Part 2

Sepuluh tahun kemudian, usaha Bintang sudah mulai berkembang. Toko kecil yang di awal usaha dia miliki, kini sudah berubah menjadi perusahaan yang menaungi supermarket besar yang telah memiliki anak cabang dan akan membuka cabang ketiga.

Saat peresmian cabang ketiga-nya, dia bertemu dengan salah satu investor dan berniat untuk ikut bekerja sama di perusahaannya. Gayung bersambut, Bintang pun setuju.

Dengan berjalannya waktu, perusahaan Bintang semakin jaya dan menggurita dengan semakin banyaknya cabang usaha yang dibuka.

"Selamat ya Bin, kamu sudah bisa buktikan ke Abang kalau kamu bisa wujudkan mimpi kamu jadi pengusaha sukses. Ayah sama Bunda pasti bangga sama kamu." Ujar Surya sambil memeluk erat adiknya yang tampak gagah mengenakan setelan jas berwarna biru tua setelah prosesi gunting pita dilaksanakan.

"Makasih Bang, sudah support aku. Makasih juga sudah sempat underestimate usahaku, jadi aku makin terpacu untuk bisa maju." Sahut Bintang dengan menepuk punggung Surya agak keras.

Surya segera melepaskan pelukannya pada sang adik, dia tergelak.

"Hahaha ... maaf soal itu, Abang bukan underestimate tapi Abang takut kamu terlalu terobsesi. Sesuatu yang terlalu itu kan enggak baik Bin." Sahut Surya sembari meninju pelan lengan adiknya itu.

"Ya-ya, I know." Sahut Bintang sambil tersenyum.

Kakak beradik itu tenggelam dalam obrolan santai namun hangat.

"Hmm ... maaf, boleh saya bertemu dengan Pak Bintang Erlangga?" Tiba-tiba seorang gadis cantik menghampiri Surya dan Bintang yang tengah duduk berbincang.

Bintang dan Surya sontak terdiam dan kompak menoleh ke arah gadis itu. Keduanya terlihat mengernyitkan dahi.

"Iya, saya Bintang Erlangga. Anda siapa?" Tanya Bintang sambil berdiri menghadap gadis cantik itu.

"Eh, maaf-maaf Dek. Ini adiknya teman kakak, namanya Yuri. Calon dokter lo, Dek!" Sahut Tania, istri Surya yang dengan tergesa menghampiri mereka.

"Oh, yang tempo hari kamu ceritain ke Abang ya?" Tanya Surya pada istrinya.

"Iya Bang, hari ini kebetulan Yuri ada waktu buat datang ke sini jadi aku ajak aja. Maaf ya Dek kalo bikin kamu kaget." Ujar Tania.

"Oh, iya Kak enggak apa-apa.

Silakan duduk, hmmm ... siapa tadi nama kamu?" Tanya Bintang pada gadis itu.

"Yuri, Pak." Sahutnya dengan senyum tersipu.

Bintang mengangguk memperhatikan Yuri, dia memang cantik. Cocok dengan namanya yang terkesan Japanese, dia memang seperti gadis Jepang yang Kawaii.

"Ya sudah, kamu ngobrol sama Yuri ya Bin? Abang sama Kak Tania mau ambil makanan dulu." Pamit Surya yang direspon anggukan.

Surya dan Tania pun beranjak meninggalkan keduanya, memberi kesempatan untuk saling mengenal.

"Sayang, memang Yuri itu bagaimana karakternya? Apa dia bisa mengimbangi karakter Bintang yang tegas dan perfeksionis?" Tanya Surya pada istrinya saat mereka jalan berdua menjauh dari Bintang dan Yuri.

"Ya ... mudah-mudahan begitu Bang. Dia itu anak bungsu, jadi ya maklum lah kalo ada manja-manjanya sedikit." Sahut Tania.

"Ya mudah-mudahan saja ya? Tapi aku rasa kalau secara fisik mereka cocok. Yuri gadis yang cerdas dan cantik, kalau Bintang sih aku enggak perlu sebutkan lagi. Kamu tahu sendiri kan? Siapa dulu dong Abangnya? Hehehe ...." ujar Surya terkekeh.

"Uh ... kamu nih Bang, GR!" sebuah cubitan kecil tak sakit pun mendarat di pipi Surya, hadiah dari kelakarnya itu.

"Tapi kamu cinta kan ...?" ledek Surya.

"Iya dong ...." sahut Tania dengan tersipu dan memeluk erat lengan suaminya itu.

Mereka berdua sempat menoleh ke arah di mana Bintang dan Yuri sedang duduk dan berbincang berdua, lalu Surya dan Tania saling mengerlingkan mata kemudian lanjut untuk mengambil makanan serta minuman ringan.

Surya dan Tania memang sudah berencana akan mengenalkan Bintang dengan Yuri. Secara fisik Yuri memang cantik, mereka rasa cocok jika mendampingi Bintang yang tampan dan seorang pengusaha sukses.

Apalagi usia Bintang sudah cocok untuk berumah tangga, terlebih dia sudah mapan secara materi. Seharusnya tidak ada alasan lagi untuk terus menunda pernikahan.

Namun hal itu agak susah diwujudkan karena sudah berkali-kali Bintang menjalin kedekatan dengan wanita, tetapi selalu kandas.

Bintang memiliki kriteria wanita idaman yang terlalu sempurna dan itu justru menyulitkannya menemukan cinta.

Jika wanita yang sedang dekat dengannya itu telah ia ketahui kekurangan yang dianggapnya fatal, maka bisa dipastikan tidak akan ada kelanjutan bagi hubungan keduanya.

Surya dan Tania berharap pada Yuri lah hati Bintang dapat berlabuh. Sebuah harapan dan doa yang tulus terucap mulus dari Abang dan kakak ipar Bintang itu.

"Selamat ya Pak Bintang atas pembukaan cabang barunya, semoga tambah sukses." Ucap Yuri seraya mengulurkan tangan mengajak Bintang bersalaman.

"Terima kasih. Tapi boleh saya minta sesuatu?" Timpal Bintang dengan menaikkan satu alisnya sembari menyunggingkan senyum menawan.

"Mi-minta ... sesuatu? A-apa Pak?" Tanya Yuri penasaran bercampur deg-degan.

"Saya minta tolong jangan panggil saya 'Pak'. Ini bukan perbincangan formal, santai saja." Pinta Bintang.

"Oh, baik. Kalau saya panggil 'Mas', bagaimana?"

"Enggak masalah, toh saya juga masih cukup muda 'kan? Ujar Bintang dengan menebar senyum yang menambah kadar ketampanannya.

Mata Yuri tampak berbinar, dia merasa diterima oleh Bintang untuk tahap perkenalan. Namun sejatinya, itu belum apa-apa. Karena Bintang tipe pengamat yang jeli. Dia selalu mempunyai cara untuk mengetahui tentang sesuatu yang ingin dia ketahui.

Mereka berbincang banyak hal tentang aktivitas harian masing-masing, bertukar nomor ponsel dan merencanakan untuk pertemuan selanjutnya.

***

"Yuri, nanti malam bisa dinner bareng?" Ajak Bintang via telepon.

"Bisa, Mas. Di mana?" Sahut Yuri.

"Di restoran favorit saya. Nanti malam saya jemput jam 7 ya?"

"Iya Mas. See you ...."

Panggilan telepon berakhir.

Malam pun tiba, Bintang dan Yuri sudah berada di salah satu restoran favorit Bintang.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Bintang.

Yuri melihat-lihat menu book yang sudah diberikan oleh waitress.

Sejurus kemudian dia memesan beberapa makanan dan minuman.

"Kamu makan sebanyak itu Ri?" Tanya Bintang sambil tersenyum penuh arti.

"Hehe ... iya Mas, aku jadi doyan makan." Sahutnya sambil tergelak.

"Tapi itu makanan berat semua lo Ri? Berlemak tinggi. Kamu enggak takut gemuk atau kolesterol? Ujar Bintang mengingatkan.

"Enggak kok, Mas."

"Tapi kamu enggak gendut sama sekali, gimana caranya?" Wajah Bintang berubah serius.

"Ya ... soalnya baru sekarang ini aku doyan makanan berlemak. Semenjak ketemu Mas Bintang aku jadi doyan makan."

Bintang sontak terdiam. Ada rasa tak nyaman di hatinya kala mendengar kata-kata Yuri barusan.

Maksudmu apa? Apa aku jadi suplemen penambah selera makan kamu? , Gerutu Bintang dalam hati.

Karakter perfeksionis dan kaku-nya mulai menggeliat, dan ...bisa dipastikan malam itu akan menjadi hari terakhir keduanya saling dekat.

***

Duh, Bintang ... Bintang ...! Cewe secantik Yuri aja kamu hindari, mau cari yang gimana lagi ya? 🤔🤷

Terpopuler

Comments

Reo Hiatus

Reo Hiatus

hah, ada-ada saja pak bintang. mana mungkinlah

2022-07-03

0

Ard@n

Ard@n

lanjuut

2021-06-03

2

Elma Theana

Elma Theana

lanjut

2021-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!