Seketika aku tertunduk lemas, saat melihat ternyata sosok yang akan dijodohkan padaku adalah seorang Pria angkuh, seenaknya sendiri, dan kata orang-orang Dia adalah, laki-laki yang terkenal Playboy dan suka gonta ganti pacar.
"Bagaimana Nadya? Tapi berhubung ini adalah permintaan mendiang kakekmu maka mau tidak mau kamu harus menurutinya" Tanya kakek Handoyo.
"Iya Aya, terlebih lagi kita harus berbalas budi atas semua yang dilakukan oleh kakek Handoyo pada keluarga kita. Beliau sudah melunasi hutang keluarga, dan membayar semua biaya kakekmu dirumah Sakit." sahut Mama.
"Apakah aku dijadikan alat bayar Hutang Ma?" Tanyaku lirih.
PLaaakkkk!!
"Jaga bicara mu Aya, keterlaluan kamu bilang seperti itu!"
Mama menamparku didepan kakek Handoyo dan membuat perasaan ku makin campur aduk.
"Lastri, tenanglah. biar aku bicara pada Nadya, kamu pulang saja, biar supirku mengantarmu" Kata kakek lagi.
"Baik lah pak, saya titip anak saya disini" Mama langsung pulang tanpa Memberi pesan padaku sedikitpun.
Aku masih terdiam, tak tahu harus bicara apa.
"Nadya, mungkin ini bagimu sangat berat. Tapi aku benar-benar ingin meminta bantuan mu dalam menangani masalah ini." Kata kakek padaku.
"Masalah apa kek? Bukan kan jelas aku hanya jadi alat pembayar hutang disini."Jelasku.
" Kamu tahu? Cucu kakek hanya Gibran seorang. Dia yang akan mewarisi semua aset kakek nantinya. Tapi karna tingkahnya sekarang, kakek merasa cemas untuk melakukan nya, kakek tidak akan bisa tenang mewariskan semua pada nya. Kakek takut semua yang akan kakek bangun dari Nol hanya akan dipakai nya berfoya-foya dan lebih parahnya lagi, harta tersebut akan habis ditangan para wanita tidak jelas itu."
"Apakah, Dia separah itu kek? Lalu kenapa kakek malah ingin menikah kan nya dengan ku?" Tanya ku.
"Kamu, dibesarkan dikeluarga Baik-baik, berpendidikan, berkarakter, dan memiliki ilmu agama yang baik, kakek harap, kamu bisa merubah Dia, sebelum kakek menyusul kakekmu Nanti Aya, kakek hanya ingin pergi dengan tenang".
"Tapi kek, bagaimana jika Aya tidak bisa merubahnya, seperti keinginan kakek? "
"Jika itu terjadi,,,, kakek mau semua aset kakek diberikan kepada Yayasan saja. Jangan sisakan ke Gibran sedikitpun. Maka dari itu, kakek ingin kamu sekuat tenaga merubahnya, agar Dia tidak menyesal nanti nya."
Aku berfikir keras bagaimana bisa membuat orang dengan watak seperti itu.
"Baik lah kek, stidaknya beri aku kesempatan berfikir dulu sebentar." Imbuh ku.
"Waktu mu hanya sebentar, jangan terlalu lama. Tidak kurang satu bulan lagi kalian akan aku nikahkan."
" Baik lah kek, saya permisi dulu."
Aku pergi menggunakan motorku, lebih memilih kembali ke Rumah Sakit daripada pulang ke Rumah. Karna, aku yakin mama akan uring-uringan nanti.
Sesampai nya dirumah sakit, aku duduk merenungkan semuanya, dan tiba-tiba pak Johan menghampiriku.
*Pak Johan mengalami gangguan obsesif kompulsif. Dulu beliau memiliki cita-cita dan keinginan sangat tinggi. Namun, demi mencapai keinginan nya tersebut hingga mengabaikan keluarganya hinga mereka pergi meninggalkan pak Johan dan akhirnya beliau stress. Pak Johan adalah seorang mantan Dosen Bahasa Indonesia, di Salah Satu Universitas Swasta dikota ku.*
"Mbak Aya, bukan kah tadi udah pamit pulang? kok balik lagi?" Tanya nya padaku.
"Lagi pusing pak, ngga pengen pulang. Kok bapak ngga istirahat kayak yang lain, abis minum obat biasanya ngantuk" Tanya ku balik.
"Ya,,,, saya lagi pengen keliling aja, bosen diruangan, Mba Aya pusing kenapa, bisa cerita dengan saya?" Tawarnya.
Aku saat itu memang butuh teman ngobrol, tapi tak ku sangka, jika yang mengajak ku ngobrol adalah Pasien ku sendiri.
"Pak, gimana kalo menurut bapak, ketika saya akan dijodohkan sama seorang laki-laki yang kebanyakan orang bilang Dia itu bajingan." Tanyaku.
"Tipe-tipe bajingan itu ada dua macam mba Aya, ada Bajingan yang benar-benar memang sifatnya, ada juga Bajingan yang Dia melakukan nya dengan terpaksa, atau hanya ingin cari perhatian, mba Aya Telaah dulu, Dia ada di tipe yang mana".
" Aaaaah,,,, entah lah pak. Saya juga bingung, dia Playboy, suka gonta-ganti cewek, suka nginep Dihotel, suka main ke karaoke, dan Bar. Sepertinya itu memang wataknya. Tapi sayang semua ini adalah wasiat kakek."
"Coba ambil sisi positif ya Mba Aya, kalo Mba Aya itu mau melakukan Wasiat kakek, dan sisi kemanusiaan, jika Mba Aya akan membantu Laki-laki itu untuk berubah. Dan jika itu terjadi maka Mba Aya, akan mendapatkan pahala yang sangat besar, dari gusti Allah"
Aku takjub mendengar perkataan pasien yang satu ini.
"Sudah ya, Mba Aya. Saya kok Ngantuk, mau tidur dulu. Saya takut telat besok mau pelantikan buat jadi rektor utama di Universitas." Pamitnya. Tapi sayang Halu nya kumat.
" Iya, Pak, tidur yang nyenyak ya." Kataku sedikit tertawa.
Anehnya, setelah mendengar kata-kata pak Johan hatiku tergerak untuk Menyetujui perjodohan tersebut.
Kriiing kriiing!!!!
Telpon ku berbunyi dan ku lihat nomor tidak dikenal.
📞"halo, dengan siapa ini?" Tanyaku.
📞"hay, aku Calon suami mu, bisa kita bertemu malam ini, di Cafe Pelangi jangan lupa jam 7 malam ku tunggu disana"
Dan Pria itu langsung menutup Telpon nya.
"Aaah dasar pria brengsek, tidak tahu sopan santun. Tapi aku harus bertemu dengan nya, sebaiknya aku pulang untuk bersiap-siap."
Aku segera pulang, mandi Dan bersiap untuk menemui mas Gibran, membicarakan tentang rencana pernikahan kami.
Jam 07.00 aku sudah sampai dicafe. Aku mencarinya dan menelpon nomor tadi.
"Hallo mas dimana?" Tanyaku. "
"Hay,,,, lurus saja. Aku dipojokan bersama pacarku." Jawabnya.
Aku tercengang dengan perkataanya dan langsung mematikan telponku, dan segera menemukan nya.
"Bisa-bisanya dia mengajak ku bertemu tapi mengajak pacarnya!" Omelku.
Dan alangkah terkejutnya lagi karna bukan hanya satu wanita yang Ia bawa, tapi dua orang wanita dengan berpakaian sangat Minim.
"Mas, kamu mas Gibran kan." Sapa ku.
"Eh kamu sudah datang, ternyata cewek yang tadi pagi. Astaga, aku kira kamu calon perawat kakekku hahahhah." Kata nya mentertawakan ku.
"Iya, saya Nadya calon Istrimu." Jawabku.
"Uhuuuk, uhuuuk! " Gibran yang sedang menyulut rokok terkejut dengan ucapanku tadi.
"Kepedean kamu ya! saya ngga mau menikah apalagi sama kamu, saya masih ingin bersenang-senang. Kamu lihat, wanita-wanita ini. Yang selalu menyenangkan saya" Jawab Gibran lagi.
" Eeeh kamu, kamu itu jadi istrinya gibran nanti, cuma buat status doang, tapi Gibran mau nya sama kita, dan kamu cuma jadi pajangan dirumah". Kata salah satu wanita itu, dan lumayan membuatku meradang.
"Sekarang kamu, katakan pada kakek, jika kamu menolak pernikahan ini, karna aku ngga mau menikah"kata Gibran lagi.
"Dan Jika kamu tidak menikah dengan ku, maka seketika itu juga kamu akan jadi gelandangan mas. Karna kamu ngga akan pernah dapat sepeserpun dari kakekmu, dan apakah wanitamu ini akan tetap bersamamu?? Jelas tidak mas, mereka akan membuangmu seperti sampah, dan mencari yang lain secepat kilat" Jawabku meradang.
"Dan kalian, kalian boleh bangga jika sekarang menjadi simpanan Gibran, dan aku hanya istri pajangan nya nanti, tapi setidaknya Aku adalh istri Sah Gibran, yang mempunyai Hak Mutlak atas dirinya, dan kalian hanya tempat untuk mencari kesenangan sesaat saja, saat Gibran bosan, kita lihat saja nanti" Kataku pada wanita itu.
"Hey kamu, berani-berani nya bilang begitu padaku, aaarggh!" Teriak salahsatu wanita itu.
Aku hanya pergi dan diam meskipun hatiku sakit. Sepanjang jalan aku terus mengingat semua perlakuan nya padaku tadi. Dan ingat apa dikatakan oleh pak Johan jika ini adalah Wasiat terakhir Kakek, dan seperti keinginan kakek Handoyo juga, aku memiliki tugas untuk merubah sifat Calon suamiku itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Sifatnya saja seperti itu, wanita nya banyak sekali, aku takut jika nanti hanya menjadi kesakitan untuk hatiku"
Sejumlah pertanyaan yang terus menghantui dibenak ku.
* Hari pernikahan.
"Pengantin Pria sudah datang, ayo cepat keluar, sudah pada nungguin" Kata Mama.
Aku menurutinya untuk keluar, semua melihatku takjub karna cantiknya saat itu, tidak seperti Mas Gibran yang Acuh.
"Bagaimana mas Gibran,. Mba Nadya sudah siap menikah?" Tanya pak penghulu pada kami.
"Terserah sama mempelai wanita aja pak, kalau saya iya aja" Jawab Gibran sontak membuat para tamu keheranan.
"Bagaimana, mbak Nadya, anda siap? " Tanya pak penghulu lagi.
"Iya Pak, saya Siap" Jawabku.
Sontak jawaban ku membuat Mas Gibran terbelalak seperti ingin marah dan mengamuk saat itu juga, namun tidak. Bisa Berbuat apa-apa karna ada Kakeknya disini.
"Baiklah kita mulai, ayo mas Gibran tangan nya" Ajak pak penghulu.
Gibran dengan terpaksa menyambut tangan pak penghulu.
"Saudara Gibran, Aku Nikahkan engkau dengan saudara Nadya Khairunisya binti pramono dengan mas kawin berupa Emas 25 gram dan seperabgkat alat sholat dibayar Tuuuunai".
" Saya Terima Nikahnya, Nadya Khairunisya binti pramono dengan mas kawin tersebut tunai"jawab mas Gibran.
"Bagaimana para saksi SAH" Tanya pak penghulu tadi.
Gibran tertunduk lesu, dan menatap ku seolah aku mengancurkan seluruh hidupnya sekarang.
Selesai acara, semua orang berguyur pulang, dan aku sesuai perjanjian, aku dibawa kerumah Kakek Handoyo dan akan mengurus mereka disana,. Untungnya saja aku masih bisa bekerja di Rumah Sakit, sehingga aku mempunyak sedikit hiburan nanti bersama para pasien ku.
Kakek duluan bersama supir dan bodyguardnya, sedangkan aku dan mas Gibran naik mobil pengantin dibelakang, namun kami hanya saling diam dan tidak betegur sapa.
setibanya dirumah pun mas Gibran mengabaikan ku, masuk sendiri tanpa membantu mengangkat koper ku.
"Sini Nyonya biar saya bantu" Kata pak supir.
"Oh iya makasih ya pak" Jawabku.
Dan ternyata didalam Rumah aku sduah disambut oleh para penghuni Rumah itu, aku terkejut tak mampu berkata apa-apa.
"Mari nyonya, saya tunjukan kamar pengantin nya" Ucap salah seorang berna bik inah.
"Iya bi makasih" Aku mengikutinya dari belakang.
Dan kamipun sampai disebuah kamar yang luas, dipenuhi rangkaian bunga yang menandakan jika itu kamar pengantin. Bi Inah langsung permisi meninggalkan ku.
Aku, masuk dsn merapikan baju ku dilemari, tiba-tiba mas gibran menarik tangan ku, membalik tubuhku dan menekan nya di depan lemari.
"Jangan harap kamu sudah menjadi istriku kamu bisa seenaknya mengatur kehidupan ku, ingat dari awal sudah ku bilang jika aku masih ingin bebas dan tidak terkekang, jadi jangan coba-coba kamu mengekangku".
" Mas, sakit mas, bisa ngga kamu ngga kasar sama aku"
Mas gibran langsung melepas kan ku dan memakai Jasnya pertanda akan pergi.
"Mas mau kemana, ini malam pengantin kita, nanti kalo kakek tanya gimana?"
"Itu urusan mu, yang jelas aku ingin bersenang-senang malam ini".
Mas Gibran langsung pergi meninggal kan ku di malam pengantin, di satu sisi aku senang karna aku selamat dari nya, tapi disisi lain qku takut jika kakek bertanya Dia kemana apa yang harus ku jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
merti rusdi
Tadi namanya Yanti bukan ditulis di bab sebelumnya?
2022-12-08
0
Author yang kece dong
tendang aja mas gibrannya mbk... mana ada malam pertama ditinggal,😥 mubadzir
2022-04-04
1
Irman M Z Palembang
Sabar ya Nadya
Yakinlah sebuah perasaan akan tumbuh dengan sendirinya,do'a kan agar luluh hati nya
2022-04-03
0