Sejak acara reuni itu, Bintang kembali menjalin komunikasi dengan teman-temannya semasa sekolah. Dia menjadi pusat perbincangan teman-temannya karena kesuksesan yang diraih.
Bahkan tak jarang yang ingin menjodohkannya dengan adik atau kerabat mereka, karena tahu Bintang adalah pengusaha mapan dan tampan tetapi masih belum mempunyai pasangan.
Namun, hal itu justru membuat Bintang agak besar kepala. Dia merasa dibutuhkan oleh orang lain. Banyak tawaran perjodohan yang ditolaknya hanya karena alasan yang klise.
Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang gadis cantik di dalam lift pada salah satu pusat perbelanjaan yang dipimpinnya Di lift itu hanya ada mereka berdua.
Keduanya hendak sama-sama turun ke basemen, namun tiba-tiba lift yang mereka naiki mengalami masalah. Lift berhenti secara mendadak dan menyebabkan keduanya terjebak.
Bintang berupaya mencari bantuan dengan menekan tombol operator lift, beruntung petugas sangat sigap. Bintang dan gadis itu dapat dievakuasi dalam waktu tak sampai sepuluh menit.
"Huff ... hampir saja." ujar gadis itu sembari menghela nafasnya, lega.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Bintang dengan gaya cool -nya.
"Ah, tidak apa-apa kok. Anda sendiri?" gadis itu balik bertanya.
"Seperti yang Anda lihat, saya baik-baik saja." sahut Bintang.
Gadis itu tersenyum lalu mengulurkan tangan mengajak berkenalan.
"Kenalkan, saya Bulan."
Bintang mengernyitkan dahi lalu tersenyum tipis, kemudian menjabat tangan Bulan.
"Bulan? Saya Bintang. Apakah kita sedang ada di langit sekarang?" kelakar Bintang.
"Hehehe, kebetulan yang menarik ya?" sahut Bulan tertawa kecil.
Bintang mengangguk sembari tersenyum tipis.
"Anda, dari mana?" tanya Bulan.
"Saya ...."
Bintang belum sempat menjawab sampai selesai namun tiba-tiba datang seorang pria memakai jas hitam menghampiri Bintang dengan gugup.
"Maaf Pak Bintang atas insiden tadi, lain kali akan lebih saya perhatikan lagi." ucapnya dengan wajah penuh penyesalan.
"Ya, memang seharusnya begitu. Jangan sampai insiden tadi terulang. Mengerti?" sahut Bintang tegas berwibawa.
"Baik Pak, saya mengerti. Saya pamit kembali ke ruangan saya. Selamat siang, Pak Bintang." pamitnya sambil agak membungkukkan badannya tanda memberi hormat pada Bintang.
Bulan yang melihat hal itu sontak bertanya-tanya dalam hati, dia jadi penasaran dengan sosok Bintang. Bulan pun menaruh simpati pada sosoknya yang tampan dan berwibawa. Sangat berkarakter menurutnya.
Bintang melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Hmm ... Maaf, saya harus pergi. Permisi." pamit Bintang pada Bulan yang diam-diam masih terpana memandang Bintang.
Bulan hanya mengangguk pelan lalu menatap tubuh tegap Bintang yang semakin menjauh.
Saat Bintang sudah tak terlihat di pandangannya, Bulan melihat pria yang tadi bicara pada Bintang. Orang itu tampak tergesa-gesa dan sibuk menoleh kesana-kemari seperti sedang mencari sesuatu.
"Maaf Mbak, Anda lihat Pak Bintang yang tadi ngobrol dengan Anda di sini?" tanya pria itu pada Bulan yang memperhatikannya dengan heran.
"Oh, Pak Bintang yang tadi? Sudah pergi, baru saja." sahut Bulan sembari menunjuk ke arah pintu keluar basemen.
"Huff, telat!" dengus pria itu.
"Pak, maaf kalo boleh saya tahu ..., memang Pak Bintang itu siapa?" tanya Bulan dengan perlahan karena takut pertanyaannya dianggap tak sopan.
"Pak Bintang itu pemilik mal ini. Ya sudah Mbak, saya permisi." ujar pria itu.
"Oh, baik Pak. Silakan." sahut Bulan.
Bulan makin terpesona dengan sosok Bintang. Baginya, Bintang adalah pria idaman. Sangat ideal dimatanya. Namun dia buru-buru menepis angannya yang mulai melambung, mencegah supaya tidak kebablasan.
Malam hari saat Bintang hendak beristirahat dan mulai berbaring di atas kasur empuknya, dia tiba-tiba teringat Bulan. Wajahnya yang cantik dan lembut sontak memaksa angannya untuk kembali mengingat sosoknya.
"Cantik juga gadis itu. Bulan ..., nama yang sesuai dengan namaku" gumam Bintang lirih sambil tersenyum lalu matanya mulai terpejam.
***
KRIIING ... KRIIING ...!!!
Dering suara telepon rumah Bintang berbunyi saat Bintang baru saja menyuap nasi goreng di meja makan pagi itu.
Dengan sigap, seorang asisten rumah tangga mengangkat gagang telepon lalu menjawab panggilannya.
"Halo selamat pagi?" sapa ART itu.
"Pagi Mbak, Pak Bintang sudah berangkat kantor belum ya?" tanya si penelepon.
"Oh, belum Pak. Ini Pak Surya ya?" tanya ART.
"Iya, bisa tolong panggilkan Bintang Mbak?" pinta Surya.
"Hmm ... maaf, tapi Pak Bintang masih sarapan Pak" sahut sang ART.
"Oh, lagi sarapan? Ya udah enggak usah deh, nanti saya telepon ke ponselnya aja. Makasih ya Mbak?" ujar Surya seraya menutup telepon.
"Siapa Mbak yang telepon?" tanya Bintang saat ART-nya kembali melayaninya di meja makan.
"Oh, tadi Pak Surya. Nanti katanya mau telepon ke ponsel Bapak, soalnya tadi saya bilang Bapak lagi sarapan." sahut ART itu.
"Oh." timpal Bintang singkat, lalu kembali melanjutkan sarapannya.
Pukul 07.30 Bintang mulai berangkat menuju kantornya. Dia memang bukan tipe bos yang suka berangkat siang, kecuali memang sedang ada urusan.
Dia ingin menjadi contoh yang baik bagi para staf di kantornya tentang kedisiplinan dan kerja keras.
Setelah tiba di ruang kerjanya, Bintang segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Surya.
"Tadi pagi telpon ada apa Bang?" tanya Bintang tanpa basa-basi saat panggilan teleponnya sudah dijawab oleh Surya.
"Eh iya Bin, baru aja Abang mau telepon kamu lagi. Anu ... Abang mau ngenalin kamu sama junior Abang waktu kuliah, kebetulan kemarin Abang baru ketemu lagi sama dia. Cantik, pintar, oke deh pokoknya, kamu pasti langsung naksir." seloroh Surya bersemangat.
"Yakin banget Bang? Waktu itu yang dikenalin sama Kak Tania juga gagal kan? Aku ni enggak gampang jatuh cinta Bang" timpal Bintang.
"Eits, beda dong." sahut Surya, yakin.
"Ya udah terserah Abang aja, aku pusing bolak-balik dikenalin sama cewek melulu tapi belum ada yang cocok satu pun." tukas Bintang.
"Nah, berdoalah Bin ... semoga kali ini bener-bener jadi jodoh kamu. Yang mau Abang pesan ke kamu, jangan cari yang sempurna karena enggak bakal kamu temui orang yang sempurna. Tau kan maksud Abang?" ujar Surya.
"Iya Bang, aku paham. Makasih udah sering ngingetin aku." sahut Bintang.
Kata-kata Surya yang selalu mengingatkannya tentang itu selalu menempel di benak Bintang, dia pun ingin bisa seperti itu namun entah kenapa sifat egois dan perfeksionisnya itu yang terus menghalangi.
Entah sudah berapa wanita cantik yang dia terlantarkan cintanya hanya karena alasan-alasan, tak pintar memasak, bodi tidak proporsional, terlalu manja, posesif, kebanyakan tidur, tidak menjaga pola makan dan kesehatan, dan hanya karena suara tawa yang terlalu melengking baginya adalah suatu kesalahan fatal. Banyak lagi alasan-alasan receh yang membuat Bintang tak suka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Reo Hiatus
oh bintang dan bulan👍👍👍😷😷😷
2022-07-05
1
𝐓𝐢𝐟𝐟𝐚𝐧𝐲
MDL mampir like kakak author☺️ semangat up!!!!! feedback 😉 ya kakak
2021-03-02
3