*Dan kini aku tersadar ,
terlalu mengagumi diam-diam
sampai lupa bahwa
aku sakit hati sendiri
-Assalamu'alaikum Pengagum Rahasia*-
✿✿✿
Mataku menatap tumpukan buku dengan kepala di atas meja belajar. Sungguh bukan ini yang ingin ku lakukan. Tak bersemangat belajar. Mengingat betapa riangnya wajah yang beberapa hari galau itu kembali bersinar.
"Kayaknya gue bener-bener move on deh, Sa," adunya. Ya, Laili.
Setelah berjumpa dengan Fariz tadi, sepertinya ia jatuh cinta pada Fariz. Love at first sight?
"Kok bisa? Maksutnya secepat itu, oh oke gapapa kalau beneran move on. Tapi kan aneh kamu langsung bilang beneran move on, padahal beberapa menit lalu kamu kan bimbang?" tanyaku terheran menatap Laili yang sangat berbunga-bunga.
"Hm, kayaknya udah dapat hidayah," jawab Laili ringan.
Ah, mengingat hal tersebut.
Handphoneku bergetar memunculkan notifikasi.
[Room-chat] ESKRIM SQUAD
Laili: Halluww wussup^____^
Zaskia: Ceria benget
Syifa: Assalamu'alaikum, Li
Laili: Oh iya, Waalaikumsalam
Elisa: Waalaikumsalam
Nadya: Waalaikumsalam
Zaskia: Belajar dah belajar
Laili: Siap bosqueee^______^
Nadya: Seneng banget kapten gamon
Syifa: WKWKW KAPTEN GAMON YA
Zaskia: Sudah niat buat move on katanya, jadinya gitu
Nadya: Oh iya?
Syifa: Alhamdulillah klo gitu
Zaskia: Siapa yg buat move on, Li?
Laili: Samwan<3
Zaskia: Cuih, yg td manggil lo itu?
Nadya: Ha, siapa?
Syifa: Siapa?
Laili: Wkwk apasih><
Mataku terfokus menatap layar handphone dengan rentetan chat dari mereka. Entah kenapa merasa teriris tatkala kalimat itu kembali ku baca.
Aku segera keluar dari aplikasi Whatsapp, mematikan handphone dan menaruhnya jauh dari tempat belajarku.
Sungguh aku tidak ingin harus terlibat dengan asmara dan pertemanan. Dan aku bersyukur memendam rasa ini sehingga mereka tidak tahu bahwa aku menyukai dan mengagumi seseorang yang sama-sama dikagumi oleh sahabatku sendiri.
Tetapi satu yang ku sadari, terlalu mengagumi diam-diam, sampai lupa bahwa aku menyakiti diriku sendiri.
✿✿✿
Alarm handphone yang berada di samping tempat tidur berbunyi. Membuat tanganku terjulur meraihnya.
Bismillahirrahmanirrahim. Dinginnya udara di tengah malam tidak membuatku merasa malas bangun dan mengambil air wudhu.
Untuk malam ini dan seterusnya, ijinkan aku untuk tidak menyebut namamu lagi dalam doa dan sujud panjangku. Mulai malam ini biarkan aku mengubah do'aku, dimana yang selalu menyebut namamu kini akan ku hilangkan.
Aku hanya ingin yang terbaik. Jikapun kamu yang terbaik bagiku Fariz, semoga Allah mendekatkan kita diwaktu yang tepat. Namun jika tidak, Ya Allah berilah aku pengganti yang baik.
Ya, aku benar-benar bertekad untuk menghilangkan rasa kagum dan cinta dalam diamku pada Fariz. Bukan salahnya apalagi salah Laili. Aku tidak mengklarifikasi lebih lanjut tentang siapa seseorang yang berhasil membuat Laili move on detik itu juga.
Kini Allah telah mengirimkan waktu, dimana sudah pada batas akhir aku mengagumi seseorang yang belum halal bagiku.
Allah, maafkan aku yang telah membuat-Mu cemburu. Maafkan aku yang setiap malam dan disujud panjangku melantunkan nama seseorang yang belum halal bagiku.
Mulai sekarang aku bertekad untuk tidak terlalu memikirkan perihal cinta ataupun sebagainya, bukannya takut tersakiti. Hanya aku lelah selalu menerka yang tak pasti. Aku lelah menerka tingkah laku dari seseorang ke seseorang yang lain. Aku lelah, sungguh.
Aku hanya ingin fokus mengejar dan menata masa depan. Bukan, bukan berarti mengagumi Fariz adalah suatu hal yang mengganggu. Malah itu jadi hobiku.
Namun aku hanya ingin menghindari kekecewaan nantinya karena terlalu berharap selain-Nya.
Lagipula jalanku masih panjang untuk memikirkan perihal jodoh atau tidak.
Sekitar pukul lima, selesai solat subuh aku menghampiri ibu yang sedang sibuk berkutik di dapur.
"Nasgor sayur lagi ya, Queen," kataku pada ibu. Hm aku lebih suka memanggilnya Queen. Bagiku dia seperti ratu, juga menjadi salah satu malaikat yang ditakdirkan untukku.
Ibu tersenyum. Sebelum aku mulai memasak aku mengecup pipi ibu, seolah rutinitas yang tak akan bosan ku lakukan.
Aku berjalan menuju kulkas lalu membukanya. Mencari bahan yang kubutuhkan untuk membuat nasgor kesukaanku.
"Ibu wortelnya habis ya?"
Kini aku berjongkok, mencari keberadaan wortel yang suka disimpan ibu dibagian paling bawah.
"Iya, kemarin ga sempet ke pasar," kata Ibu kini mendekatiku. "Mau beli di tukang sayur depan?" tawarnya.
Ah, sangat malas sekali berjalan beberapa meter dari rumah untuk membeli wortel. Lagipula aku ada jadwal tambahan pelajaran pagi karena harus mengejar materi untuk ujian semester dalam waktu dekat. Anehnya sekolahku mendahulukan classmeeting baru setelah itu ujian semester.
"Engga usah, gapapa ga pake wortel hari ini."
Setelah berapa lama sibuk menghabiskan waktu setengah jam membuat nasgor, aku segera berlari ke kamar. Menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah.
✿✿✿
Aku melangkah memasuki area sekolah. Berhenti sebentar memeriksa apakah seragam yang ku kenakan sudah lengkap atau belum, karena nanti pemeriksaan setiap pagi selalu dilakukan oleh Bu Mareta.
Astagfirullah, aku lupa membawa pin berbentuk bulat itu.
Aku mencoba menggeledah tas, mencari keberadaan benda yang biasa ku pasangkan pada samping kerudungku.
Inilah akibat ceroboh yang kadang suka muncul.
"Assalamu'alaikum, Sa."
Aku menoleh, melihat Ali yang sudah ada di sampingmu dengan kedua alis beradu heran memandangku.
"Waalaikumsalam, Ali," jawabku ramah walau terdengar gagap samar.
"Kok ga masuk?"
Aku menggerak-gerakkan bola mata kecil.
"Aaa... aku lupa bawa pin, nyoba nyari ditas tapi ga ada," kataku apa adanya. Tak ada tanggapan dari Ali membuat aku kembali menunduk mencari pin dalam tasku.
Sebuah pin bulat tepat disodorkan di depanku. Aku mendongak, melihat pin itu kepunyaan Ali.
"Pakai pinku saja," tawar Ali dengan senyum khasnya.
Ha?
Aku mengerjap sadar untuk menguasai diri. "Terus kamu bisa dihukum kalau tidak memakainya," ucapku menolak.
Ah, tapi aku benar-benar membutuhkannya juga.
Tak berapa lama ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Aku masih punya lagi," kata Ali memperlihatkan satu pin kepunyaannya. Mataku berbinar.
Syukurlah.
Dengan lengkungan sabit kecil dibibir, aku menerima pin yang diberikan Ali. "Aku pinjem dulu ya, nanti istirahat pertama aku kembalikan setelah beli pin baru."
"Tidak usah, pakai saja. Maksutnya ambil saja tidak usah kembalikan," cegah Ali.
Aku terdiam, hendak menerka tapi ini bukan waktu yang pas. Kita harus cepat-cepat ke kelas untuk tambahan pelajaran.
"Hm baiklah, aku masuk duluan ya. Syukron, assalamu'alaikum," pamitku yang diangguki ramah olehnya.
Langkahku semakin cepat saat melewati deretan IPS. Kenapa harus kelas IPS yang pertama ku lewati, tidak adakah jalan lain untuk menuju kelas IPA?
"Sa."
Tuhkan, siapa sih manggil-manggil di koridor kelas IPS. Udah tahu aku buru-buru.
Aku berhenti dan menoleh ke belakang, Laili berlari ke arahku dengan kesusahan. Padahalkan materi untuk hari ini tidak membuat beban tasnya melebihi kapasitas.
"Tungguin," katanya sembari memanyunkan bibir.
"Ini juga lagi aku tungguin, Li!"
Setelah itu kami berjalan berdampingan, ku lirik sekilas Laili yang ku tebak sedang mencuri pandang ke gerombolan kelas 11 IPS 1.
Aku menghela nafas, dugaanku tidak melesat. Benar, sepertinya Laili menyukai Fariz.
Sesampainya di kelas, aku segera menuju ke tempat dudukku. Mengeluarkan buku pelajaran untuk pagi ini.
Tak berapa lama, tepat pukul enam guru untuk mapel tambahan memasuki kelas.
✿✿✿
🍃Assalamu'alaikum 🍃
Votementnya yaaa^____^
[Author Notes] : jangan lupa follow aku yaaaaaapsss ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments