1 - MASA SMA - Jumpa di Pagi Hari

        *Dari yang semula bukan siapa-siapa, kini berubah menjadi topik paling menarik yang selalu ku perbincangkan dengan Allah dan semesta.

-Assalamualaikum Pengagum Rahasia*-

✿✿✿

       Brukkk!!

   Seketika aku tersungkur jatuh karena tidak bisa menahan keseimbangan tubuh pada seseorang yang baru saja menabrak ku pagi ini.

  "Eh sorry sorry," katanya dengan terburu-buru.

  "Oh iya gapapa."

   Aku mencoba berdiri, mencoba terlihat baik-baik saja. Tidak, aku bukan perempuan lebay yang hanya disenggol sedikit langsung meringis tak karuan seperti di kisah-kisah FTV.

    Tatapan kami bertemu sepersekian detik sebelum sama-sama kembali membuang pandangan ke arah lain.

  Ah dia. Bisa-bisa jantungku jatuh di tempat jika harus berhadapan seperti ini.

  Aku berdeham kecil, mencoba menguasai diri sebelum kembali memandangnya. Tidak, aku tidak menatap tepat padanya. Aku menatap ke objek samping dia.

   "Sans, aku gapapa," kataku lagi karena menangkap sedikit rasa bersalah diwajahnya.

    "Beneran?" tanyanya dengan nada khawatir membuat aku kembali mengangguk.

Tolong, jangan terlalu baik dan perhatian padaku. Sebab hal itu membuat aku semakin berharap dan candu.

   Bentar, ini kenapa jantung aku berdebar-debar ya? Yaiyalah kan aku hidup. Gimanasih?!

"Yaudah gue duluan ya," pamitnya yang hendak melangkah jadi terhenti ketika namanya dipanggil temannya yang baru saja datang membawa tas ransel yang hanya ia sampirkan di satu bahu.

    "Fariz.... "

   Ya, namanya Fariz Muhammad.

     Fariz berbalik badan dan melambaikan tangan. Mereka saling bertos-ria ala anak lelaki. Membuat aku merasa seperti pajangan di sudut sekolah.

   "Gimana tanding basket kemarin?" tanya Kevin pada Fariz. Fariz adalah kapten basket sekolah, ia memiliki rahang tegas dan tubuh atletis yang siapapun pasti mengaguminya. Termasuk aku. Ah tidak, sebenarnya aku tak hanya mengagumi fisiknya. Tapi mengagumi bagaimana cara ia bersikap dengan perempuan.

  Salah satu hal yang membuat aku tertarik dengannya pertama kali yaitu ketika berbicara dengan lawan jenis dia menunduk, seolah bermaksud menjaga pandangan.

   "Alhamdulillah menang," jawabnya santai disertai senyum khasnya.

     Dengar, dia bahkan mengucapkan 'alhamdulillah' saja terdengar menyentuh qolbu.

    Entah kenapa aku menangkap sedikit pergerakan anak bernama Kevin itu mencuri pandang padaku. Melihat wajahnya walau sekilas saja membuatku muak sebenarnya.

  Kalau aku mengagumi Fariz, maka hal itu terjadi sebaliknya pada Kevin. Aku membenci pria tersebut.

   Kejadian lalu masih berbekas dan aku? Ya aku memang dikategorikan orang pendendam. Sebenarnya aku masih bisa memasang wajah tenang seperti sekarang seolah tidak apa-apa. Tapi tetap saja ada rasa ingin menghindar dan menjauh.

  Sialnya kami harus satu sekolah lagi.

   Aku kembali melirik Fariz yang sedari tadi matanya bergerak linglung. Dia bahkan ingin segera beranjak dari tempat ini.

   Aku merasa ia tak tenang karena sikapku yang mendadak dingin dan diam setelah kedatangan Kevin.

   Fariz sudah mengetahui segalanya, bahkan ia juga masuk andil dalam kejadian tersebut.

   "Besok libur ke rumah gue nge-game kuy!" ajak Kevin pada Fariz.

  Belum kelar satu, satunya lagi muncul ke permukaan air.

   "Hay, Bro!" sapanya pada mereka berdua.

  Fariz hanya mengangguk sebagai tanda sapaan balik. Ia menepuk kecil bahu Afran.

   "Assalamu'alaikum, Fran!" katanya pelan dengan ironi.

"Eh oh iya, waalaikumsalam," saut Afran malah cengegesan dengan wajah tanpa dosa. "Suka lupa," lanjutnya meringis.

  Fariz malah tersenyum tenang, "yaudah lain kali salamnya pakai 'Assalamu'alaikum', Fran!" katanya mengingatkan lagi.

  Afran langsung mengangguk mengiyakan dan mengangkat dua jempolnya bertanda setuju. "Siapp!"

 

   Ya Allah, tolong kuatkan imanku.

Fariz, benar-benar definisi lelaki sholeh yang selalu menjadi topik pembicaraan di sepertiga malam.

  Aku mengerjap kecil, merasa ada sesuatu yang mengganjal.

    Astagfirullah, aku kan harus ke kelas. Kenapa jadi berdiam diri mendengar pembicaraan mereka? 

   "Eung, aku ke kelas dulu ya. Assalamu'alaikum," pamit ku segera melangkah pergi menuju tangga yang menghubungkan ke deretan kelas 11 IPA. Dan aku salah satu penghuni kelas unggulan, yaitu 11 IPA 2.

    "Ah siap-siap. Waalaikumsalam, jangan nyasar ya," sahut Afran dengan lambaian tangan. Padahal aku tidak sedekat itu dengan dia.

   Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis sebagai respons.

  Aku terus berjalan melewati koridor kelas sebelas dan pada akhirnya sampai di depan pintu kelas.

     "Assalamu'alaikum, Mamah," sambut riang dari cewek bertubuh mungil tersebut. Namanya Laili, cewek dengan kulit putih dan baby face-nya membuatnya lebih pantas disebut anak SD.

  Aku sedikit mendengus saat menjawab salam. Hampir badmood tapi karena ingat sebelumnya aku sudah bertemu dengan vitamin pagi jadi ku urungkan untuk menekuk muka pada Laili.

Oke, aku memang suka jadi motivator dadakan. Anak sini suka curhat sekaligus meminta pendapatku mengenai asmara mereka masing-masing. Tapi bukan berati aku langsung iya-iya saja dipanggil Mamah. Dikira aku Mamah Dedeh.

   Eh tapi gapapa, kan Mamah Dedeh juga panutan kaum perempuan.

    Aku melangkah menuju bangku sembari menahan senyum. Lebih tepatnya senyum karena tertubruk tadi.

  Aneh, ditubruk malah aku suka dan mengingatnya!

   "Sa, Lisa," panggil Laili heboh membuat aku menoleh. Seolah aku dengan senang hati mempersilakan Laili bercerita seperti biasa.

     "Hatiku, Sa...." rengeknya seperti biasa.

   "HUAAA HATIKU AMBYARRRRRR," lanjutnya langsung histeris membuat aku menarik diri kaget dan beberapa teman yang lain dengan kompak menoleh pada kami berdua.

  Aku meringis bingung. Lalu tak lama mereka kembali menghadap semula. Ada yang antusias menatap hape, ada yang menyalin tugas harian dengan kecepatan flash dan lainnya. Aku tak terlalu peduli.

   Setelah itu Laili memukul meja dengan gemas merasa frustasi sendiri. Aku menoleh menghadap Laili sepenuhnya.

 

  "Istighfar, Li," kataku sembari mengusap punggungnya pelan.

  Kakinya menghentak-hentakkan di lantai, dengan pipi yang digembungkan dengan kesal.

  Iya, berasa dia lagi kesurupan kalau sudah seperti itu.

  Fyi, Laili suka random di pagi hari seperti sekarang apalagi jika sebelumnya ada momen yang membuat ia ambyar tak karuan seperti sekarang.

  "Kenapa sih?" tanyaku sembari menarik kursi mendekat pada Laili yang berada di samping bangkuku.

   Tempat duduk yang setiap harinya pindah membuat aku harus berangkat pagi agar tidak dapat di kursi belakang. Takutnya tidak jelas kalau guru menyampaikan materi.

    "Gue, Sa," lirihnya menjadi sendu. Kalau seperti ini aku merasa kasihan.

   "Gue, gue ... di DM sama mantan terindah  GUEEE KYAAA," lanjutnya kembali frustasi. "Nyebelin tahu gak!?"

  Aku mengerjap kecil, bingung tak tahu harus apa.

  "Waktu itu aku udah nyuruh kamu buat block diakan kalau mau move on," sahutku singkat. Ini yang paling tidak aku suka. Mana ada namanya mantan terindah? Kalau terindah ya ga mungkin jadi mantan! 

  Laili mengangguk membenarkan.

  "Terus kenapa ga dilakuin malah sampai dia DM kamu lagi?"

  Tak ada jawaban, hanya gumaman yang ia lontarkan.

   "Masih sayang ya?" tanyaku hati-hati.

   "Ga, ah udahlah bodoamat," sahutnya berdiri dan beranjak pergi meninggalkan aku yang ternganga tak paham.

   Laili itu sekali-kali dibiarin aja, kalau dipeduliin akhirnya ninggal kayak gini. Kan tadi mau ngasih petuah biar move on! 

Eh bentar, kok jadi aku yang kesel?

  

✿✿✿

"Jadi?" tanya Laili menatap kami bergantian. Dimana Nadya yang berada di depan bangku Laili menoleh ke samping,  Zaskia yang maju mendekati bangku antara Laili dan aku, sedangkan Syifa yang menghadap belakang dimana tempat duduknya tepat di depanku.

   Kita berempat saling melempar tatapan, bersiap mengeluarkan pendapat pada satu orang.

   "Lo harus block dia!" usul Nadya langsung ku angguki setuju.

  "Lo ga usah bales DM dia!" usul Zaskia tajam.

   "Lo -- eung ayok solat dhuha aja kuy!" ajak Syifa langsung berdiri membuat sesi diskusi selesai begitu saja.

   "Lah ini hati gue gimana?" rengek Laili membuat kami berempat menghela nafas  sabar.

  "Buang aja ke rawa-rawa. Udah ga berfungsi kayaknya," kata Zaskia dengan pedas. Kami tertawa mendengar hal itu.

   "Lo semua sih pada ga tau  rasanya disapa mantan yang masih gue sayang," elak Laili gemas.

  Zaskia tertawa meledek.  "Mantan kok di sayang, tuh ada yang ngincer lo. Lo malah gamon sama mantan ga tau diri kayak dia."

  Kenapa Zaskia menyebut mantan Laili ga tau diri? Karena Laili diselingkuhi, tapi anehnya Laili masih sayang.

   "Udahlah, Li. Move on aja, ga usah pacaran juga, ga baik. Ga ada di islam itu pacaran," kataku akhirnya mengeluarkan pendapat.

    "Ya lo enak ga pernah pacaran jadi ga tau rasanya sakit hati pas diselingkuhin dan masih sayang walau dia mantan."

  Aku terdiam. Sakit hati? Kejadian itu saja masih berbekas.

   "Ih apa sih susahnya? Ngapain masih ngasih jalan buat mantan tapi ga ngasih jalan buat yang baru," omel Zaskia sudah merasa gemas pada Laili. Sedangkan aku hanya terkekeh geli sembari merapikan alat tulis ku yang berserakan diatas meja dan bersiap menuju musola untuk solat dhuha.

   Zaskia, yang terkenal dengan julukan mean girls-nya itu membuat Laili langsung mengatupkan bibir takut. Zaskia dengan sejuta kata pembangun kehidupannya.

   Kalau diikutkan lomba ahli motivator, Zaskia lah orang yang akan mendapatkan juara pertama dibanding aku. Tapi karena sifat tegas dan terkesan galak membuat anak yang lain menarik diri tidak jadi curhat.

  Dan pada akhirnya mereka sering meminta petuah dariku.

    Kami berlima berjalan bersama seperti biasa.

    Seperti biasa, aku harus kembali menyiapkan jantung agar berdetak normal saat bertemu dia nantinya. Mataku menyorot setiap sudut musola termasuk teras bagian anak laki-laki. Benar saja, tatapan kami tak sengaja kembali bertemu.

   Aku segera menoleh, menyusul mereka yang sudah masuk tempat wudhu.

  Hm itulah kenapa aku mengagumi sesosok Fariz. Dia memang kapten basket, tapi dia orang yang berbeda yang aku temui dijaman sekarang. Dimana mereka laki-laki suka nongkrong di kafetaria ataupun sedang bermain di tengah lapangan basket, tapi Fariz memilih melaksanakan solat sunah seperti sekarang.

  

    

   Dan oh iya lupa, bagaimana aku  bisa mengaguminya jika satu kelas pun tak pernah? Fariz anak kelas 11 IPS 1 dimana kelas tersebut berada di kelas bawah 11 IPA.

  Dulu waktu awal kenaikan kelas sebelas aku lebih sering duduk ditangga yang menghubungkan langsung dengan lapangan basket. Sewaktu itu aku tidak begitu suka harus berada di kelas 11 IPA 2. Para sahabatku berpisah. Seperti Zulfa, Faniya, dan Cece mereka masuk jurusan IPS. Sedangkan aku hanya masuk IPA sendirian.

     Karena dulu keseringan bareng dengan mereka yang setiap pagi duduk ditangga dan memperhatikan anak basket sedang latihan, jadi setiap kali ada waktu kita masih barengan melakukan hal tersebut.

   Sampai pada akhirnya pandanganku jatuh pada sesosok yang mempunyai tubuh atletis, rahang yang tegas, dan kelihaiannya dalam memasukkan bola basket.

 Awalnya mungkin ini bisa disebut aku kagum karena luarnya saja.

Keren bermain basket maksutnya.

   Tapi entah kenapa karena kejadian yang melibatkan aku, Kevin, dan dia membuat aku menjadi paham dalam dirinya seperti apa.

   Selain keren nyatanya ia yang paling kalem dan tidak neko-neko seperti anak basket lainnya yang suka nempel sana-sini. Dia lebih sering di musola dibandingkan di lapangan basket yang hanya untuk menarik perhatian kaum hawa.

 

    Terkadang Faniya yang memang satu kelas dengannya seolah menjadi sumber informasi ku tentangnya saat ia berada dalam kelas. Mungkin dari segala informasi yang diberikan Faniya ia bukan tergolong murid aktif, dia pendiam dan hanya menyeletuk ringan. Tipe-tipe orang yang anti kena masalah.

    Kita memasuki musola, mengambil mukena masing-masing dan bersiap solat dhuha.

   Selesai itu.

   "Gue ke kantin dulu ya," pamit Nadya bersama Laili membuat aku, Syifa, dan Zaskia mengangguk.

     Zaskia yang sibuk membenarkan tali sepatunya, sedangkan aku entah kenapa mataku selalu terfokus pada lelaki yang kini menghadap ke depan juga membenarkan tali sepatunya dan aku hanya berani memandang punggungnya saja.

  

  

✿✿✿

🍃Assalamu'alaikum 🍃

  Ini alurnya flashback ya kalau ada kata MASA SMA. Tq.

Terpopuler

Comments

Suharnik

Suharnik

Aduh baper thorrrrr....👍👍👍👍
"Kisah cinta masa SMA" 😭😭😭😭😍😍

2020-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 1- CINTA
2 1 - MASA SMA - Jumpa di Pagi Hari
3 2- MASA SMA - Bagi Tugas
4 3- MASA SMA - Tak Mengerti
5 4- MASA SMA - Pin Sekolah
6 5- MASA SMA - Terkisah
7 6- MASA SMA - Terpandang
8 7- MASA SMA - Munculnya Salah Paham
9 8- MASA SMA- Aku Berhenti Ya?
10 9- MASA SMA- Menghindar
11 10- MASA SMA - Sebuah Teka-Teki
12 11- MASA SMA - Cemas
13 12- MASA SMA - Yang Sebenarnya
14 13- MASA SMA - Tebakanku
15 14- MASA SMA- Teman
16 15- MASA SMA - Membuktikan
17 16- MASA SMA - Tembakan Pertama
18 17- MASA SMA- Penjelasan
19 18- MASA SMA - Terbongkar
20 19- MASA SMA- Akrab
21 20- MASA SMA - Sebotol Mineral
22 21- MASA SMA - Pemberian ke Dua
23 22- MASA SMA - Baikan
24 23- MASA SMA- Semakin Bersalah
25 24- MASA SMA- Menyesal
26 25- MASA SMA - Jalan Terbaik
27 26- MASA SMA- Namanya Hafidz
28 27- MASA SMA - Tak Menyangka
29 28-MASA SMA - Kaktus
30 29-MASA SMA- Berakhir
31 30-MASA SMA- Mengikhlaskan
32 31- MASA SMA - Mencoba Menebak
33 32- MASA SMA- Rencana Camping
34 2- PERIHAL DIA
35 33-MASA SMA - Kembali Menerka
36 34- MASA SMA- Pandangan
37 35- MASA SMA - Perjalanan Terbaik
38 36- MASA SMA - Sebuah Novel
39 37- MASA SMA - Rohis
40 38- MASA SMA- Terpana
41 Aku berkata-kata, kataku kata
42 39- MASA SMA - Salting
43 40- MASA SMA- Saudara Kembar?
44 Info
45 41- MASA SMA- Bekal
46 42- MASA SMA- Fighting
47 43-MASA SMA- Teman(2)
48 Info(2)
49 44- MASA SMA- Satu Kelas
50 45- MASA SMA- Canggung
Episodes

Updated 50 Episodes

1
1- CINTA
2
1 - MASA SMA - Jumpa di Pagi Hari
3
2- MASA SMA - Bagi Tugas
4
3- MASA SMA - Tak Mengerti
5
4- MASA SMA - Pin Sekolah
6
5- MASA SMA - Terkisah
7
6- MASA SMA - Terpandang
8
7- MASA SMA - Munculnya Salah Paham
9
8- MASA SMA- Aku Berhenti Ya?
10
9- MASA SMA- Menghindar
11
10- MASA SMA - Sebuah Teka-Teki
12
11- MASA SMA - Cemas
13
12- MASA SMA - Yang Sebenarnya
14
13- MASA SMA - Tebakanku
15
14- MASA SMA- Teman
16
15- MASA SMA - Membuktikan
17
16- MASA SMA - Tembakan Pertama
18
17- MASA SMA- Penjelasan
19
18- MASA SMA - Terbongkar
20
19- MASA SMA- Akrab
21
20- MASA SMA - Sebotol Mineral
22
21- MASA SMA - Pemberian ke Dua
23
22- MASA SMA - Baikan
24
23- MASA SMA- Semakin Bersalah
25
24- MASA SMA- Menyesal
26
25- MASA SMA - Jalan Terbaik
27
26- MASA SMA- Namanya Hafidz
28
27- MASA SMA - Tak Menyangka
29
28-MASA SMA - Kaktus
30
29-MASA SMA- Berakhir
31
30-MASA SMA- Mengikhlaskan
32
31- MASA SMA - Mencoba Menebak
33
32- MASA SMA- Rencana Camping
34
2- PERIHAL DIA
35
33-MASA SMA - Kembali Menerka
36
34- MASA SMA- Pandangan
37
35- MASA SMA - Perjalanan Terbaik
38
36- MASA SMA - Sebuah Novel
39
37- MASA SMA - Rohis
40
38- MASA SMA- Terpana
41
Aku berkata-kata, kataku kata
42
39- MASA SMA - Salting
43
40- MASA SMA- Saudara Kembar?
44
Info
45
41- MASA SMA- Bekal
46
42- MASA SMA- Fighting
47
43-MASA SMA- Teman(2)
48
Info(2)
49
44- MASA SMA- Satu Kelas
50
45- MASA SMA- Canggung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!