Noah

Noah

Menuju Petaka

Suasana dingin menyelimuti kota, gelap menyelubungi pandangan, sesekali cahaya membias menerangi seisi kota disambut suara petir yang menggelegar.

satu persatu tetesan air mulai membasahi aspal, gerimis kecil kini berubah menjadi hujan, jalanan yang tadinya ramai perlahan mulai sepi.

Dari kejauhan sebuah mobil melaju kencang, melibas genangan air didepannya, kemudian melejit semakin kencang. tepat di sudut kota mobil itu berhenti.

beberapa detik kemudian seorang pemuda keluar dari mobil itu, dibantingnya dengan keras pintu mobil itu ketika Ia menutup kembali pintunya.

langkahnya pelan namun pasti, Ia berjalan menuju rumah yang tepat dihadapannya.

Pemuda itu mengangkat kepalanya, dilihatnya keadaan disekeliling rumah tersebut, lalu melangkah menuju teras rumah. Ia merogoh saku, diambilnya sebuah kunci, lalu mencoba membuka pintu rumah itu, dinyalakannya lampu kemudian ia memutar pandangannya untuk melihat keadaan didalam ruangan. tampak begitu lusuh, mungkin karna sudah lama tidak di tempati.

Pemuda itu kemudian duduk di kursi yang berdebu, maklum rumah tua ini sudah lama tidak Ia tempati ketika Ia harus mencari nafkah keluar kota.

Noah, ya.. pemuda itu bernama Noah, sudah lama Dia hidup sebatang kara, tidak punya siapa- siapa.

beberapa bulan terakhir ini Ia bekerja sebagai supir taksi, rumah tua ini adalah hasil kerja kerasnya, begitupun mobil yang Ia kendarai, semuanya didapatinya dengan usaha yang tidak mudah.

Noah kemudian melangkah menuju kamar tidur, dibersihkannya tempat tidur itu, mengeluarkan selimut, menaruh handphonenya di atas meja kecil, lalu mencoba menutup matanya.

beberapa saat dering handphone membuat Noah harus bangun dari tidurnya. "siapa tengah malam begini?" gumamNya. Noah mengulurkan tangannya mencoba meraih handphone yang memang posisinya sedikit jauh dari tempat Dia berbaring.

"Halo? selamat malam, siapa ini?" tanya Noah

"Noah... sudah lupakah dengan aku?"

Suara Nyaring dari penelpon membuat telinga Noah sedikit tidak nyaman.

"Ini Jery, Jery Mite." Sahutnya lagi.

Noah mengernyitkan dahi, mencoba mengingat, siapa orang bernama Jery.

"masih belum ingat? sudah lupa dengan bisnis kita dua bulan lalu?" Jery mencoba membantu Noah untuk mengingatnya.

"Jeremias?" Noah menjawab bingung

"Ya benar, tidak sangka, kau masih ingat nama itu.. hahahaha."

"Ya, sudah aku ingat. Ada apa Jer? jangan mengatakan sesuatu yang tidak-tidak. apalagi tentang hayalanmu dua bulan lalu. Aku ini supir taksi, tidak begitu tahu jalan ke pedesaan." Noah berusaha menolak ajakan Jery. mereka pernah membahas rencana untuk menjadi supir pengantar turis yang mau berkunjung ke desa- desa.

"Hei-hei-hei... jangan seperti itu, Aku ini temanmu, kali ini bukan hayalan, bayarannya bisa membuat kau membeli satu mobil mewah cash."

"benarkah?" Noah sedikit kaget dengan tawaran Jery.

"Tentu saja, kau akan dapat bayaran setengah dimuka, itupun jika kau mau bergabung...

bagaimana menurutmu?"

"lalu, tugasku?" tanya Noah dengan sedikit bimbang.

"Tugasmu hanya mengantarkan sekelompok tamu, lalu membawa mereka pulang, mereka orang- orang kaya yang mau berlibur di pedesaan. Tenang saja, akupun ikut bersama."

"Berapa lama perjalanan?" Noah masih bimbang, "Apa mungkin mengantarkan tamu berlibur, bisa mendapat uang sebanyak itu?" gumam Noah dalam hati.

"kemungkinan selama seminggu, jadi ku sarankan bawa pakaian tambahan" Balas jery.

"Baiklah, bayaran setengah dimuka bukan?" Tanya Noah bimbang.

"Tentu saja. Besok di bandara Kota, jam sembilan, hubungi nomor ini jika kau sudah disana."

tuttt... Sambungan terputus. mata Noah yang tadinya susah dibuka, tiba- tiba kembali bersinar, bagaimana tidak, selama ini Dia harus banting tulang mencari rupiah, kini kesempatan didepan mata.

"Aku bisa hidup senang jika begini".

Noah menyetel Alaram tepat jam tujuh, Dia kelihatan lebih segar dibanding saat awal masuk rumah tua itu.

Kelihatannya Ia telah siap menghadapi hari esok, ya... hari esok, hari dimana segala tentang Dia akan berubah. Namun sepertinya Dia tidak tahu, sebelum segala tentang Dia berubah, Dunia sudah lebih dahulu berubah, dan seharusnya Dia mengkhawatirkan hal itu, bukan malah terjun didalamnya.

. . . . . .

Drrrrt....!!! Drrrrt.....!!! Drrrt....!!!

Dering keras alaram membangunkan Noah dari lelap tidurnya semalam.

Noah meneguk segelas air, kemudian melangkah menuju kamar mandi. tangannya menyalakan shower, kini tubuhnya basah oleh dinginnya air, sesekali Ia mendengungkan lagu untuk mengalihkan perhatiannya dari siksaan air yang begitu dingin, bagai ribuan jarum yang menusuk kulit.

Noah sepertinya benar- benar mempersiapkan diri untuk menghadapi hari penuh tantangan ini. Tubuhnya sudah segar sehabis mandi, tidak lupa Ia sarapan dipagi ini, beberapa potong roti kering diambilnya dari kulkas, dilaburnya selai pada roti itu. "Lumayan, daripada tidak sama sekali." gumam Noah. Maklum, selama Ia meninggalkan rumah hanya itu yang tersisa di kulkasnya. Diteguknya segelas Air yang diambil dari kulkas, "Ah.... ini sudah cukup." ungkapnya. kemudian diambilnya sebuah setelan, celana panjang hitam dan sebuah kameja putih lalu mengenakannya, setelan tersebut menjadi pilihan terbaiknya untuk saat ini.

Setelah dirasanya sudah lengkap persiapannya, Ia keluar dari rumah, menguncinya, lalu masuk kedalam mobil.

Hilir mudik kendaraan begitu ramai, cuacanya lumayan cerah, yah... Noah sudah di depan bandara. Matanya mencoba lirik jam tangan yang Dia kenakan, pukul delapan lewat lima puluh lima menit.

"lima menit lagi", kata Noah dalam hati. Ia meraih ponsel disakunya, mengutak ngatik seperti sedang mencari sesuatu. "Jery, sebaiknya kau tidak menipuku." Noah berusaha menelpon Jery.

"sial, kenapa tidak diangkat... jangan-jangan..." Ia mencoba menelpon lagi. tut.... tut... tut... "Jery sialan, ini bukannya sudah jam sembilan?" seru Noah yang mulai tidak sabaran.

Ia kemudian memasukan lagi ponselnya, menengok kiri dan kanan, tidak ada tanda- tanda adanya Jery dan rombongannya. Noah sedikit cemas, Ia mencoba memijat- mijat pundaknya, agar menghilangkan kecemasannya.

Beberapa menit berlalu, ponsel Noah berdering. Dengan cepat Dia mengambil ponselnya, rupanya panggilan dari Jery.

"Halo, Jery, aku sudah didepan bandara." kata Noah dengan sedikit kesal.

"ya, Noah, merapatlah menuju MOCCA cafe didepanmu itu. Aku dan rombongan menunggumu." kata Jery, yang kemudian langsung menutup ponselnya.

Noah menatap sebuah cafe besar, tulisan besar terpampang jelas diatasnya, MOCCA cafe. jaraknya hanya beberapa puluh meter dari mobilnya. Segera Ia memarkirkan mobilnya di area cafe tersebut, keluar dari mobil, mencoba menata rambutnya yang sedikit acak-acakan, lalu masuk kedalamnya.

Seorang pria bertubuh bulat, rambutnya tipis, kulitnya putih, mengangkat tangannya dengan segera ketika Noah masuk didalam ruang cafe.

"itu dia." kata Noah sambil melangkah menuju pria tersebut. "Noah.... akhirnya kita bertemu." sambut pria bulat itu. Pria ini adalah Jery, Jery langsung memperkenalkan Noah kepada semua yang semeja dengannya.

"Noah, duduklah disini." sembari mengajak Noah duduk, Ia menyodorkan sebuah koper tepat dihadapan Noah, lalu berkata lagi: "bukalah, ini kesepakatan kita semalam." Tangan Noah meraih koper tersebut. Dengan sedikit gemetar, Ia mencoba membuka koper tersebut. Sejumlah uang yang tidak sedikit, terlihat ketika koper itu dibuka, hal ini membuat Noah lega, Ia pun tersenyum dan berkata: "kemana kita selanjutnya?"

"Hari ini rombongan kita menuju desa Watu Mite" sahut Jery.

"Watu Mite?" Noah sedikit kaget, "itu bukannya..." belum selesai bicara Jery memotong, katanya : "karna itu kita dibayar mahal, jika tidak mau, kau bisa mengembalikan koper itu."

Noah terdiam sesaat, "tapi ini demi kehidupanku yang lebih baik" Noah coba menguatkan dirinya sendiri.

"Baik, aku ikut"

Rombongan itu bersiap berangkat,

menuju Desa yang bahkan lebih mengerikan daripada penjara. Watu Mite, Daerah yang tidak terjamah, jauh dari keramaian kota, terisolasi di dalam pegunungan dan dilindungi bukit-bukit tua.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Syalsabila 05

Syalsabila 05

wiiiii keren banget,lanjut kak
ceritanya sangat membawa imajinasi kita hanyut ke dalamnya

2023-01-20

1

PinkyOwl

PinkyOwl

bagus kak

2023-01-14

0

Germanikus Clintonis Fernandez

Germanikus Clintonis Fernandez

wah gilee,membawa imajinasi banget deh pokoknya...

2021-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!