Kejaran Cinta Zarania
"Zaraaaaaaa.." teriak Dewi sang ibu tiri selalu terdengar di setiap pagi sekaligus gedoran di pintu kamar Gadis yang berusia 17tahun dan duduk di bangku kelas 2 SMA.
Setiap pagi memang suara Dewi selalu melengking tinggi kala belum mendapati wajah anak tirinya itu,padahal meskipun belum menampakkan wajahnya Sang anak tiri juga sudah bangun dan telah rapi memakai seragam sekolahnya didalam kamar.
Ya Zara memang selalu bangun pagi bahkan ketika hari libur pun ia tidak pernah berani untuk bangun siang,karena ia sadar diri hidup dengan siapa ia saat ini.
Ia memang tinggal di rumah peninggalan ayahnya tapi bersama ibu tiri dan saudara tiri yang satu sekolah dengannya bahkan berada dikelas yang sama.
Mau bagaimana lagi?ia tidak bisa berbuat apa-apa kala ayah kandungnya sendiri merubah sertifikat rumah menjadi nama ibu tirinya itu.
Menyakitkan bukan?sudah memberikan ibu tiri yang jahat dan ketika sudah tiada pun ayahnya itu malah lebih memberikan hartanya kepada istri kejamnya itu yang bahkan menjadikan Zara seperti pembantu di rumah yang seharusnya menjadi miliknya,karena rumah itu adalah hasil jerih payah mendiang ibu kandungnya ketika masih hidup.
Semasa hidup Ibu kandung Zara memang seorang pemilik restoran yang sukses meski kesuksesan dan keberhasilannya itu tidak pernah dihargai oleh sang ayah yang malah bersenang-senang menghamburkan uang milik ibunya dengan wanita selingkuhan nya yang akhirnya dinikahi ketika ibunya meninggal.
Dan wanita jahat itulah yang sekarang makin menjadi tingkahnya kepada Zara apalagi ketika ayahnya itu meninggal karena sakit.
Sungguh menyakitkan memang,disaat detik terakhirnya itu ayahnya malah memintanya untuk menuruti semua yang dikatakan oleh sang ibu tiri seolah tidak mau tahu bahwa anak kandungnya itu akan terus mengalami penderitaan yang lebih menyakitkan dari semasa dia hidup.
"Zaraaa!!" lagi-lagu suara gedoran makin kencang terdengar,sepertinya Dewi sudah kehilangan kesabarannya karena Zara tak kunjung membuka pintu dan menunjukkan wajahnya.
Didalam kamar Zara yang memang sedang merapikan tempat tidur hanya melirik kearah pintu yang masih ia kunci,sengaja dikunci karena ketika tidak dikunci ibu tirinya itu akan langsung nyelonong masuk dengan segala sumpah serapah dari mulut pedasnya yang tidak pernah memikirkan perasaan orang sedikitpun.
Stelah selesai merapikan tempat tidur pun langsung bergerak santai menuju pintu dan membukanya.
"Ngapain aja kamu dari tadi di panggil nggak keluar juga?!"wajah kemurkaan seolah langsung menjadi sarapan pagi bagi Zara.
"Zara lagi beresin kasur tante."sahut Zara tenang dengan panggilan tante pada ibu tirinya itu.
Ya dari awal memang Zara memanggil wanita yang menikah dengan ayahnya itu dengan sebutan tante, apalagi masalahnya jika bukan karena Zara merasa tidak pantas wanita jahat bagaikan titisan setan itu ia panggil ibu,karena bagi Zara ibunya hanya satu dan tidak akan pernah ada siapapun yang bisa menggantikan mendiang ibunya itu.
"Alasan!!emang kamu nya aja yang males,tiap hari harus diteriakin dulu baru mau bangun."omel Dewi kencang seraya mencubit lengan Zara yang membuat Zara merasakan sakit tapi gadis itu memilih untuk menahannya karena memang sudah terbiasa dengan perbuatan sang ibu tiri yang selalu main tangan terhadapnya.
"Cepat bikin sarapan sana."perintah Dewi seraya menyeret Zara turun.
"Tapi Zara harus segera pergi sekolah ada tugas yang harus dikerjakan." Zara dengan cepat menepis tangan sang ibu tiri dan berlari menghindari wanita itu yang sudah membelalakkan matanya dengan seram.
Zara yang tak perduli terus saja berjalan keluar luar rumah bahkan ia masa bodo dengan segala ancaman yang diteriakkan oleh Dewi untuk dirinya.
"Kenapa Mah?"Sadira saudara tiri Zara yang baru keluar dari kamarnya dengan masih memakai pakaian tidur pun seperti terusik dengan suara ibunya itu yang memang mengganggu tidurnya yang masih pulas tadi,bahkan sebenarnya jika ia tidak mendengar kegaduhan dari luar kamarnya SaDira tidak berniat untuk bangun dari mimpi paginya yang sedang bertemu dengan pangeran berkuda yang tampan dan juga gagah.
"Zara tuh,ibu suruh buat sarapan malah kabur." sentak Dewi seraya kembali masuk kedalam rumah.
"Kamu baru bangun?" tanya Dewi ketika melihat penampilan anaknya yang masih memakai piyama berwarna pink.
Dira menyunggingkan senyumnya seraya memeluk pinggang ibunya dan mendorong wanita itu menuju dapur.
"Dira laper." katanya dengan nada manja.
"Ya sudah mamah buatkan nasi goreng,sana kamu mandi siap-siap sekolah."tukas Dewi menuruti permintaan anaknya yang memang sangat ia manjakan itu.
Perlakuan yang sangat berbeda jauh dengan yang diterima oleh Zara yang memang hanya anak tirinya.
Apapun yang Sadira minta dan katakan Dewi akan menurutinya seperti Dira adalah seorang putri kerajaan,ia minta barang apapun akan dituruti sekalipun dengan harga yang mahal tentu saja dengan menggunakan uang yang seharusnya menjadi milik Zara.
Sedangkan Zara ketika meminta pada Dewi tidak ada satupun yang dituruti,bahkan terkahir kali ketika laptop yang dimiliki oleh Zara rusak dan meminta uang untuk memperbaikinya Dewi pun tidak memberikan sepeser uang pun.
Jangankan untuk memperbaiki laptop untuk membayar SPP sekolah saja Zara harus gencatan senjata lebih dulu dengan Dewi untuk mendapatkannya.
Beruntung Zara bukanlah gadis yang lemah,ia sesekali bisa melawan Dewi serta Dira meskipun akhirnya Zara harus kalah karena dua orang itu yang semakin menjadi jika Zara menimpali.
Dewi membuat nasi goreng dengan mulut yang terus mengoceh memaki Zara yang sudah pergi ke sekolah.
"Dasar anak nggak tahu diri,udah diurusin dari kecil pas besar malah ngelawan." maki Dewi dengan gerakan tangannya yang mengaduk nasi didalam penggorengan.
"Mana mah,aku udah laper."Dira sudah turun dengan menggembol tas sekolahnya.
Dewi berbalik sambil menyendokkan nasi yang sudah matang kedalam piring.
Kepulan asap menambah ketidak sabaran Dira untuk segera melahap sarapan buatan sang ibu.
Kedua orang itu makan dengan lahap tanpa memikirkan Zara yang perutnya keroncongan karena belum memasukkan apapun kedalam perutnya.
Bahkan Zara harus berjalan kaki agar bisa sampai ke sekolah lebih pagi karena memang ia membantu ibu kantin sekolah,meskipun hanya sekedar mencuci piring kotor serta peralatan masak yang lainnya dan diberi upah sekedarnya tapi itu cukup untuk membantu Zara untuk membeli keperluannya sendiri,bahkan ia juga dapat makan di sana.
Zara berjalan di trotoar menuju sekolah yang lumayan jauh dari rumahnya.
"Dasar nenek lampir." gerutu Zara kalau melihat tangannya biru bekas cubitan sang ibu tiri.
Dielus-elusnya tangan itu guna mengurangi rasa sakit yang terasa sambil terus melangkah menuju sekolah.
Pintu gerbang masih tertutup dan penjaga sekolahnya pun sigap membuka untuk Zara yang memang sudah sangat ia kenal.
"Selamat pagi bapak Saryono." sapa Zara dengan senyum manisnya.
"Selamat pagi juga neng Zara." senyum hangat yang tidak pernah didapatkan Zara dari mendiang ayahnya terukir jelas di wajah lelaki tua di depannya.
"Langsung ke kantin?" tanya Saryono yang sudah tahu untuk apa Zara datang sangat pagi jika bukan membantu kantin sekolah.
"Iya dong." jawab Zara dengan wajah ceria.
"Zara ke kantin ya pak." lanjut Zara yang langsung pergi menuju kantin setelah diangguki oleh sang penjaga sekolah.
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Masfaah Emah
cerita ke 4 ni yg aku bca karya author tpi yg judulnya takdir antara kita npa ga d lanjutin Thor jdi ngegantung cerita nya aku cari d lapak mt ga ada sih,,,?
2022-08-14
0
Homsiah
hidup memang butuh perjuangan💪
2021-12-01
0
Abad
lanjut ya thor.
2021-10-07
0