Pelajaran terakhir sudah selesai dan bel sekolah pun sudah berbunyi dengan sangat nyaring membuat anak-anak langsung merapikan buku dan mengemasnya kedalam tas masing-masing.
"Ayo cepet." rupanya Ipul sudah tidak sabar untuk segera menonton pertandingan basket yang memang sudah berlangsung sejak tadi siang.
"Nanti ketinggalan nih." rengek Saipul macam anak kecil saja.
"Lagian emang udah ketinggalan juga kan, ribet banget lu jadi cowok." Zara mengomeli Ipul yang sekarang malah menarik-narik lengan bajunya.
"Iya tapikan seenggaknya kita bisa nonton pertandingan terakhir." ucap Ipul dengan wajah yang antusiasnya semakin menjadi karena sudah tidak sabar untuk menyaksikan teman-teman sekolahnya bertanding mengalahkan sekolah yang terkenal dengan banyaknya cowok-cowok tampan di sana.
"Ya udah ayok berangkat." kata Zara dengan sewot lalu berjalan keluar lebih dulu meninggalkan Ipul yang harus berlarian mengejarnya.
"Cuma kita aja nih berdua?" tanya Zara kala tidak mendapati temannya yang lain dihalaman parkir sekolah.
"Udah pada jalan duluan, elu kelamaan!" sentak Ipul seraya menoyor jidat Zara dan langsung duduk di motor matik miliknya yang memang menjadi tunggangan setianya dikala ke sekolah, ya meski dia memiliki motor sport berwarna hijau kesayangannya tapi Ipul merasa sayang jika motornya itu dia pakai setiap hari untuk sekolah.
"Kok matik?" Zara melihat motor yang kini diduduki oleh sang teman didepannya.
Ipul memanyunkan mulutnya.
"Emang kenapa kalau matik?nggak mau naik?" Ipul mulai menunjukkan wajah sengit kepada Zara.
"Gue kan mau naik motor yang tinggi Pul, kalau yang ini kan udah sering." kata Zara dengan suara kecewa namun tentunya Ipul sudah tahu bahwa Zara hanya sekedar bercanda saja kepadanya.
"Lu ngeselin ya Za lama-lama." ujar Ipul seraya memberikan helm pada Zara.
"Cepet naik ah, makin ketinggalan aja nih kita." paksa Ipul agar Zara segera naik ke atas motornya.
"Makan bakso dulu ya." pinta Zara dengan bibir yang tersenyum lebar.
"Tadi kan udah janji." katanya lagi seraya duduk dibelakang Ipul.
"Nanti lah, selesai nonton." sahut Ipul dan menyalakan motornya.
"Makan dulu, gue laper." pinta Zara.
"Tadi kan udah makan." jawab Ipul sambil mengendarai motornya di jalanan.
"Laper lagi." sahut Zara yang memang tadi saat jam istirahat dan menyelesaikan pekerjaannya di kantin Ipul membawakan makanan untuknya, entah makanan darimana yang jelas Zara langsung melahap nya hingga habis tak bersisa bahkan Ipul pun tidak kebagian.
"Kurus-kurus begini makannya rakus banget." gerutu Saipul.
"Biar gemuk kan, makan dulu ya Pul ya, Ipul kan ganteng dan baik hati serta menyayangi Zara." mulai merayu dengan kata-kata manisnya hingga seorang Saipul Nugraha tidak kuasa untuk menolak lagi permintaan gadis yang berada di boncengannya sekarang ini.
Tanpa bicara lagi Ipul pun langsung melajukan motor nya untuk mencari warung bakso guna memenuhi kebutuhan perut gadis yang memang selalu tidak bisa membuatnya tega untuk mengabaikan setiap permintaannya.
"Yeeeeyyyy." Zara bersorak kegirangan kala motor yang dibawa oleh Ipul berhenti di sebuah warung bakso yang tampak ramai dengan kumpulan anak-anak berseragam putih abu sama seperti yang dipakai oleh Zara dan Saipul.
"Kok rame ya?" Saipul bertanya pada Zara yang tidak tahu menahu karena yang ia pikirkan sekarang adalah segera memesan bakso untuk memuaskan keinginannya yang sejak tadi siang.
"Za." Ipul menepuk bahu Zara yang sibuk berbicara pada sang penjual bakso yang memasang telinga mendengarkan apa yang diminta oleh pelanggannya.
Ya suasana warung yang ramai tentunya sedikit mengganggu pendengaran si penjual bakso yang memang sudah terlihat tua dengan rambut yang sebagian sudah ditumbuhi oleh uban.
"Apa sih Pul?" akhirnya Zara menjawab panggilan Saipul dengan ekspresi malas lalu mencari tempat kosong untuk mereka berdua duduk guna menikmati bakso yang sedang diracik.
"Kok pada rame disini ya, itu kan anak sekolah yang lagi bertanding sama tim basket kita." kata Ipul ketika melihat ke sebuah kumpulan anak muda yang sedang asik memakan bakso dan sebagian lagi terlihat mengobrol.
Zara mengikuti arah pandangan Ipul lalu matanya berkeliling dan berhenti kala melihat dua orang yang baru masuk. "tuh lu tanya Edo aja sama Nisa." Zara menunjuk Edo dan Nisa teman sekelasnya yang baru memasuki warung.
"Edo." suara Ipul langsung keluar dengan kencang membuat mereka yang ada disitu ikut menengok ke arahnya padahal bukan nama mereka yang dipanggil.
"Pelan-pelan Saipul." Zara memberikan pelototan mata pada sang teman yang membuat mereka jadi bahan perhatian.
Ipul lantas membungkam mulutnya sendiri dengan tangan yang melambai ke arah Edo memanggilnya supaya mendekat.
Edo dan Nisa berjalan ke tempat mereka setelah lebih dulu memesan bakso.
"Kok lu disini?" Ipul langsung saja bertanya kenapa kedua orang itu ada ditempat yang sama dengannya padahal setahunya tadi Edo dan Nisa berangkat lebih dulu untuk menonton basket.
"Lah emangnya kenapa?" tanya Edo sambil duduk di bangku kayu panjang samping Ipul sedangkan Nisa duduk di samping Zara berhadapan dengan Edo yang adalah kekasihnya itu.
"Katanya mau nonton basket." Ipul menunjukkan wajah keheranannya.
Mendengar omongan Ipul serentak Edo dan Nisa berkata bersamaan.
"Telat Saipul Gunawan." ucap sepasang kekasih itu dengan kompak seraya tertawa menyaksikan wajah Ipul yang makin terlihat bodoh karena bingung bercampur kesal.
"Gara-gara elu nih!" langsung saja menyerang Zara yang sedang enak menyuapkan bakso kedalam mulut dan mengunyahnya dengan penuh keanggunan.
"Nggak usah sok anggun." sebal melihat cara makan Zara yang tidak seperti biasanya.
Zara hanya melirik dengan tenang pada Ipul yang sedang mengomel menyalahkan dirinya yang menjadi biang kerok terlambat untuk menyaksikan tim basket sekolah mereka.
"Ck." Ipul berdecak kesal karena Zara tidak menanggapi dirinya yang sedang emosi.
"Siapa yang menang?" Zara bertanya santai kepada Edo juga Nisa.
"Sekolah kita lah, di sana mah menang ganteng doang cowoknya tapi nggak punya kemampuan main basket, segitu aja kalah." ledek Edo yang langsung mendapatkan tendangan di kakinya dari Ipul.
"Pelan-pelan lu kalau ngomong, lihat kita dimana sekarang." bisik Ipul dengan matanya yang mengawasi sekitar, beruntung anak sekolah yang menjadi lawan sekolah mereka masih mengobrol ramai hingga tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Edo.
Nisa pun menampakan wajah kaku, ia takut jika saja omongan kekasihnya itu didengar oleh kelompok lain, bisa-bisa tidak bisa pulang dengan selamat mereka dibuatnya.
"Mulut cowok lu ember." tukas Zara seraya beranjak berdiri.
"Lu lagi mau kemana?" Ipul bertanya tajam melihat temannya sudah berdiri.
"Mau ke toilet bentar, kebelet." sahut Zara.
"Emang ada toilet disini?" kepala Ipul menengok kiri kanan depan belakang mencari toilet di warung bakso itu namun dia tidak menemukan tempat untuk membuang air kecil serta air besar itu.
"Enggak ada." Zara menjawab dengan polosnya.
"Nah terus lu mau ke toilet mana?" tanya Ipul lagi.
"Itu ada pom bensin." menunjuk pom bensin yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.
"Udah ah, gue nggak tahan ini." Zara langsung berlari cepat sebelum Ipul kembali membuka mulutnya.
"Dasar bocah." gerutu Ipul melihat Zara berlarian menuju pom bensin.
"Terus yang lain pada kemana?" tanyanya pada Edo yang kini menyantap bakso nya yang masih mengeluarkan asap sedangkan Ipul yang hanya memesan es jeruk terlihat menyeruput nya hingga habis sepertinya dia sangat haus mendengar pertandingan sudah berakhir.
"Sebagian pulang, sebagian lagi gua nggak tahu kemana, pada pacaran kali." tukas Edo dengan mulut yang penuh.
"Iyalah malam minggu mah pacaran dong." Nisa menimpali omongan sang kekasih dengan senyuman meledek Ipul yang ia tahu masih jomblo hingga saat ini.
"Kenapa lu nggak pacarin aja Pul si Zara." Edo mulai mengatakan hal yang sebenarnya sudah sering dia katakan kepada Saipul dan jawaban yang diberikan oleh Ipul pun akan selalu sama.
"Kan udah gue bilang dari dulu semenjak gue kenal sama Zara gue cuma anggap dia adik gue, nggak lebih." tutur Ipul tegas, ya memang perasaannya kepada tidak lebih dari seorang kakak kepada adiknya sendiri, yah walaupun usia mereka hanya beda beberapa bulan saja namun tetap Ipul lebih tua dari Zara.
Rasa sayangnya terhadap Zara begitu tulus hingga dia tidak berpikiran untuk berhubungan lebih jauh dengan gadis itu, dan perasaan Zara pun sama dengan Ipul, ia menganggap Ipul sebagai saudaranya sendiri, tidak lebih dari itu.
Edo dan Nisa lalu diam seraya mengedikkan bahunya dan kembali melanjutkan makan.
Zara baru saja selesai buang air kecil dan membuka pintu toilet namun ia dibuat tersentak kaget ketika melihat ada seorang lelaki dengan pakaian yang warnanya sama dengannya tengah berdiri didepan pintu toilet.
"Eh gila ini toilet cewek, nggak bisa baca lu ya?! " omel Zara dengan mata yang sengit.
"Berisik, cepet keluar." langsung menyingkirkan tubuh Zara dan diapun masuk kedalam toilet serta menutupnya dengan kencang.
Zara mendelik kesal lalu menendang pintu sebelum berlari keluar dan saat diluar pun ia tak sengaja menabrak seseorang hingga membuatnya jatuh duduk.
"Lihat-lihat dong kalau jalan!" Zara mengomel seraya berdiri dan membersihkan rok belakangnya.
"Sorry." sahut suara yang terdengar berat membuat gendang telinga Zara seolah menuntunnya untuk menoleh siapa yang kini berada di depannya.
Zara melihat dari kaki yang memakai sepatu seraya celana berwarna abu menandakan di depannya sekarang ini adalah anak sekolah sama seperti dirinya.
Wajah Zara perlahan terangkat guna melihat wajah yang memiliki postur lebih tinggi darinya.
Dan ketika sudah melihat wajah di depannya mata Zara seolah tidak bisa berkedip sama sekali mendapat pemandangan yang begitu menyilaukan matanya.
Mata tidak berkedip dan sekarang ditambah mulutnya yang terbuka lebar memandangi wajah mulus dan bersinar bak matahari yang memaksa Zara harus memicingkan matanya.
"Nggak apa-apa kan?" tanya sang lelaki di depan Zara.
Zara menggeleng pelan masih tidak bisa menghentikan kekagumannya pada sosok di depannya sekarang.
Lelaki itupun tersenyum lalu pergi menuju toilet pria meninggalkan Zara yang masih terdiam bengong.
Dan sesaat kemudian Zara pun tersadar dari lamunannya lalu mulai melangkah meski beberapa kali ia kembali menengok kearah toilet.
Zara sudah duduk di samping Ipul yang sekarang hanya tinggal sendiri karena Edo dan Nisa baru saja pergi setelah makanannya habis.
"Pul." kata Zara pelan.
"Apaan?" tanya Ipul galak.
"Kayaknya gue jatuh cinta." tukas Zara dengan mata yang tak tahu melihat kearah mana.
"Pala lu jatuh cinta, cintai aja noh si berandalan Roni." omel Ipul dengan menunjuk kening Zara.
"Ini beda Pul."
"Dulu juga lu bilang begitu waktu pertama kali ngeliat Roni, ini beda Pul beda." ledek Ipul dengan bibirnya yang dibuat-buat menirukan ucapan Zara saat pertama kali melihat Roni, murid baru dikelas mereka namun nyatanya si Roni adalah berandalan dan juga playboy sejati tidak aneh jika anak itu pindah ke sekolah mereka yang memang menjadi tampungan anak-anak dari sekolah lain yang dikeluarkan karena membuat masalah.
"Udah nggak usah ngomongin si Roni iih." Zara merengut kesal.
Ipul menarik napas lalu menunjukkan sebaris giginya kepada Zara.
"Oke kali ini siapa yang lu suka?" tanya Saipul.
"Nggak tahu, gue nggak kenal." kata Zara pelan seraya menggelengkan kepala.
"Nah kan sableng lu, nggak kenal tapi maen suka-suka aja, soak emang otak lu." bentak Ipul sadis.
Bentakan Ipul sepertinya tidak digubris oleh Zara karena kini gadis berkulit kuning langsat dengan lesung di pipinya itu malah membulatkan matanya sangat lebar melihat kearah luar.
"Itu orangnya Pul, cowok itu." langsung saja Zara menunjuk lelaki yang tadi ia temui di depan toilet.
Ipul mengikuti kemana telunjuk Zara mengarah dan wajah Ipul menjadi kaku dengan mata yang melirik ke kanan kiri.
"Jangan dia Za masih banyak cowok lain, noh ada si Rangga lu dulu suka kan sama dia, gue bantuin deh sekarang biar lu bisa jadian sama Rangga." tukas Ipul yang dulu begitu melarang Zara untuk berhubungan lebih jauh dengan Rangga yang meskipun pendiam namun sekalinya bicara akan sangat ketus, sebab Ipul sudah sangat sering mendapatkan celetukan dari Rangga.
Tapi sekarang saat Zara menunjuk anak lelaki diluar sana yang dia tahu kelakuannya lebih parah dari Rangga membuat Ipul malah menyarankan Zara untuk mendekati Rangga saja.
"Gue udah nggak suka sama Rangga." sahut Zara dengan mata yang tetap melihat lelaki yang baru masuk seolah begitu terpesona.
"Lu kenal sama dia?" tanya Zara dan kini melihat Ipul.
"Nggak." bohong Ipul.
"Masa?" Zara sangat tidak percaya dengan yang diucapkan oleh Ipul, ia tahu temanya itu tengah berbohong padanya.
"Beneran." kata Ipul lagi.
"Kita pulang yuk ah, udah mau malem ini." paksa Ipul lalu berdiri untuk membayar pesanan mereka dan menghindari pertanyaan Zara yang akan semakin dilancarkan jika tidak segera dihindari.
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Masfaah Emah
lanjuuut
2022-08-15
0
Neli Allen
klo ini sih cerita muda mudi jg diriku baca aja tdk sperti cerita Rania
2022-04-21
0
Homsiah
itu bukan cinta za tp suka🙂
2021-12-01
0