Sang Perfeksionis

Sang Perfeksionis

PART 1

Siang itu terasa lebih terik saat Bintang sedang berjalan sambil menenteng sebuah kantong plastik transparan berisi sebungkus nasi Padang.

Dia berjalan agak cepat menuju sebuah toko kecil di seberang jalan. Saat Bintang berhenti, menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum menyeberang jalan, dia dikagetkan oleh bunyi klakson mobil dari arah kiri.

Bintang menatap mobil itu dengan seksama, coba menerka siapa yang ada di balik kemudinya.

"Hei Bin, dari mana lu jalan kaki panas-panas begini?" Sapa seseorang dari dalam mobil saat kacanya sudah terbuka.

Bintang memicingkan matanya yang silau karena matahari yang begitu terik.

"Anton?" Tanya Bintang.

"Iya, ini gue. Dari mana lu? Yuk masuk, gue anterin deh." Sahut Anton.

"Oh, habis beli nasi buat makan siang. Gue mau nyebrang aja kok, itu ke toko yang cat biru." Sahut Bintang seraya mengarahkan telunjuknya ke seberang jalan.

Anton sontak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Bintang.

"Mau ngapain ke toko kecil itu? Lu mau belanja di situ Bin?" Tanya Anton dengan nada meremehkan.

Mendengar nada bicara Anton yang menggores hatinya, Bintang terdiam sejenak.

"Enggak, itu toko gue." Sahut Bintang kemudian, berusaha tetap tenang.

"Hahaha, enggak salah? Sarjana dengan lulusan IPK tertinggi cuma buka toko kecil begitu? Come on Bro, ngantor saja nih kayak gue! Gajiannya jelas tiap bulan, belum bonus dan lain-lain. Emang lu enggak pengin apa punya mobil kayak gue gini? Jangan terlalu naif lah ...."

Bintang bergeming, dia hanya menatap Anton dengan tajam.

"Ya sudah, next time gue main ke tempat lu. Gue cabut dulu ya Bin." Pamit Anton seraya menutup kembali kaca pintu mobilnya dan bergegas pergi.

Bintang masih bergeming sambil menatap mobil Anton yang semakin jauh meninggalkannya.

Gue pastikan lu bakal memuji gue setinggi langit pas gue bisa sukses nanti, lihat saja Ton! , Tukas Bintang dalam hati dengan geram.

Tanpa dia sadari, dia mengepalkan tangan kanannya dengan kuat. Ada amarah dan dendam yang membuncah dalam dadanya.

***

Sore hari saat senja sudah bergelayut di atas kepala, Bintang baru tiba di rumah menggunakan motor lawas-nya.

Bintang hanya tinggal dengan kakak lelakinya yang bernama Surya karena ayahnya sudah meninggal sejak lama, sedangkan bundanya baru setahun yang lalu berpulang.

"Baru balik Bin?" Sapa Surya lalu meneguk secangkir teh hangat.

"Iya Bang." Sahut Bintang singkat.

"Bagaimana toko?" Tanya Surya sambil melirik adiknya yang terlihat lesu.

"Biasa." Sahutnya.

"Biasa bagaimana, sepi?"

"Ya, begitu deh."

"Bintang ... Bintang, kan Abang sudah bolak balik ngomong. Mending kamu daftar saja jadi karyawan atau pegawai, kan sudah jelas gajiannya. Daripada buka usaha sendiri begitu, berat Bin!" Ujar Surya memberi saran.

"Haduh, Bang ... Kan aku juga sudah bolak balik bilang kalau aku penginnya punya karyawan, bukan jadi karyawan!" Tegas Bintang.

"Ya sudah lah Bin, terserah!" Tukas Surya dengan cueknya.

Bintang pun berlalu menuju kamarnya. Dia duduk di kasur empuknya dengan kasar seraya mendengus kesal.

"Hari ini ada dua orang yang ngeremehin passion gue buat jadi pengusaha sukses! Gue harus buktikan ke mereka kalo gue mampu wujudkan mimpi gue, HARUS!" Gumam Bintang dengan kepalan tangan yang menghantam bantal.

***

"Bang, aku jalan dulu ya?" Pamit Bintang agak berteriak pada Surya yang sedang di kamar mandi.

"Eh-eh sebentar, jam berapa sih? Tumben amat sudah berangkat ke toko?" Sahut Surya sambil buru-buru membuka pintu kamar mandi, kepalanya melongok dari dalam dengan kepala penuh busa sampo.

"Orang usaha tuh harus mulai pagi-pagi, Bang. Jangan sampai rejekinya dipatok ayam!" Sahut Bintang.

"Sudah sarapan belum Bin?"

"Sarapannya dibawa ke toko saja, Bang. Sudah buruan bilas tuh rambut, entar ubanan lo!" Kelakar Bintang sembari berlalu dan terkekeh.

"Ubanan? Masa sih? Ya sudah deh, hati-hati ya!" Surya langsung masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintunya dan sejurus kemudian terdengar suara guyuran air berulang kali.

Sesampainya di toko, Bintang segera memulai aktivitas untuk mewujudkan impiannya menjadi pengusaha sukses.

Hari masih terlalu pagi bagi sebagian pemilik toko lain untuk memulai aktivitas, tetapi hal itu tidak berlaku bagi Bintang. Dia bertekad untuk memulai usahanya lebih pagi sejak hari itu.

Bintang memang seorang pekerja keras karena dia meneladani sang ayah, Pak Cakra yang juga pekerja keras.

Selepas pensiun dari tempatnya bekerja, tak lantas membuatnya berpangku tangan. Beliau masih giat bekerja membuka kios dari hasil uang pensiunnya.

Usaha beliau cukup lancar, kian hari kian ramai pembeli bahkan sudah memiliki banyak pelanggan setia.

Namun sayangnya kejayaan usaha beliau mengundang rasa dengki bagi salah seorang pemilik kios lain yang merasa tersaingi.

Hingga suatu pagi kios Pak Cakra kedapatan berantakan akibat dibobol maling. Seluruh isi kios habis dijarah pelaku.

Pak Cakra yang memiliki riwayat penyakit jantung pun akhirnya anfal, lalu berpulang setelah tak lama dilarikan ke Rumah Sakit.

Surya yang saat itu masih kuliah semester akhir merasa ada kejanggalan, dan bersikeras meminta pihak berwajib untuk mengusut kejadian itu hingga tuntas.

Beberapa minggu kemudian polisi berhasil mengungkap dalang dari kejadian tersebut yang ternyata salah seorang pemilik kios di lokasi yang sama, dia merasa tersaingi oleh usaha Pak Cakra. Orang itu akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.

Tiga tahun berselang, Bintang dan Surya pun harus rela ditinggal pergi sang bunda untuk selamanya akibat sakit maag akut.

Sang bunda dimakamkan berdampingan dengan pusara ayah mereka sesuai amanat terakhir mendiang sebelum berpulang.

Saat itu Bintang masih kuliah, dia dibiayai oleh Surya yang sudah menetap bekerja di salah satu perusahaan bonafide. Surya dan Bintang memang kakak beradik yang saling menyayangi.

Tapi Bintang memang bukan anak yang manja, dia memilih untuk menjadi guru les privat sepulang kuliah karena memang secara akademik dia tergolong cerdas.

Bintang berhasil mengajar beberapa murid les privat hanya dari mulut ke mulut, karena murid-murid yang dibimbingnya berhasil mendapat nilai dan prestasi yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Dia bahkan membuat kelas les di rumah karena saking banyaknya permintaan mengajar les padanya.

Hasil menjadi guru les itu dia kumpulkan untuk masa depannya, dia memang sudah berencana membangun sebuah usaha walaupun dia tahu itu tidak semudah yang dia ucapkan.

Namun tekad yang kuat menjadikan mentalnya tangguh dan penuh semangat. Tak ada kata menyerah begitu saja dalam kamus hidup seorang Bintang Erlangga.

Apapun akan dia lakukan untuk mencapai impian dan harapannya, namun tentu dengan cara-cara yang baik.

***

Apakah Bintang bisa mewujudkan impiannya??

Yuk lanjut baca ke part selanjutnya ☺️

Terpopuler

Comments

Reo Hiatus

Reo Hiatus

Baiklah bintang saya juga akan bersemangat ⭐⭐⭐👍👍👍😷😷😷

2022-07-02

0

Reo Hiatus

Reo Hiatus

Siang-siang ada bintang sedang membawa nasi padang😷😷😷

2022-07-02

0

Ard@n

Ard@n

Awal yang bagus...smoga menarik 👍🏻

2021-06-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!