Drrrt drrrttt!!
Hp ku berbunyi dan ada notifikasi masuk, ternyata WA dari Gibran Calon Suamiku, namun isinya sangat menyakitkan hati.
📲 hari ini, kamu harus bilang kalo kamu ngga mau nikah sama aku, nanti semua kerugian untuk pesta bakalan aku ganti, inget kata-kataku.
Aku hanya diam, padahal hari ini adalah hari Pernikahanku dengan nya. Tapi kenapa Malah dia mengirimi Wa seperti itu,
"Aku tidak bisa membatalkan nya lagi, Pak penghulu dan tamu sudah datang, keluarga kakek handoyo pun sudah datang hanya tinggal calon suami ku yang belum hadir, bagaimana ini".
Perasaanku berkecamuk didalam hati, akankah pernikahan ini terjadi, atau sebaiknya dibatalkan saja, aku masih merenung didalam kamar menunggu panggilan saat Gibran sudah datang.
"Maaf pak Handoyo, mana pengantin Prianya kok belum datang?" Tanya pak penghulu.
"Iya pak, sabar ya biar saya telpon dulu cucu saya" Jawab kakek Handoyo dan langsung menelpon Gibran.
Sementara itu Gibran masih asyik dihotel bersama salah satu kekasihnya entah sedang apa mereka.
"Mas Gibran, hari ini temenin aku ke mall ya, aku mau shoping nih" Kata perempuan itu merayu Gibran.
"Maaf Emilia, aku tidak bisa, hari ini aku akan Menikah" Jawab Gibran santai, sambil mengenakan Jasnya.
"Apaaa menikah, bagaimana bisa mas, kamu semalam bersama ku tapi pagi ini bilang mau menikahi gadis lain, gila kamu mas?" Wanita itu marah.
"Aku memang gila dari dulu Em, makanya aku bisa mengencanimu, aku pergi dulu ya sayang. "
Gibran langsung pergi meninggalkan Emilia yang sedang kesal, namun ditengah jalan harus menjawab telpon kakeknya.
📞"Hay, anak nakal dimana kamu, segera datang kemari, jika tidak akan kucoret nama mu dari daftar warisan. "
📞"iya kek, tunggu setengah jam lagi aku sedang dijalan, jangan khawatir aku pasti Menuruti perintahmu. "
Dipesta
"Maaf pak penghulu, sebentar lagi ya, mohon sabar, para tamu undangan juga mohon Sabar ya,"
Kakek Handoyo Memohon agar semuanya sabar karna sebentar lagi sang mempelai Pria akan datang dan acara segera dimulai.
Drrrrnnn.......drrrnnnnn!!
"Nah itu Dia pengantin Prianya, ayo segera dipersiap kan" Kata Paman ku yang sekaligus menjadi wali ku.
Semua orang menyambut Gibran, dan mempersilahkan duduk dikursi yang berhadapan dengan penghulu.
"Semoga saja wanita itu berubah pikiran dan membatalkan pernikahan ini. " Batin Gibran.
Aku keluar dengan kebaya pengantin serba putih, langsung duduk disebelah Gibran.
"Bagaimana mas Gibran, Mba Nadya sudah siap menikah?" Tanya pak penghulu pada kami.
"Terserah sama mempelai wanita aja pak, kalau saya iya aja." Jawab Gibran sontak membuat para tamu keheranan.
"Bagaimana, mbak Nadya, anda siap? " Tanya pak penghulu lagi.
Aku termenung, berfikir antara ku lanjutkan atau membatalkannys, terlebih lagi perniikahan ini adalah amanat terakhir dari kakekku sebelum Ia meninggal.
**
Dua bulan sebelumnya.
📞Hallo Ma ada apa nelpon, Aya kan lagi dinas.
📞Aya, pulang dulu nak kakek kritis, pengen ngomong sama kamu.
📞ya allah, iya ma, Aya pulang sekarang ya jangan panik.
One hours latter.
"Ma, gimana keadaan kakek ma? Kok ngga dibawa Ke Rumahnya Sakit sih? " Tanya ku pada Mama yang sedang panik.
"Tadi udah Mama bujuk tapi kakek, ngga mau, malah minta panggilin kamu." Jawab Mama.
Aku mendekati kakek dan menggenggam tangannya, dan Akralnya sudah sangat dingin.
"Kek, ini Aya kek, Kakek mau ngomong sama Aya kek? Ngomong aja, tapi pelan-pelan ya, nanti kakek pusing" Kata ku berbisik.
Kakek memberi sepucuk surat padaku.
"Nanti, Aya kasi ini ke kakek Handoyo segera berikan. Kakek udah ada yang jemput, kakek pamit Aya, jaga diri Aya Baik-baik"
Setelah aku menerima surat itu, kakek menarik Nafas nya Tiga kali, dan terhenti selamanya.
"Inalillahi waina ilaihi Rajiun kakek, yang tenang ya, jalan kakek sudah dipermudah" Aku menutup mata kakek mengusap nya dengan tangan ku.
Entah karna memang aku sudah biasa menyaksikan orang berpulang didepan mataku atau karna aku memang benar-benar ikhlas untuk melepas kakek saat, sehingga aku sudah tidak. Begitu meraungkan kepergian nya.
"Kakeeeeek, jangan tinggalin Vanya keeeek" Tangis adik ku.
"Yaaah, ya allah yah ayah udah ngga sakit lagi sekarang, terimakasih udah bantu yanti ngurusin anak-anakeski tanpa suami yah" Tangis mama ku.
Mama adalah seorang single parents yang ditinggal ayahku meninggal kecelakaan saat mama akan melahirkan Vanya dan aku baru berusia tiga tahun saat itu, sehingga membuat ibu. Dan kakek berusaha keras membesarkan kami berdua.
Mereka berusaha keras memberi pendidikan yang layak untuk ku dan Vanya. Namun, karna keterbatasan ekonomi, aku yang awalnya ingin sekali menjadi seorang psikiater hanya bisa mengambil jurusan keperawatan Jiwa.
Aku mengalah pada Vanya yang kekeuh ingin menjadi seorang Akuntan saat itu, tak apa bagi ku, karna itu salah satu pengorbanan ku untuknya.
Tiga hari setelah kematian Kakek, aku berunding pada Mama tentang surat yang ditinggalkan kakek padaku.
"Ma, kemarin kakek ngasi surat ini buat Aya" Kata ku.
"Coba bacakan surat nya Ya' Mama pengen tahu isinya. " Jawab Mama.
Aku membaca didepan Mama dan Vanya.
Untuk saudaraku Handoyo, mungkin aku sudah pulang duluan saat kamu terima surat ini, tapi aku masih bisa ingat perjanjian kita yang dulu, yang akan menyambung tali silaturahmi kita dnegan menjodohkan Kedua Cucu kita.
Nah, sekarang aku punya dua Cucu perempuan dan kamu punya satu Cucu laki-laki, aku merekomendasikan Nadya Cucu sulungku padamu, terimalah Dia dan Rawat Dia baik-baik.
Salam dari ku, saudara mu Muklis.
Mata ku terbelalak, membaca isi surat tersebut. Bagaimana bisa kakek tidak membicarakan ini padaku, menjodohkan ku pada seorang yang belum pernah aku temui, dan bahkan sekarang, aku sudah memiliki kekasih bernama Doni. Dan hubungan kami, sudah berjalan serius selama empat tahun, bahkan berencana untuk menikah.
"Ma, gimana ini Ma? Apa sebelumnya mama sudah tahu tentang semua rencana ini? " Tanya ku pada mama.
"Dulu memang Mama pernah dengar Aya, tapi Mama fikir itu tidak serius, maafkan Mama tidak pernah membicarakan nya padamu." Sesal Mama.
"Terus aku harus gimana Ma, aku ngga bisa, aku udah punya Doni Ma, "
" Ya terus gimana kan mbak Aya yang ditunjuk, terus mba Aya mau bebanin tanggung jawab ke aku gitu, iiih ogah, orangnya aja aku ngga tahu gimana," Suara Vanya nyeletuk dari belakang.
"Vanya, jangan ikut campur dulu. Aya, Mama bukan mau mengekang kamu, tapi sebaiknya kamu ikuti wasiat itu, kamu orang yang dipilih kakek, dan juga keluarga kita sudah banyak berhutang budi pada kakek Handoyo sayang". Jelas Mama.
"Jadi, aku akan dijadikan alat bayar hutang Ma? Apa aku sudah ngga punya pilihan lain dalam hidupku? " Tanya ku.
"Ambil positifnya ajalah mba, mereka itu keluarga Tajir, kalo mba nikah sama tuh cowok, derajat keluarga kita bisa terangkat, jadi ngga akan miskin-miskin amat kayak sekarang." Sambung Vanya lagi.
Aku melihat Mama hanya mengangguk membenarkan perkataan Naya, dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi saat itu.
Pagi hari nya, aku berangkat dinas pagi di Rumah Sakit, dan berencana mengajak Mama kerumah Kakek Handoyo sore harinya, aku berangkat kerja dengan perasaan galau.
Sampai dirumah sakit aku disambut oleh beberapa pasienku.
"Hay Ante Ncus udah datang, Naning boeh minta Duit sibu ngga mau beli permen disana? " Tanya Naning.
"Beli nya dimana, jangan jauh-jauh tapi ya, Ante ncus ngga bisa nemenin. " Jawabku dan menyodorkan selembar uang dua Ribu pada Naning. Dengan perasaan bahagia Ia pun pergi.
*Naning adalah pasien terlama di Rumah Sakit jiwa, yang masuk pada usia 15 tahun, terserang Gangguan Jiwa Depresi Pasca Trauma yang dialaminya saat Rumahnya kebakaran dan merenggut nyawa semua keluarganya, dan sekarang Naning Berusia 55 tahun namun masih merasa seperti usia 7tahun, saat keluarganya masih hidup*.
Aku memulai pekerjaanku dengan jadwal teratur hari ini, mulai dari menyuruh para pasien mandi, mengajak makan, mengajak senam dan memberi obat sesuai kebutuhan masing-masing.
Saat ku lihat Jam tanganku ternyata sudah pukul 14.00 siang. Segera aku berpamitan untuk pulang, karna janjiku dengan Mama.
"Mas, Wahid Aya pulang duluan ya, ini kan udah dikasi obat semua, jadi nanti waktunya oper dinas ke sore tinggal bikinin jadwal baru" Pesanku pada rekan kerjaku.
"Buru-buru amat mba Aya, mau kemana?" Tanya nya.
"Ada urusan dikit mas, duluan ya," ucapku padanya dan langsung pergi.
Aku mengendarai motorku dan langsung menjemput Mama, tapi syukurnya Mama sudah menunggu ku dipersimpangan jalan kompleks.
"Ma, ngga lama kan nunggunya" Tanya ku.
"Engga ko Ya' ayo cepetaan, Kakek Handoyo itu orangnya sibuk, jadi susah ditemuin. " Kata Mama.
Aku langsung putar balik, dan berjalan sesuai arah yang ditunjukan Mama, yaitu Rumah kakek Handoyo.
Setengah Jam kemudian, Kami sampai disebuah Rumah Mewah berlantai 3, dengan Nuansa serba Gold yang menambah kesan Mewahnya.
"Ma, beneran ini Rumahnya?" Tanya ku melongo.
"Iya Sayang soalnya Mama sering kesini ayo masuk udah ditungguin. " Ajak Mama saat itu.
Aku masih terbelalak tak menyangka, namun saat aku masuk tiba-tiba, ada seorang Pria menabrak tubuhku hingga aku jatuh tersungkur.
"Eiiits, Mba, kalo jalan lihat-lihat dong nabrak kan!" Kata Pria itu.
"Lho justru Masnya yang harus minta maaf karna udah nabrak saya, malah bilang saya yang nabrak," Omelku sambil berusaha berdiri.
"Mba nya Calon perawat kakek saya yang baru ya, sono masuk udah ditungguin. Moga betah kerja disini ya" Ledeknya padaku.
Aku hanya diam, kesal dan ingin marah, tapi sayangnya ibu sudah menunggu didalam.
"Maaf, Pak Handoyo. Saya kesini Membawa surat untuk Bapak. Dan ini, adalah Amanat terakhir dari Ayah untuk Bapak." Kata ibuku.
Aku Melihat kakek membaca surat tersebut dengan air mata berlinang dan langsung menarik nafas nya.
"Baik lah. Saya mengerti, kamu akan menikah dengan cucu saya gibran, itu fotonya." Ucap kakek Handoyo.
Aku terkejut bukan Main saat ku lihat foto tersebut di dinding.
"WHAT!!! Laki-laki yang numbur aku diluar tadi?? ".
Seketika aku tertunduk lemas, saat melihat ternyata sosok yang akan dijodohkan padaku adalah seorang Pria angkuh, seenaknya sendiri, dan kata orang-orang Dia adalah, laki-laki yang terkenal Playboy dan suka gonta ganti pacar.
"Bagaimana Nadya? Tapi berhubung ini adalah permintaan mendiang kakekmu maka mau tidak mau kamu harus menurutinya" Tanya kakek Handoyo.
"Iya Aya, terlebih lagi kita harus berbalas budi atas semua yang dilakukan oleh kakek Handoyo pada keluarga kita. Beliau sudah melunasi hutang keluarga, dan membayar semua biaya kakekmu dirumah Sakit." sahut Mama.
"Apakah aku dijadikan alat bayar Hutang Ma?" Tanyaku lirih.
PLaaakkkk!!
"Jaga bicara mu Aya, keterlaluan kamu bilang seperti itu!"
Mama menamparku didepan kakek Handoyo dan membuat perasaan ku makin campur aduk.
"Lastri, tenanglah. biar aku bicara pada Nadya, kamu pulang saja, biar supirku mengantarmu" Kata kakek lagi.
"Baik lah pak, saya titip anak saya disini" Mama langsung pulang tanpa Memberi pesan padaku sedikitpun.
Aku masih terdiam, tak tahu harus bicara apa.
"Nadya, mungkin ini bagimu sangat berat. Tapi aku benar-benar ingin meminta bantuan mu dalam menangani masalah ini." Kata kakek padaku.
"Masalah apa kek? Bukan kan jelas aku hanya jadi alat pembayar hutang disini."Jelasku.
" Kamu tahu? Cucu kakek hanya Gibran seorang. Dia yang akan mewarisi semua aset kakek nantinya. Tapi karna tingkahnya sekarang, kakek merasa cemas untuk melakukan nya, kakek tidak akan bisa tenang mewariskan semua pada nya. Kakek takut semua yang akan kakek bangun dari Nol hanya akan dipakai nya berfoya-foya dan lebih parahnya lagi, harta tersebut akan habis ditangan para wanita tidak jelas itu."
"Apakah, Dia separah itu kek? Lalu kenapa kakek malah ingin menikah kan nya dengan ku?" Tanya ku.
"Kamu, dibesarkan dikeluarga Baik-baik, berpendidikan, berkarakter, dan memiliki ilmu agama yang baik, kakek harap, kamu bisa merubah Dia, sebelum kakek menyusul kakekmu Nanti Aya, kakek hanya ingin pergi dengan tenang".
"Tapi kek, bagaimana jika Aya tidak bisa merubahnya, seperti keinginan kakek? "
"Jika itu terjadi,,,, kakek mau semua aset kakek diberikan kepada Yayasan saja. Jangan sisakan ke Gibran sedikitpun. Maka dari itu, kakek ingin kamu sekuat tenaga merubahnya, agar Dia tidak menyesal nanti nya."
Aku berfikir keras bagaimana bisa membuat orang dengan watak seperti itu.
"Baik lah kek, stidaknya beri aku kesempatan berfikir dulu sebentar." Imbuh ku.
"Waktu mu hanya sebentar, jangan terlalu lama. Tidak kurang satu bulan lagi kalian akan aku nikahkan."
" Baik lah kek, saya permisi dulu."
Aku pergi menggunakan motorku, lebih memilih kembali ke Rumah Sakit daripada pulang ke Rumah. Karna, aku yakin mama akan uring-uringan nanti.
Sesampai nya dirumah sakit, aku duduk merenungkan semuanya, dan tiba-tiba pak Johan menghampiriku.
*Pak Johan mengalami gangguan obsesif kompulsif. Dulu beliau memiliki cita-cita dan keinginan sangat tinggi. Namun, demi mencapai keinginan nya tersebut hingga mengabaikan keluarganya hinga mereka pergi meninggalkan pak Johan dan akhirnya beliau stress. Pak Johan adalah seorang mantan Dosen Bahasa Indonesia, di Salah Satu Universitas Swasta dikota ku.*
"Mbak Aya, bukan kah tadi udah pamit pulang? kok balik lagi?" Tanya nya padaku.
"Lagi pusing pak, ngga pengen pulang. Kok bapak ngga istirahat kayak yang lain, abis minum obat biasanya ngantuk" Tanya ku balik.
"Ya,,,, saya lagi pengen keliling aja, bosen diruangan, Mba Aya pusing kenapa, bisa cerita dengan saya?" Tawarnya.
Aku saat itu memang butuh teman ngobrol, tapi tak ku sangka, jika yang mengajak ku ngobrol adalah Pasien ku sendiri.
"Pak, gimana kalo menurut bapak, ketika saya akan dijodohkan sama seorang laki-laki yang kebanyakan orang bilang Dia itu bajingan." Tanyaku.
"Tipe-tipe bajingan itu ada dua macam mba Aya, ada Bajingan yang benar-benar memang sifatnya, ada juga Bajingan yang Dia melakukan nya dengan terpaksa, atau hanya ingin cari perhatian, mba Aya Telaah dulu, Dia ada di tipe yang mana".
" Aaaaah,,,, entah lah pak. Saya juga bingung, dia Playboy, suka gonta-ganti cewek, suka nginep Dihotel, suka main ke karaoke, dan Bar. Sepertinya itu memang wataknya. Tapi sayang semua ini adalah wasiat kakek."
"Coba ambil sisi positif ya Mba Aya, kalo Mba Aya itu mau melakukan Wasiat kakek, dan sisi kemanusiaan, jika Mba Aya akan membantu Laki-laki itu untuk berubah. Dan jika itu terjadi maka Mba Aya, akan mendapatkan pahala yang sangat besar, dari gusti Allah"
Aku takjub mendengar perkataan pasien yang satu ini.
"Sudah ya, Mba Aya. Saya kok Ngantuk, mau tidur dulu. Saya takut telat besok mau pelantikan buat jadi rektor utama di Universitas." Pamitnya. Tapi sayang Halu nya kumat.
" Iya, Pak, tidur yang nyenyak ya." Kataku sedikit tertawa.
Anehnya, setelah mendengar kata-kata pak Johan hatiku tergerak untuk Menyetujui perjodohan tersebut.
Kriiing kriiing!!!!
Telpon ku berbunyi dan ku lihat nomor tidak dikenal.
📞"halo, dengan siapa ini?" Tanyaku.
📞"hay, aku Calon suami mu, bisa kita bertemu malam ini, di Cafe Pelangi jangan lupa jam 7 malam ku tunggu disana"
Dan Pria itu langsung menutup Telpon nya.
"Aaah dasar pria brengsek, tidak tahu sopan santun. Tapi aku harus bertemu dengan nya, sebaiknya aku pulang untuk bersiap-siap."
Aku segera pulang, mandi Dan bersiap untuk menemui mas Gibran, membicarakan tentang rencana pernikahan kami.
Jam 07.00 aku sudah sampai dicafe. Aku mencarinya dan menelpon nomor tadi.
"Hallo mas dimana?" Tanyaku. "
"Hay,,,, lurus saja. Aku dipojokan bersama pacarku." Jawabnya.
Aku tercengang dengan perkataanya dan langsung mematikan telponku, dan segera menemukan nya.
"Bisa-bisanya dia mengajak ku bertemu tapi mengajak pacarnya!" Omelku.
Dan alangkah terkejutnya lagi karna bukan hanya satu wanita yang Ia bawa, tapi dua orang wanita dengan berpakaian sangat Minim.
"Mas, kamu mas Gibran kan." Sapa ku.
"Eh kamu sudah datang, ternyata cewek yang tadi pagi. Astaga, aku kira kamu calon perawat kakekku hahahhah." Kata nya mentertawakan ku.
"Iya, saya Nadya calon Istrimu." Jawabku.
"Uhuuuk, uhuuuk! " Gibran yang sedang menyulut rokok terkejut dengan ucapanku tadi.
"Kepedean kamu ya! saya ngga mau menikah apalagi sama kamu, saya masih ingin bersenang-senang. Kamu lihat, wanita-wanita ini. Yang selalu menyenangkan saya" Jawab Gibran lagi.
" Eeeh kamu, kamu itu jadi istrinya gibran nanti, cuma buat status doang, tapi Gibran mau nya sama kita, dan kamu cuma jadi pajangan dirumah". Kata salah satu wanita itu, dan lumayan membuatku meradang.
"Sekarang kamu, katakan pada kakek, jika kamu menolak pernikahan ini, karna aku ngga mau menikah"kata Gibran lagi.
"Dan Jika kamu tidak menikah dengan ku, maka seketika itu juga kamu akan jadi gelandangan mas. Karna kamu ngga akan pernah dapat sepeserpun dari kakekmu, dan apakah wanitamu ini akan tetap bersamamu?? Jelas tidak mas, mereka akan membuangmu seperti sampah, dan mencari yang lain secepat kilat" Jawabku meradang.
"Dan kalian, kalian boleh bangga jika sekarang menjadi simpanan Gibran, dan aku hanya istri pajangan nya nanti, tapi setidaknya Aku adalh istri Sah Gibran, yang mempunyai Hak Mutlak atas dirinya, dan kalian hanya tempat untuk mencari kesenangan sesaat saja, saat Gibran bosan, kita lihat saja nanti" Kataku pada wanita itu.
"Hey kamu, berani-berani nya bilang begitu padaku, aaarggh!" Teriak salahsatu wanita itu.
Aku hanya pergi dan diam meskipun hatiku sakit. Sepanjang jalan aku terus mengingat semua perlakuan nya padaku tadi. Dan ingat apa dikatakan oleh pak Johan jika ini adalah Wasiat terakhir Kakek, dan seperti keinginan kakek Handoyo juga, aku memiliki tugas untuk merubah sifat Calon suamiku itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Sifatnya saja seperti itu, wanita nya banyak sekali, aku takut jika nanti hanya menjadi kesakitan untuk hatiku"
Sejumlah pertanyaan yang terus menghantui dibenak ku.
* Hari pernikahan.
"Pengantin Pria sudah datang, ayo cepat keluar, sudah pada nungguin" Kata Mama.
Aku menurutinya untuk keluar, semua melihatku takjub karna cantiknya saat itu, tidak seperti Mas Gibran yang Acuh.
"Bagaimana mas Gibran,. Mba Nadya sudah siap menikah?" Tanya pak penghulu pada kami.
"Terserah sama mempelai wanita aja pak, kalau saya iya aja" Jawab Gibran sontak membuat para tamu keheranan.
"Bagaimana, mbak Nadya, anda siap? " Tanya pak penghulu lagi.
"Iya Pak, saya Siap" Jawabku.
Sontak jawaban ku membuat Mas Gibran terbelalak seperti ingin marah dan mengamuk saat itu juga, namun tidak. Bisa Berbuat apa-apa karna ada Kakeknya disini.
"Baiklah kita mulai, ayo mas Gibran tangan nya" Ajak pak penghulu.
Gibran dengan terpaksa menyambut tangan pak penghulu.
"Saudara Gibran, Aku Nikahkan engkau dengan saudara Nadya Khairunisya binti pramono dengan mas kawin berupa Emas 25 gram dan seperabgkat alat sholat dibayar Tuuuunai".
" Saya Terima Nikahnya, Nadya Khairunisya binti pramono dengan mas kawin tersebut tunai"jawab mas Gibran.
"Bagaimana para saksi SAH" Tanya pak penghulu tadi.
Gibran tertunduk lesu, dan menatap ku seolah aku mengancurkan seluruh hidupnya sekarang.
Selesai acara, semua orang berguyur pulang, dan aku sesuai perjanjian, aku dibawa kerumah Kakek Handoyo dan akan mengurus mereka disana,. Untungnya saja aku masih bisa bekerja di Rumah Sakit, sehingga aku mempunyak sedikit hiburan nanti bersama para pasien ku.
Kakek duluan bersama supir dan bodyguardnya, sedangkan aku dan mas Gibran naik mobil pengantin dibelakang, namun kami hanya saling diam dan tidak betegur sapa.
setibanya dirumah pun mas Gibran mengabaikan ku, masuk sendiri tanpa membantu mengangkat koper ku.
"Sini Nyonya biar saya bantu" Kata pak supir.
"Oh iya makasih ya pak" Jawabku.
Dan ternyata didalam Rumah aku sduah disambut oleh para penghuni Rumah itu, aku terkejut tak mampu berkata apa-apa.
"Mari nyonya, saya tunjukan kamar pengantin nya" Ucap salah seorang berna bik inah.
"Iya bi makasih" Aku mengikutinya dari belakang.
Dan kamipun sampai disebuah kamar yang luas, dipenuhi rangkaian bunga yang menandakan jika itu kamar pengantin. Bi Inah langsung permisi meninggalkan ku.
Aku, masuk dsn merapikan baju ku dilemari, tiba-tiba mas gibran menarik tangan ku, membalik tubuhku dan menekan nya di depan lemari.
"Jangan harap kamu sudah menjadi istriku kamu bisa seenaknya mengatur kehidupan ku, ingat dari awal sudah ku bilang jika aku masih ingin bebas dan tidak terkekang, jadi jangan coba-coba kamu mengekangku".
" Mas, sakit mas, bisa ngga kamu ngga kasar sama aku"
Mas gibran langsung melepas kan ku dan memakai Jasnya pertanda akan pergi.
"Mas mau kemana, ini malam pengantin kita, nanti kalo kakek tanya gimana?"
"Itu urusan mu, yang jelas aku ingin bersenang-senang malam ini".
Mas Gibran langsung pergi meninggal kan ku di malam pengantin, di satu sisi aku senang karna aku selamat dari nya, tapi disisi lain qku takut jika kakek bertanya Dia kemana apa yang harus ku jawab.
Sejenak aku masih memikirkan bagaimana nanti jika kakek bertanya tentang keberadaan mas Gibran, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar dari luar.
Tok, tok, tok!!
"Iya, siapa? " Tanya ku dari dalam kamar.
"Ini kakek Aya, kamu sudah tidur".
" Ya, ampun kakek, gimana ini, gimana kalo nanyai mas Gibran,. Oh iya, begini saja" Fikirku.
Aku menyusun sebuah ide, dimana bantal guling aku rapi kan dan ku susun dengan selimut, semirip mungkin agar terlihat sebagai mas Gibran, dan aku langsung ganti baju tidur, wajah dan rambut ku aku buat acak-acakan, saat ku rasa sudah pas, aku buka pintunya dan menemui kakek.
"Eeeh, kakek, ada apa kek? Mas Gibran nya udah tidur kek, kasian kalo di ganggu" Jawabku.
Kakek hanya melihatku tersenyum, dan sedikit mengarahkan pandangan nya ke tempat tidur.
"Heh, dasar bocah, katanya ngga mau tapi dinikmati juga, yaudah kakek mau istirahat juga ya, kalian cepat istirahat juga, jangan ngotot" Pesan kakek, yang membuat ku sedikit tecengang.
"Ah, iya kek" Jawabku dengan menganggukan kepala.
Setelah kakek Pergi langsung ku tutup pintu namun tidak ku kunci, karna takut Mas Gibran pulang, dan aku langsung berbaring tidur karna aku harus dinas pagi besok.
*Gibran dihotel.
Gemuruhu suara diskotik memekak kan telinga, berjubel para pencari kesenangan sesaat dengan kenikmatan. Nya masing-masing, ada yang menari-nari, mabuk-mabukan, bahkan bermain-main dengan para wanita disebuah ruangan, salah satunya adalah Gibran dan teman-teman nya.
"Eh Gib, katanya Elu merid tadi siang, kok sekarang malah disini, bukanya malam pertama Elu sekarang, hahahah" Seseorang meledek Gibran.
"Gue Nikah cuma karna dusuruh kakek Gue, Gue juga kagak suka ama tuh cewek, apaan gaya nya biasa aja gitu, ngga menggairahkan" Jawab Gibran.
"Masih mending kami disini kan mas, seksi, dan bisa nyenengin kamu kapan aja kamu mau" Goda salah seorang wanita.
"Hahahah betuuuul, gue suka disini. Kumpul Sama kalian, senang-senang sampe mabok, dan nanti kita ke kamar ya sayang" Ajak gibran dengan seorang wanita.
Pesta mereka lanjutkan hingga saat seorang wanita memapah Gibran kekamar hotel, sudah bisa ditebak apa yang mereka lakukan disana.
**
Dini hari jam 03.00 pagi, mas gibran pulang dalam keadaan mabuk, aku terbangun saat Ia membuka pintu kamar kami, dan aku langsung menyambut kedatanganya.
"Mas, kok jam Segini baru pulang, darimana aja" Tanya ku.
"Udah ah jangan berisik, aku ngantuk mau tidur" Jawab mas Gibran dan langsung merebahkan tubuhnya diranjang.
Mengambil air hangat, dan mengelap badan nya yang penuh dengan bau alkohol sehingga aku pun ingin muntah rasanya.
Ku buka baju nya satu persatu, dan mengelap badan nya, namun betapa terkejutnya aku, saat melihat ada banyak tanda merah dileher dan didada Mas Gibran, begitu sakit rasanya hati ku namun aku hanya menghela nafas dan meneruskan mengelap tubuhnya.
Aku tertidur lagi disofa karna tidak. Mau mengganggu tidur Mas Gibran yang begitu lelap, sampai aku terbangun dan ternyata sudah menunjukan jam 07.00 pagi.
"Ya ampun udah Jam segini, aku kan ada dinas pagi, ah cepetan siap-siap deh".
Aku langsung beranjak. Dari sofa tempatku tidur tadi, namun karna tidak Terbiasa tidur di sofa tubuhku pegal Semua, hingga membuat aku sedikit aneh pagi ini.
Setelah mandi dan ganti baju, aku membangunkan mas Gibran untuk sarapan.
" Mas, mas, bangun mas, ayo kita sarapan, kakek udah nunggu dibawah"
"Aaiiiissh, Aya kamu ngga ada kerjaan lain apa, bangunin aku pagi-pagi begini"
Keluh ya padaku.
"Aku ngajak Sarapan mas, nanti kalo mas ngga turun sarapan malah Kakek marah lho, udah sana siap-siap, aku kebawah duluan" Kataku dan pergi meninggalkan. Nya.
Aku turun menyusul kakek dimeja makan, namun karna badan ku masih sakit, sesekali aku meregangkan ototku agar sedikit nyaman, tapi karna ulah ku tersebut membuat kakek senyum-senyum sendiri melihatku.
Beberapa menit kemudian Mas gibran datang menggunakan Boxer dan kaos oblong putihnya, yang tanpa sadar memperlihatkan bekas merah semalam.
"Pagi kek" Sapa nya.
"Pagi Gibran, tumben kamu jam segini udah bangun" Balas kakek.
"Itu tuh, dibangunin Nadya padahal masih ngantuk banget" Jawab Mas Gibran sambil memegangi tengkuk lehernya yang sedang dilemaskan.
Kakek hanya tertawa lagi saat melihat tanda merah itu.
"Nadya, ternyata kamu agresif juga ya" Kata kakek sontak mengejutkan aku.
"Uhuk, uhuuuk, kenapa kek, agresif apa?" Jawabku terbatuk.
"Itu yang dileher" Tunjuk kakek.
Aku langsung mengerut kan dahi ku, dsn menggaruk kepalaku.
'Itu bukan dari aku kek, semalam aja mas gibran ngga tidur dirumah' batinku.
"Biasa ajalah kek namanya juga anak. Muda" Jawab mas Gibran menyela.
Aku yang sudah terlanjur malu, segera pergi dari meja makan.
"Ehm, kek, Mas, aku berangkat dinas dulu ya, udah kesiangan" Pamitku dan menyodorkan tangan ku pada mas Gibran dan menyalaminya.
Aku terpaksa menggunakan Ojol hari ini karna motorku belum ku bawa pindah, sebenarnya ada supir yang mau mengantar tapi aku tidak ingin terlihat mencolok, didepan rekan ku nanti.
"Makasih ya bang, ini ongkosnya" Aku turun dari ojol dan memberikan ongkos.
Tanpa menunggu lama, qku langsung menuju Ruangan tempat ku bekerja, karna aku tahu sudah terlambat.
"Asaalamualaikum, maaf telat, soalnya naik ojek tadi" Sapa ku pada rekan ku.
"Cieee, yang penganten baru, kesiangan, kok naik ojek Ya, suami mu mana ngga nganter?" Tanya Desi rekan ku.
"Iiih apaan sih ngeledek, eeh gimana hari ini, ada jadwal apa aja?" Tanya ku mengalihkan perhatian.
"Ngga ada sih, senam sama sarapan udah, tinggal kasi obat aja, tapi cuma buat pak Dito sama Wawan".jawab Desi.
" Oh, oke biar aku aja yang kasi, mereka lagi santai kan?".
"Cuma itu tuh si Pak Dito katanya sholat tapi jam segini ngga tau sholat apaan, subuh lewat, duha belum masuk apa lagi Duhur" Jawab Desi lagi.
Aku hanya tersenyum sambil menyiapnkan nampan berisi obat, dan berlalu untuk memberikan nya pada pasien.
"Pak Ditto, ini obat nya pak, diminum dulu pak".
Tegur ku pada pak Ditto yang kelihatan nya sedang berdzikir, namun ada yang aneh saat itu, karna semakin Lama pak Ditto semakin kuat menggelengkan kepalanya hingga membentur-bentur kan nya ke tembok.
" Lailahailallah, Lailahailallah, LAILAHAILALLAH!!" Semakin lama semakin keras.
"Des, Desi, tolong, pak Ditto kumat lagi, des, panggil yang lain" Teriak ku pada Dessi dan berusaha mencegah pak Ditto membenturkan kepalany lebih keras.
Dan tak lama kemudian, beberapa orang rekan Pria membantu kami menenangkan pak Ditto.
"Pak, pak, dzikirnya sudah dulu pak, allah nya sudah denger pak, sekarang bapak Istirahat dulu" Ucap salah seorang rekan ku.
Mendengar hal itu, pak Ditto langsung menghentikan Dzikirnya, dan begitu sadar langsung mengusap kepalanya yang sakit.
"Pak, bapak sudah sadar?" Tanya ku.
"Ya mba Aya, kenapa?" Tanya pak Ditto.
"Bapak, tau tadi bapak ngapain?".
" Saya njedotin kepala lagi ya mba Aya? Astaghfirullah" Jawab mengelus dada.
"Bapak kenapa tadi? Apa yang bapak rasain?"
"Tadi selesai sarapan saya ngerokok bentar, tapi pas ngerokok kayak ada suara orang, nyuruh saya sholat, katanya gusti allah manggil saya, jadi saya shalat, ngaktau shalat apa" Jawab pak Ditto menitikan air mata
"Ehm, pak, bapak tahu ngga sesuatu yang berlebihan itu ngga baik, shalat memang kewajiban umat muslim, semakin kita sering shalat wajib maupun sunnah itu ada pahalanya, tapi shalat pun ada jadwalnya, saya tahu kalo bapak paham itu kan pak?".
" Iya, mba Aya, tapi kenapa, suara-suara itu sering bisikin saya, dan saya langsung ngga bisa kontrol diri saya mba Aya"
"Bapak bilang tadi merokok kan, coba besok bapak ngga usah merokok lagi, biar saya siapin permen buat bapak kalo lagi santai ya pak" Rayuku.
"Iya mba Aya makasih" Jawabnya lagi.
"Iya pak sama-sama".
Aku pergi menuju ruangan ku lagi setelah selsai memberi obat berikutnya pada Wawan.
" Ya, gimana pernikahan mu, baik-baik aja kan?" Tanya Desi.
"Masih satu hari Des, ngga bisa dibilang baik dan buruknya, aku aja belum paham bener siapa suamiku"
"Ya, gimana ya aku sebenernya khawatir sama kamu, kita semua kan tau ya kalo suami kamu itu, maaf, seorang playboy, apa sejak menikah bener-bener berhenti, atau masih seperti itu? "
"Aku ngga tahu Des, aku belum bisa mengatakan apa-apa, aku cuma minta doanya aja ya, semoga pernikahan aku langgeng, dan suamiku bisa benerhbener berubah suatu saat nanti" Jawabku.
"Doa yang terbaik selalu buat kamu Ya, yang sabar ya" Ucap Desi dan aku hanya mengangguk.
Hari demi hari tidak terasa sudah 2 bulan kami menyandang status suami isteri, tapi sampai sekarang perlakuan Mas Gibran tetap sama padaku, Cuek dan lebih suka main diluar.
Dan aku menyibuk kan diriku dengan pekerjaan ku, aku sering menamab Jam dinasku agar tidak terlalu sering diam dirumah.
Seharian ini tidak ada yang begitu menyibuk kan ku, karna hari ini hanya merekap data pasien dengan berbagai statusnya.
Hari sudah menunjuk kan pukul dua siang.
"Ya, aku pulang duluan ya, kamu ngga pulang?" Tanya Desi.
"Iya Des, bentar lagi," Jawabku.
"Oke, byee".
Aku meletak kan kepalaku dimeja, rasanya malas sekali untuk pulang, tapi tiba-tiba Desi kembali lagi dsn memanggilku.
" Yaaaa, Ayaaaa" Teriaknya.
"Apaan sih Des, teriak-teriak, katanya mau pulang?"
"Itu, anu eeehm, suami kamu jemput diluar". Katanya buru-buru.
" Hah, masa? Ngga mungkin banget lah dia kerja hari ini"
"Ayo keluar sini lihat sendiri" Desi menarik ku ke depan.
Dsn betapa terkejutnya aku saat ternyata Mas Gibran sudah ada didepan menungguku.
"Mas, kok jemput ngga bilang dulu?" Tanya ku sambil mencium tanganya.
"Udah cepetan, betah amat dideket orang gila, lama-lama ikutan gila entar" Jawabnya judes.
"Iya aku ambil tas dulu".
Setelah itu aku menaiki mobil gibran dan menanyakan akan kemana karna tidak melewati jala pulang.
" Lho Mas, kita mau kemana? Ini bukan jalan pulang?" Tanyaku.
"Udah ikut aja, aku kenalin temen-temenku pengen kenalan" Jawabnya.
Mas Gibran membawaku masuk ke sebuah hotel, dan masuk ke diskotiknya.
'Ya allah, ngapain Mas Gibran bawa aku kesini, aku ngga pernah kesini, tempat apa ini?' gumam ku dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!