Rencana perkenalan yang sudah dirancang oleh Surya pun tiba. Surya dan Bintang sudah datang di sebuah restoran, tempat yang sudah disepakati bersama. Mereka masih menunggu gadis yang hendak mereka temui untuk diperkenalkan dengan Bintang.
"Kok lama Bang? Beneran datang enggak?" Tanya Bintang.
"Datang, paling lagi kena macet. Tadi dia kirim pesan ke Abang kok, bilang lagi OTW." Sahut Surya.
Benar saja, sekitar lima menit kemudian datang lah seorang gadis cantik yang menghampiri meja Surya dan Bintang.
"Duh, maaf-maaf telat. Soalnya tadi ke SPBU dulu.
Lo, ini kan ....?" Ujar gadis itu dengan ekspresi terkejut ketika baru menyadari Bintang yang duduk bersama Surya dan juga tengah memandangnya.
"Kenapa Lan? Ini adikku, Bintang. Dia yang mau aku kenalin ke kamu." Ujar Surya.
"Hmm ... enggak apa-apa. Tapi ini Pak Bintang yang waktu tempo hari kita terjebak bareng di lift kan?" Tanya gadis itu menegaskan.
"Iya, betul. Silakan duduk, Bulan." Ucap Bintang sambil tersenyum.
Surya tampak bingung karena Bintang ternyata sudah mengetahui nama gadis itu.
"Kamu sudah kenal Bin? Kenal di mana?" Tanya Surya.
"Di mal tempo hari." Sahutnya singkat.
"Wah, kalau begitu kebetulan. Abang jadi enggak susah buat ngenalin kalian, kan sudah saling kenal?" Ujar Surya.
"Iya Bang, kebetulan ini kali kedua buat aku sama Pak Bintang ketemu lagi." Sahut Bulan.
"Hmm ... Lan, kayaknya kamu jangan panggil 'Pak' deh ke Bintang, nanti kalian susah akrabnya. Panggil saja Kakak atau Abang, atau Mas juga boleh." Usul Surya.
"Oh, tapi aku enggak enak Bang, kan belum kenal. Kalo sama Bang Surya kan sudah kenal lama." timpal Bulan.
"Benar kata Bang Surya, jangan panggil saya 'Pak'." Timpal Bintang.
Bulan terdiam sejenak, berusaha mencari kata yang tepat untuk ia gunakan sebagai panggilan untuk Bintang, namun buntu.
"Maaf, tapi saya belum tahu harus panggil apa." Ujar Bulan dengan wajah bingung.
"Panggil saja Bintang. Kelihatannya usia kita enggak selisih terlalu jauh." Usul Bintang dengan yakin.
Bulan membulatkan matanya yang indah dan tersenyum.
"Oh, ya sudah kalau begitu mulai sekarang saya panggilnya Bintang saja." Ujar Bulan.
Surya dan Bintang tersenyum. Surya merasa yakin bahwa upayanya kali ini akan berhasil karena melihat respon Bintang cukup baik pada Bulan.
"Bulan ini seorang pengacara muda lo Bin, keren kan?" Puji Surya.
Bintang menatap Bulan dengan dalam dan berhasil membuat Bulan salah tingkah.
"Ya sudah, kalian lanjutin ngobrolnya ya? Abang mau jemput istri di salon, habis itu langsung pulang. Baik-baik ya kalian?" Ujar Surya seraya beranjak meninggalkan restoran tersebut.
Bintang dan Bulan mengangguk setuju, mereka pun lanjut berbincang banyak hal. Sungguh suatu kebetulan yang indah bagi keduanya, karena kembali bertemu dan dapat berbincang lebih lama berdua.
"Kenapa kamu jadi pengacara? Saya rasa kamu lebih cocok jadi artis." Ujar Bintang.
"Lo, kenapa? Apa saya terlihat tidak kompeten sebagai pengacara?" Tanya Bulan.
"Bukan, tapi penampilan kamu terlihat lebih cocok sebagai selebritas." Puji Bintang.
"Ah, bisa saja kamu." Elak Bulan tersipu.
Bintang tersenyum tipis, dia kembali menatap Bulan dalam-dalam. Ada rasa kagum pada sosoknya yang cantik, supel dan pintar tentunya.
"Sudah dua kali kamu menatapku begitu, ada apa?" Selidik Bulan saat menyadari Bintang kembali menatapnya.
"Bukan apa-apa. Oh iya, kamu mau pesan apa? Dari tadi ngobrol saja." Sahut Bintang.
Mereka pun memesan makanan dan minuman. Bintang memperhatikan menu yang dipesan oleh Bulan dan menilai bahwa Bulan adalah gadis yang sangat menjaga pola makannya. Dia tidak memesan minuman bersoda atau pun beralkohol, lebih memilih menu makanan sehat dan seimbang.
Setelah pertemuan itu, keduanya menjadi lebih dekat. Sudah mulai saling berkomunikasi walaupun hanya via telepon. Namun, Bintang tak semudah itu jatuh cinta. Dia baru sekedar menaruh simpati pada sosok Bulan yang masuk ke dalam kriteria gadis idamannya.
Tetapi Bulan bukan gadis cantik pertama yang dekat dengan Bintang, sudah beberapa kali dia coba dikenalkan dan berkenalan dengan banyak wanita menawan dari berbagai kalangan, namun harus berakhir dengan patah hati bagi wanita-wanita tersebut.
Pada saat akhir pekan, Bintang memutuskan untuk mengajak Bulan menonton film terbaru yang tayang di salah satu bioskop ternama. Bulan dengan senang hati menerima ajakannya.
Pukul 18.30 mereka berdua sudah berada di bioskop tersebut. Setelah membeli tiket masuk, keduanya masih sempat duduk di kursi tunggu dan berbincang.
Saat keduanya sedang berbincang, tiba-tiba Bulan memanggil seseorang yang sedang melintas di antara kerumunan orang.
"Anton!" Seru Bulan.
Bintang sontak menoleh ke arah orang yang dipanggil oleh Bulan. Tampak Anton, teman kuliah Bintang sedang berjalan bersama seorang wanita cantik.
Anton yang mendengar sapaan dari Bulan akhirnya menoleh dan tersenyum, lalu menghampiri Bulan dan Bintang yang masih duduk di kursi tunggu.
"Hei, kalian berdua kok bisa disini?" Tanya Anton dengan gaya tengilnya.
"Kenapa enggak? ini kan tempat publik." Sahut Bintang tanpa senyum.
"Wooo ...! Santai Bro, galak amat! Dunia memang sempit ya? Terakhir kita ketemu, waktu lu masih merintis usaha yang masih toko kecil pinggir jalan kan? Dan lu juga belum se-keren ini! Panas-panas tengah hari bolong jalan kaki habis beli makan siang, hahaha ...." Seloroh Anton dengan nada mengejek sambil terbahak.
"Dunia berputar Bro, dan lu bisa liat sekarang kan kalau gue mampu wujudkan impian gue?! lu aja yang picik karena meremehkan impian gue!" Timpal Bintang dengan memasang tampang angkuh.
"Picik gimana?? Gue ini realistis dan berpikir efektif, enggak kayak lu yang mempertahankan prinsip naif!"
"Eh udah-udah, kalian ini ngomongin apa sih?! Ngomong-ngomong, ini siapa Ton?" Ujar Bulan melerai.
"Oh, ini pacar gue dong Lan. Cantik kan? Kenalin nih, namanya Cantika. Sesuai wajahnya kan?" Seloroh Anton.
"Halo, aku Cantika." Sapa wanita itu sembari menjabat tangan Bulan lalu Bintang.
Bulan dan Bintang menyambut jabat tangan Cantika. Namun ada yang beda ketika Cantika berjabat tangan dengan Bintang, Cantika terlihat terpesona oleh ketampanan Bintang. Hanya saja Bintang tak merespon, dia tetap cuek namun berwibawa.
"Eh Bin, teater nya buka tuh. Yuk masuk?" Ujar Bulan mengajak Bintang.
Bintang mengangguk.
"Kita masuk dulu ya Ton, Tik?" Pamit Bulan pada Anton dan Cantika.
"Oke, have fun!" Ujar Anton seraya tersenyum penuh arti.
Setelah hampir dua jam akhirnya film yang ditonton pun berakhir, seluruh pengunjung bioskop itu keluar berbondong-bondong namun tetap tertib.
Bulan dan Bintang menuju ke area parkir mobil untuk melanjutkan kebersamaan mereka ke sebuah kafe.
"Lan, sebenarnya Anton itu siapa-nya kamu?" Tanya Bintang sembari menyetir mobilnya.
"Oh, Anton itu sepupu ku. Kenapa Bin?" Jawab Bulan.
"Enggak apa-apa." Sahut Bintang, singkat.
"Oh iya, kamu sama Anton teman sekolah? Tapi kok kalau aku lihat tadi, kalian kayak kurang cocok ya? Ada masalah?" Tanya Bulan.
"Dia temanku waktu kuliah." Lagi-lagi Bintang hanya menyahut seperlunya.
"Terus, ada masalah apa di antara kalian?" Bulan mengulangi pertanyaannya.
"Enggak ada."
Bintang selalu tampak serius sejak bertemu dengan Anton di bioskop tadi, masih ada amarah yang bersemayam dalam hatinya jika mengingat kata-kata Anton yang menurutnya cukup menyakitkan.
Tapi Bintang tidak ingin menceritakannya pada Bulan karena dia rasa tak perlu. Cukup menjadi urusannya sendiri dengan Anton.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments