desy.
"Ehm anu, ngga papa kok, sariawan aja" Jawabku.
"Ai aiii aiiiii, sariawan katanya, dikiranya aku tidak tahu itu apa Bu Nadya, itu adalah sesuatu tanda sayang dari suami mu bukan? " Ledeknya lagi.
"Tanda sayang apaan sakit begini" Batinku.
"Udah sih jangan ngeledek mulu, apa aja nih tugas hari ini? " Tanyaku.
"Ngga ada yang terlalu menyibuk kan kok, cuma kontrol sama kasih obat aja" Pesan Desy.
"Okelah, hari ini aku double sift ya" Pintaku.
"Loh kenapa? Penganten baru kok lembur terus?"
"Ngga papa, cuma ngincer bonus buat tambahan biaya kuliah Vanya" Ujarku.
"Lah kan kamu nikah sama.. "
"Sama orang kaya raya gitu, itu kan statusku, tapi kalo uang kuliah adik ku ya harus dari hasilku, aku ngga mau dibilang manfaatin moment" Jawabku lagi.
"Okelah sayangku Nadya, aku dukung keputusanmu aja goodluck ya, aku pamit byeee".pamit Desy lalu pergi.
Aku sengaja menambah dinas hari ini, hingga saat aku pulang, aku tidak perlu banyak dipertemukan dengan Mas Gibran, aku takut padanya, aku juga sebal sebenarnya.
Setelah hari yang melelahkan, aku pulang jam delapan Malam setelah pergantian sift dengan Mas Wahid.
Namun ada yang aneh saat aku berjalan menelusuri koridor, seperti ada yang mengawasi dan mengikutiku hingga aku dibuat merinding.
"Ngga mungkin setan ah, masih sore gini, hiiii lari aaaah" Ucap ku seraya berlari menuju motor ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Author yang kece dong
maaf min gak kuat nerusin bikin esmos,kalau pria kayak gitu aku sih no 🙈
2022-04-04
1
Dina kei
bilang janga ke ge'er an tp kesel gigitnya bibir...aw..aw..aw Gibran awas....ya
2022-03-03
1
Abu Alfin
next thor
2021-03-28
1