Saat anak-anak sekolah mulai semakin ramai dan jam pelajaran pun sudah akan segera dimulai, namun seorang Zarania masih harus berkutat dengan piring yang kembali menumpuk ditempat cuci piring.
"Udah tinggalin aja, kamu masuk kelas sana sebentar lagi pelajaran mulai." kata Mayang kepada gadis yang masih saja menyabuni piring dan membilas nya.
"Sebentar lagi mbak, ini tinggal sedikit." tolak Zara dan tetap melanjutkan tugasnya.
"Nanti keburu gurunya dateng Zar."
"Biarin aja mbak paling juga disuruh berdiri doang didepan kelas." sahut Zara seraya menyunggingkan senyum manisnya kepada wanita yang berdiri di sampingnya mencoba untuk membantu membilas piring yang sudah di sabuni agar pekerjaan Zara cepat selesai dan gadis itu bisa segera ke kelasnya.
"Dasar." sungut Mayang mendengar ucapan Zara.
"Nah selesai." kata Zara dengan nyaring ketika piring kotor terakhir sudah selesai dan sudah ia bilas lalu meletakkannya ke baskom besar yang sudah disediakan.
"Aku ke kelas ya mbak." kata Zara seraya mengambil tasnya yang ia sangkut kan di paku dekat pintu masuk dapur.
"Ya udah cepat sana." suruh Mayang sambil mengikuti dibelakang gadis belia yang memang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
Sungguh ia begitu tulus menyayangi Zara bahkan saat pertama kali bertemu pun ia sudah bisa menebak bahwa Zara gadis yang baik terlebih lagi sangatlah rajin tidak pernah mengeluh meskipun ia harus menjalani hidup dengan ibu tiri serta saudara tiri yang jahat dan tak selalu menyakiti tubuh bahkan perasaannya.
"Aduh, lihat-lihat jalan dong lu." omel Sadira saat tak sengaja Zara menubruk tubuhnya dari depan.
"Yeeh elu ngapain lagian malang di pintu, ngalangin jalan tau nggak lu." Zara malah balik mengomeli saudara tirinya itu yang entah sedang apa malah masih berdiri didepan pintu kelas padahal sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai.
"Suka-suka gue dong mau berdiri dimana juga nggak ada urusan sama elu ZARA!!!" berkata tajam setajam tatapan matanya yang begitu tidak suka pada saudara tirinya itu.
"Ya udah kalau gitu gue nggak salah dong kan elu sendiri yang kurang kerjaan mejeng disini." ketus Zara tak mau kalah.
"Ngeselin lu!" ketus Dira.
"Elu yang ngeselin." kata Zara seraya merangsek masuk bahkan ia sengaja menyenggol badan Dira hingga gadis itu terdorong kesamping.
Dira mencoba untuk menarik tas yang ada dipundak Zara tapi suara dibelakangnya cukup membuat tangannya terhenti.
"Sadira cepat duduk di bangku mu." suara guru wanita yang bernama Nurnila mengagetkan Dira dan gadis itu menoleh ke sumber suara sebelum beranjak ke bangkunya yang berada ditengah.
Zara terlihat meledek dengan mencebikkan bibirnya ke arah saudara tirinya yang membalas dengan delikan mata nan tajam.
"Ribut mulu lu." tukas Ipul ketika Zara baru saja mendaratkan tubuhnya di bangku sampingnya.
"Dia yang mulai, ngapain dia mejeng didepan pintu udah kayak model aja." sahut Zara tak Terima diomelin oleh Saipul.
"Bisa diem nggak?" rangga yang kali ini duduk di bangku depan meminta kedua temannya itu untuk menutup mulut karena pelajaran akan segera dimulai.
"Dengerin tuh temen lu ngomong." ujar Zara kepada Ipul.
"Temen lu juga Za." jawab Ipul mengingatkan Zara bahwa lelaki didepannya itu juga temannya.
"Ngapain malah jadi berdebat,gua bukan temen lu berdua, males gua temanan sama dua orang peak macam kalian." sahut Rangga yang biasanya pendiam tapi hari ini kenapa bicaranya banyak sekali bahkan berani mengomel pada dua orang di belakangnya itu.
Zara langsung melirik kearah Ipul mendengar Rangga yang pendiam mengomel.
"Ssssstttt." Ipul menempelkan telunjuknya dibibir memberi kode agar Zara diam dan tak lagi menyahuti perkataan Rangga yang sepertinya pagi ini sedang kerasukan makhluk lain didalam tubuhnya.
Zara menurut seraya mengeluarkan buku tulisnya untuk mulai mencatat apa yang sedang ditulis oleh sang guru dipapan tulis berwarna putih yang menggantung ditembok depan sana.
"Nanti pulang sekolah jadi kan?" Ipul menanyakan kembali pada Zara tentang ajakannya untuk menonton basket.
"Yang lain juga pada ikut."lanjutnya sambil tetap terfokus pada buku catatan dan mulai menulis seperti yang ditulis oleh gurunya didepan.
"Iya bawel." singkat Zara tanpa mengalihkan matanya yang bergantian melihat papan tulis dan buku agar yang ia tulis sama dengan yang ditulis gurunya.
Saipul tersenyum sumringah kala mendapat kepastian dari sang teman dia pun kini dengan tenang mengerjakan tugasnya sebagai seorang murid sekolah.
Jam 12 siang bel istirahat berbunyi membuat semua siswa-siswi lantas berhamburan keluar kelas menuju tempat yang mereka inginkan, ada yang ke kantinnya tentu untuk jajan atau sekedar nongkrong saja ada juga yang hanya duduk-duduk di kelas membicarakan satu hal yang membuat mereka kadang tertawa kencang.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Zara saat ini, ia pun berlari kencang menuju kantin tetapi bukan untuk makan atau duduk-duduk melainkan mengerjakan pekerjaannya karena ia yakin saat ini piring kotor sudah menunggu dirinya.
"Mau kemana Zaraaa?" teriak Ipul melihat sang teman begitu terburu berlarian di lorong kelas.
"Kantin." sahut Zara seraya berlari mundur untuk melihat Ipul.
"Ikut." Ipul ikut berlari menyusul Zara dan kini mereka bersebelahan menggerakkan kakinya dengan cepat.
"Traktir gue ya." pinta Ipul dengan kerlingan sebelah matanya.
"Gue mau nyuci piring, bukan mau jajan." bentak Zara pada sang teman.
"Anak orang kaya malah minta traktir, yang ada juga elu traktir gue sini, hitung-hitung gantiin baju gue yang dibuat jadi kayak begini." Zara menunjukkan baju putihnya yang kini ada waran kuning dengan bentuk tak jelas.
"Yeuuh tadi mau gue gantiin elu nya yang nggak mau." gerak kaki mereka melambat dan berubah menjadi jalan ketika sudah mendekati kantin yang sudah ramai karena sudah terdengar suara tawa dari sana.
"Gue nggak mau baju baru." ucap Zara kemudian.
"Ya udah gue traktir deh, lu mau makan apa?" tanya Ipul.
"Bakso." sahut Zara cepat.
Ipul mengernyitkan keningnya.
"Kan disini nggak ada bakso Za." tukas Ipul.
"Adanya diluar gerbang kalau bakso."
"Ya kita beli diluar lah." tutur Zara.
"Ya udah ayok." ajak Ipul.
"Nanti aja pulang sekolah sekalian kita nonton basket." sahut Zara akhirnya karena ia tahu sekarang ini ia harus melakukan pekerjaannya, ia tidak bisa begitu saja pergi makan bakso dan lalai pada pekerjaan yang membuat ia bisa menghasilkan uang meskipun tidak banyak.
"Oh yaudah oke kalau gitu." Ipul mengacungkan jempolnya dan masih menguntit Zara yang akan menuju dapur kantin.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Masfaah Emah
masih nyimak
2022-08-15
0
Neli Allen
kmu harus semangat zara .nanti dirimu akan sukses dr saudara tirimu itu
2022-04-21
0
Homsiah
syukurlah zara punya temen baik🙂
2021-12-01
0