My Husband, My Brother Personal Bodyguard
Sepuluh tahun menikah, pasangan Bramantio Wijaya dan Sofia tak kunjung di percayakan momongan. Sofia begitu mendambakan hadirnya sosok malaikat kecil di tengah keluarganya.
Terlebih ketika enam tahun lalu, Bram memutuskan menikah lagi atas persetujuan Sofia. Bukan karena Bram tidak mencintai Sofia lagi. Tapi, semua itu karena Bram menginginkan hadirnya seorang anak.
Ia ingin, ada anak yang lahir dari benihnya sendiri. Sofia sendiri sudah menjalankan berbagai tes yang menyatakan bahwa, dirinya tidak mandul. Mungkin, memang belum di percaya saja.
Setelah pernikahan kedua Bram, mereka tinggal dalam satu atap. Bram, Sofia, dan Rianti istri kedua Bram. Rupanya, takdir berpihak pada Rianti. Dua bulan setelah pernikahan, ia mengandung anak pertamanya.
Bram begitu bahagia hingga ia lupa akan kehadiran Sofia. Sofia sempat mengalami tekanan batin yang cukup hebat. Ada perasaan bersalah dalam relung hati Rianti.
Sofia, sering mendatangi psikiater untuk mengurangi depresi yang di alaminya. Meski Rianti menghiburnya, namun itu tak mengurangi rasa sakit di hati Sofia.
Kini, kandungan Rianti memasuki bulan ke sembilan. Sebentar lagi, mereka akan melihat buah hati mereka. Sofia semakin tertekan. Air matanya mengalir deras setiap malam. Melihat perhatian ekstra Bram pada Rianti setiap hari saja, sudah menorehkan luka bagi Sofia. Apalagi ketika bayi itu keluar nantinya.
Jangan tanyakan, apakah Sofia tak mencoba bayi tabung? Tidak ada yang tidak Sofia lakukan. Kembali lagi pada kuasa Ilahi.
•••••••••
Enam tahun setelah kelahiran Brian. Putera pertama Bram dan Rianti.
Brian, kini sudah berusia enam tahun. Ia akan segera memasuki sekolah pada umumnya. Jangan tanyakan sikap Bram pada Sofia saat ini. Bagi Sofia, Bram yang dulu, telah menghilang bagai di telan bumi.
Meski kebutuhan secara lahir Sofia terpenuhi, namun secara batin, tidaklah cukup. Dalam artian, tidak sepuas Rianti. Rianti sendiri tetap bersikap baik pada Sofia, karena pada dasarnya, Rianti memanglah orang yang baik hati. Sama halnya dengan Sofia sendiri.
Sofia juga menyayangi Brian layaknya putera kandungnya. Brian hidup dengan limpahan kasih sayang dan juga harta.
Hari ini, entah mengapa terasa berbeda dengan hari lainnya. Sofia merasa tidak enak badan. Rasanya berbeda dengan sakit biasanya. Sejak bangun pagi tadi, Sofia merasa kepalanya sangat sakit. Hingga ia meminta mbok Narti mengantarkan sarapannya ke kamar.
"Mbok, mbak Sofi kok gak di panggil sarapan?" tanya Rianti yang tidak melihat Sofia di meja makan.
"Nyonya Sofi minta di antarkan makanan ke kamarnya nyonya." jawab mbok Narti.
"Loh, kenapa mbok?" tanya Bram yang merasa tak biasa.
"Sepertinya, nyonya kurang sehat tuan." jawab mbok Narti.
"Ya sudah mbok. Cepat di antarkan. Nanti biar saya lihat keadaannya." jawab Bram.
Sepeninggal mbok Narti...
"Mas, kamu harus lihat keadaan mbak Sofi ya. Kamu kurang perhatian ke mbak Sofi." ucap Rianti dengan nada protes pada suaminya.
"Hmmm..... Iya nanti setelah sarapan, mas akan lihat." jawab Bram.
Selesai sarapan, Bram menepati janjinya pada Rianti untuk melihat keadaan Sofia. Ia masuk ke dalam kamar Sofia. Ia lihat Sofia sedang terbaring dengan wajah pucat. Ia pun menghampiri Sofia.
"Kita periksa ke dokter saja ya." ucap Bram ketika ia duduk di pinggir ranjang dan memegang dahi Sofi yang sedikit demam.
"Gak usah mas. Aku gak papa kok. Cuma butuh istirahat." jawabnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
"Ya sudah, kalau sampai sore masih begini, kamu nurut ya sama mas. Kita periksa ke dokter." ucap Bram tegas. Sofia, hanya mengangguk lemah.
"Mas berangkat dulu ya." pamit Bram. Ia pun mengecup kening Sofia dan melangkah pergi.
Sofia hanya menatap nanar pada pintu yang telah tertutup rapat itu.
Sore hari ketika Bram kembali, ia bertanya pada Rianti tentang keadaan Sofia. Rianti menerangkan, bahwa Sofia kini sudah lebih baik. Bram pun mandi dan berganti baju.
Selesai berganti baju, Bram kembali ke kamar utama. Kamar yang di tempati Sofia.
"Mas sudah pulang?" tanya Sofia yang baru selesai mandi dan hanya menggunakan bathrobe ketika Bram memasuki kamarnya.
"Hem. Kenapa mandi? Apa kau sudah sehat?" tanyanya beruntun.
"Biar terlihat segar saja mas. Lagi pula aku merasa gerah." jawabnya dengan senyum.
Sofia duduk di depan meja riasnya. Bram segera mengambil hair dryer dan mengeringkan rambut Sofia.
"Mas, aku bisa sendiri kok." ucap Sofia sambil menengadahkan kepalanya memandang Bram.
"Gak papa. Sudah lama juga kan aku gak manjain kamu." jawab Bram masih mengeringkan rambut Sofia. Sofia pun ikut tersenyum hangat.
Selesai dengan kegiatannya, Bram memeluk Sofia dan membenamkan wajahnya di ceruk leher istri pertamanya itu. Sofia mengusap lengan Bram lembut.
"Kamu kenapa mas?" tanya Sofia lembut. Sofia hendak melepas pelukan suaminya itu, namun...
"Biarkan begini dulu..." ucap Bram tertahan. Sofia membeku mendengar suara Bram yang tertahan.
Sepuluh tahun menikah, Sofia sangat mengenal semua tingkah laku Bram. Ada yang tidak beres.. batin Sofia. Sofia akhirnya membiarkan kelakuan Bram.
Hingga sepuluh menit, Bram pun mengangkat wajahnya. Ia mengambilkan pakaian untuk Sofia.
"Cepat pakai, nanti sakit lagi. Kita makan malam setelah ini." ucap Bram dengan senyum yang manis.
Sofia terdiam. Ia menatap punggung suaminya yang perlahan mulai menghilang. Perasaannya tak enak. Entah apa yang akan terjadi. Tapi ia merasakan kegelisahan.
Mereka pun makan malam bersama. Termasuk Brian yang menggemaskan.
"Mama Sofi sudah sembuh?" tanya Brian. Matanya yang bulat, dan bulu matanya yang lentik, bergerak dengan lucu. Terlebih rasa khawatir yang terlihat tulus.
"Sudah sayang. Terimakasih sudah mengkhawatirkan Mama Sofi." ucap Sofia tersenyum dan mengelus rambut Brian dengan sayang.
"Mbak, jangan capek-capek dulu ya. Jangan banyak pikiran juga." ucap Rianti. Sofia mengangguk dan tersenyum menjawab ucapan Rianti.
Selesai makan malam, Rianti membantu Brian belajar. Sementara Sofia, kembali ke kamarnya. Beberapa menit setelah Sofia masuk, Bram pun masuk ke dalam kamarnya.
"Mas..." ucapnya heran.
"Ini." Bram menyerahkan amplop berwarna coklat pada Sofia. Sofia tidak bertanya. Ia membuka amplop tersebut dan terkejut.
Inikah firasatnya tadi? Ada surat yang bertuliskan Surat Gugatan Cerai di sana.
"Apa maksudnya ini mas?" air mata Sofi tak terbendung.
"Maaf. Aku hanya tak ingin menyakiti hatimu lebih dalam lagi." Bram melemparkan pandangannya ke sembarang arah.
"Tapi selama ini, kita hidup harmonis dan rukun kan mas?" ucapnya. Air matanya semakin deras mengalir.
"Aku tahu. Tapi aku juga tahu, kau terluka. Aku berdoa untuk kebahagiaanmu." setelah itu, Bram meninggalkan Sofia yang menangis semakin menjadi.
Malam itu, Sofia menangis sejadi-jadinya. Tak pernah ada dalam bayangan atau mimpinya akan bercerai dari pria yang di cintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-06-03
1
Dwi Marti Suryaningtyas
🎧
2022-08-19
1
MayaDhama mamanya Firhand
awal yang menyakitkan😓..
semoga kedepannya Sofia bisa bahagia walaupun tanpa Bram..
dan mendapatkan pengganti yg menerimamu apa adanya..
2022-03-26
2