Sepanjang jalan tubuhku merinding. Terlebih lagi angin malam ini berhembus sangat kencang sehingga tubuhku menggigil kedinginan.
"Aduuuuh, mana lupa bawa jaket tadi, ngga rencana double sift sih" Ucapku.
Aku pulamg mengendarai motorku dengan pelan hingga akhirnya aku sampai dirumah dan disambut kakek yang menunggu diruang Tamu.
"Aya, kok baru pulang? Bukan nya kalo dinas pagi pulangnya siang? " Tanya kakek.
"Ehm iya kek, tadi ada temen mendadak ngga masuk jadi Aya gantiin" Ucapku beralasan.
"Yaudah, sini kakek mau tunjukin sesuatu sama kamu" Ajak kakek padaku.
"Ada apa kek?" Tanyaku heran.
Kakek membimbingku ke garasi, dan menunjuk kan sebuah mobil baru padaku.
"Aya, ini tadi kakek belikan mobil buat kamu, supaya kamu berangkat Dinasnya ngga kepanasan, Ngga kehujanan, apalagi kamu sering ambil double sift, pulang malem, kedinginan"
Aku terkejut bukan main dengan hadiah dari kakek untuk ku, aku seakan aku ingin menolaknya, namun aku tidak mampi karna tak ingin menyakiti hati kakek.
"Kek, tapi ini kebagusan, Aya ngga bisa nerima kek" Ujarku.
"Aya, kamu ngga boleh nolak, harta kakek dan Gibran adalah harta kamu juga, dan sekarang keuangan keluarga semua kamu yang atur.setiap bulan kamu harus belanja semua keperluan untuk rumah ini, termasuk keperluanmu juga" Kata kakek panjang lebar.
"Aaa,,, baik lah kek, terimakasih karna kakek benar-benar perduli sama Aya ya kek, dan mobilnya akan jadi kesayangan Aya kek" Ucapku.
Setelah serah terima tersebut aku kembali ke kamar, mandi, shalat isya dan merebahkan tubuh lelah ku diranjang.
Saat mata ku akan terlelap tiba-tiba Mas Gibran menelpon.
📞halo Mas, mas dimana kok belum pulang.
📞udah jangan banyak tanya, pokoknya nanti pintu jangan dikunci kayak kemaren, inget ya jangan dikunci.
📞ta, tapi mas, haloooo.
Tanpa salam, mas gibran menutup telpon nya dariku.
Aku sekali lagi harus meng'iya kan semua perkataanya demi kesehatan kakek.
Mas Gibran kembali pulang dini hari, hari ini jam dua pagi.
Aku menyambutnya lagi yang sedang dalam Keadaan mabuk parah, aku segera melepas bajuny dan mengelap badanya yang seperti biasa banyak tanda merah disana. Tapi kali ini, aku mengusapnya dengan perasaan kesal, hingga tubuhnya memerah.
"Kapan sih berubah nya Mas, udah tiga bulanan masih tetep begini aja kamu Mas, sakit hatiku tau ngga" Lirihku.
Setelah ku gantikan pakaian nya, aku ikut tidur disebelahnya dengan memberi pembatas bantal guling diantara kami, entah lah aku masih takut padanya hingga tiga bulan pernikahan kami.
Adzan subuh membangun kan ku, aku bergegas shalat subuh dan mengaji sebentar serta lanjut tidur karna hari ini aku dinas sore.
Tok, tok. Tok!!
"Mba Aya bangun Mba, dipanggil ndoro Tuan" Ujar Bi Inah.
"Hmm iya Bi bentar" Jawabku.
Aku segera membangunkan Mas Gibran.
"Mas, bangun Mas udah pagi, dipanggil kakek sarapan bareng" Ucapku.
"Aaargh, kamu itu kerjaanya gangguin orang mulu, ngga bisa ya biarin aku santai dikit" Omelnya.
Aku tak menghiraukan nya dan langsung menemui kakek dimeja makan.
"Pagi kek" Sapa ku.
"Pagi juga Aya, mana Gibran? " Tanya kakek.
"Aku disini kek, kenapa? " Jawab Mas Gibran menuruni anak tangga.
"Duduk sini, ada yang kakek mau bicarakan" Ajak kakek.
Mas Gibran mengambil posisi duduk disebelahku, dan ku ambilkan nasi dan lauk untuk nya sarapan.
"Aya, Gibran. Besok malam minggu ada undangan pesta dari rekan bisnis kakek, kakek mau Kalian berdua datang mewakili kakek"
"Ya kek, kenapa harus aku sama dia sih, lihat tuh dia aja dandanan nya gitu norak aaaah" Ketus Mas Gibran.
"Kamu ngga bisa nolak Gibran, ini keputusan kakek, jika kamu melanggar kita akan gagal proyek milyaran kamu tahu? " Gertak Kakek.
"Tapi kek, aaaah".
" Kalo cuma masalah penampilan bisa diurus itu, sekarang kasi kartu mredit kamu sama Aya" Ujar kakek.
"Buat apa kek? Nanti diabisin sama Dia?"
"Mau dikasi atau kakek blokir?" Ancam kakek lagi.
Akhirnya Mas Gibran menyerah dan memberikan credit cardnya padaku.
"Nah Aya, kamu gunakan uang dalam credit card itu dengan baik, bawa untuk perawatan kesalon, spa, shopping sesuka lah, habiskan seperlunya, kamu ngga mau kan uang suamimu nanti malah dihabiskan Wanita lain? " Ujar kakek.
"Ehm iya kek, akan Aya gunakan sebaik Mungkin, makasih ya kek, makasih Mas Gibraaaan" Ledek ku.
Aku lalu menghabiskan waktu ku untuk membaca buku diteras belakang.
Sedang asyik membaca, tiba-tiba ada yang menelpon ku.
📞"haloo"
📞"Hay Aya, ini Doni"
📞"Mas Doni, iya Mas ada apa?"
📞"aku ingin bertemu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu"
📞"ta, tapi mas, apa ngga bisa ngomong disini aja?"
📞"temui aku sebentar Aya, dicafe dulu kita sering datang, aku sudah disana sekarang"
📞"ehm, baik Lah, bentar lagi aku datang ya".
Aku langsung menutup telpon ku dan bersiap-siap menemui Mas Doni ditempat Biasa, aku tidak minta Izin Mas Gibran, karna aku tahu jawaban nya pasti cuek.
Aku segera berangkat menggunakan mobil yang diberikam kakek padaku. Dan tak perlu waktu lama untuk aku sampai dicafe itu.
" Hay Aya," Suara Mas Doni memanggil ku.
"Iya Mas" Aku langsung menghampirinya dan duduk Didepan nya.
"Mas sendirian? " Tanyaku.
"Engga , aku kesini sama temen" Jawabnya.
"Oh, mau kenalin aku sama seseorang kah?" Tanyaku lagi.
"Ehm gitu lah, eh iya gimana keadaan kamu, suami Kamu baik kan?" Tanya Mas Doni.
Pertanyaan yang cukup kembuatku gugup.
"Aa, iya mas Baik-baik aja kok"
"Iya, Ya, sepertinya mereka sayang sama kamu, sampai-sampai udah ngasi mobil gitu"
"Ehm, mas jangan salah paham lho ya, aku mau menikah bukan karna aku matre lho, dari awal aku udah kasi tau Mas alasan nya"
"Iya, aku tahu kamu kok Ya"
Tiba-tiba ada seorang gadis datang menyapa Mas Doni dan mendatangi kami.
"Mas, maaf telat" Katanya.
"Eh iya nggapapa. Dian kenalin ini Nadya, Nadya ini Dian"
"Hay, saya Nadya," Sapa ku sambil memberikan tangan.
"iya,,, aku Dian, pacarnya Mas Doni".
" Ooooh, ternyata ini yang mau dikenalin toh,"ledek ku.
"Iya, rencana nya kami akan menikah beberapa bulan lagi dan kami mau Minta tolong kamu jadi pendampingnya Dian. arna Dia anak Yatim, ngga punya saudara".
" Oh iya, gampang kalo Soal itu, aku rela libur demi acara kalian"
"Iya, makasih ya Nadya"kata Dian lagi.
Kami cepat akrab, karna aku sudah mengenal mas Doni lumayan lama, termasuk masa Pacaran yang hampir 5 thun. Sehingga aku sudah tau dan faham tentang apa yang Mas Doni sukai dan yang tidak disukai.
" Eh iya udah siang, maaf ya, aku pamit pulang, mau dinas sore soalnya" pamitku.
"Kamu masih betah kerja disana Ya, kamu kan udah nikah sama orang kaya" Ledek Mas Doni.
"Udah deh Mas, jangan Mulai deh"
"Canda canda, yaudah, goodluck aja ya, Sampai jumpa besok" Ucap mas Doni.
" Oke Mas, pergi dulu ya, Dian, aku pamit, byee".
Dan aku pun pergi pulang untuk bersiap-siap dinas.
Disepanjang jalan aku terkenang semua kenangan tentang ku dan Mas Doni. Sungguh kami Serius dengan hubungan kami saat itu, bahkan Sempat terucap bahwa Mas Doni akan Segera melamarku, tapi kembali lagi jika Jodoh itu tidak Akan bisa untuk Ditebak, hanya Allah yang maha tahu, dengan siapa kita akan berjodih nanti ny.
Karna terkadang apa yang kita kejar itu belum tentu yang terbaik dari Allah buat kita. Semoga saja meskipun mas Gibran seperti itu, dia. Adalah takdir yang baik bagiku nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
I Gusti Ayu Widawati
Saya suka karyamu.Thanks Author.
2022-05-10
0
Sunarti
nyebelin deh si Gibran
2021-03-04
3
Elly Handayani
di blokir dari sekarang aja kek... jadi g bisa macem" sama cewek di luar🤣🤣🤣
2021-03-02
8