Jamuan makan itu begitu menakjubkan, orang-orang desa itu duduk melingkar, menuangkan arak didalam tabung kayu, lalu membagi-bagi minuman tersebut secara bergilir. Mereka mengajak rombongan tamu untuk bergabung, namun sayang rombongan dari kota itu menolak, dengan alasan letih selama perjalanan.
"bisakah malam ini kami beristirahat dulu disini? teman-teman kami merasa letih, perjalanan kesini benar-benar melelahkan, maklum tetua, orang-orang kota fisiknya tidak begitu kuat" Jery berkata sangat sopan kepada tetua yang daritadi sudah cukup banyak minum-minum.
"hmm..." orang tua itu mengangguk, Dia mencoba bangkit dan berkata " mari kuantarkan ke kamar kalian" setelah berkata demikian tetua itu berusaha berjalan, beberapa orang desa mengikuti tetua mereka, tubuh mereka kekar dan berotot, sepertinya mereka ini adalah pengawal tetua desa.
Langkah orang tua itu sempoyongan, Ia berhenti tepat di depan sebuah gubuk yang cukup luas lalu berkata, "disini kamar kalian, masuklah, maaf jika tidak senyaman kamar mewah dikota."
"Terima kasih tetua, ini sudah lebih dari cukup, kami harus beristirahat agar esok bisa kembali ke kota," kata salah satu dari rombongan tamu itu dengan logatnya yang aneh. Rombongan itu kemudian masuk kedalam. Gubuk itu punya beberapa sekat, mereka kemudian membagi-bagi kelompok, Noah dan Jery dapat satu kamar. Noah menarik Jery dan berkata" Aku masih penasaran dengan kata - kata mu tadi."
"Ikuti saja aku, jika kau ingin selamat. Apa kau pikir orang-orang desa ini akan membiarkan kita pulang? banyak yang tidak pulang setelah masuk kesini." Jery berkata sambil mata nya membelalak.
"Kau pernah dengarkan? cerita-cerita orang sebelumnya?" tambah Jery lagi.
"Hei.... aku belum menikmati uang ku...
Eh... uang ku.... apakah mobil kita aman?? uang ku disitu semua!" Aku bahkan belum mengambil selembarpun!" Noah menjadi cemas, bagaimana tidak, sekoper uangnya Ia letakan didalam mobil dan tentunya belum tersentuh.
"Tenang saja, setelah ini semuanya akan aman, uangmu bisa kau nikmati. Sekarang istirahatlah." kata Jery sambil berbaring mencoba menutup matanya.
Noah belum bisa memejamkan matanya, Dia mencoba mengecek ponselnya, dan tidak ada sinyal di tempat itu. "Sepertinya percuma, aku tidak bisa tidur. Jery.... bisakah jangan dulu tidur?" Noah mencoba bangunkan Jery. Jery tidak merespon, malah Ia membalikkan badannya. Noah coba bersandar di dinding, Ia masih bisa mendengar suara penduduk desa yang minum bersama, ada yang bernyanyi, ada yang tertawa, Noah kemudian mencoba mengintip lewat sela- sela anyaman dinding dari ranting-ranting kayu tersebut. di luar kamar mereka tidak ada yang berjaga, semua penduduk desa masih di meja perjamuan, walaupun tidak sebanyak tadi. Noah memilih untuk berbaring di tempat tidur yang terbuat dari kayu yang dipahat rata, tanpa kasur, sedikit tidak nyaman, Dia berusaha menutup matanya, sesekali Ia membalik badannya, lalu tengkurap, mencoba berbagai posisi tidur, berharap bisa lelap.
Beberapa jam berlalu, Noah terlihat sudah lelap, Jery yang tadi disebelahnya kini tidak ada disana, keadaan desa yang tadinya ramai, kini sepi seperti di tempat pemakaman, hanya terdengar suara jangkrik, anjing hutan yang melolong dan sesekali terdengar suara burung malam diselingi bunyi gesekan dedaunan yang ditiup angin.
"Noah.... Noah bangun... bangun Noah" Jery sedikit berbisik sambil mencoba membangunkan Noah, tangannya mencoba mengguncang tubuh Noah agar bisa bangun.
"Hm..... sudah jam brpa ini... perasaan aku baru saja..." belum sempat Noah selesai bicara, Jery menutup mulut Noah, dan berbicara pelan "sssttt... pelankan suaramu... Ayo bangun, pelan-pelan saja, jangan menimbulkan kegaduhan"
"Apa yang kita lakukan Jery? apa kita pulang sekarang?" Noah mencoba bertanya dengan suara pelan, sambil mengikuti langkah Jery dari belakang.
"Ikuti saja... jangan bersuara lagi"
Ditengah sunyi nya malam, beberapa pasang kaki yang mengendap- endap pelan, bayangan mereka begitu hitam dibawah sinar bulan. Jery yang memimpin rombongan itu berjalan didepan, tangannya memegang selembar kertas kusut, beberapa orang dibelakang mengikutinya.
"Benarkah peta itu Jery?" seseorang berbicara dengan logat aneh, dia mencoba melihat kertas yang sedaritadi dipegang Jery.
"Aku tidak tau, tapi setahuku ini asli." jawab Jery percaya diri.
setelah berjalan mengikuti petunjuk peta kuno itu, rombongan itu tiba di sebuah tempat, Gubuk yang sangat purba. kayunya ditutup debu yang tebal, tanda bahwa jarang ada yang datang di tempat itu.
"Buka pintunya" sontak suara salah seorang turis, logatnya lebih aneh, tapi Dia adalah satu-satunya tamu dengan tubuh paling besar diantara mereka.
"Hey..! dengan apa mau kau buka? ini namanya pencurian! bagaimana jika mereka datang?" Noah langsung memotong.
Sontak Orang besar itu mendorong Noah hingga jatuh. "Diam kau! lakukan saja atau ku tembak?" Orang itu berbicara sambil mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya, pistol itu terlihat bersih, moderen dan ada peredam dilarasnya.
Noah hanya bisa diam, dalam hati Ia berpikir, bagaimana jika mereka ketahuan.
Duk! Duk! Duk! seseorang mencoba membuka pintuh kayu yang terlihat tua namun kokoh.
Serrrrrrrrrr....rrrrrrr.....rrrrr
yang lain menyalakan mesin potong, suaranya cukup keras. "cepat! sebelum mereka bangun"
Rombongan itu mulai sibuk, sebagian mencoba membuka pintu itu, sebagian lagi berjaga-jaga, khawatir tindakan mereka diketahui warga desa itu.
sepuluh menit kemudian..... Krak....!! pintu keras itu akhirnya bisa dibobol.
Sebagian rombongan itu masuk kedalam dengan hati-hati, beberapa yang lainnya masih berjaga...
"Hei Noah..... cepat kesini... kenapa bengong? bantu kami!" Jery bersuara. Daritadi Noah hanya terbengong dengan apa yang dilihat nya.
"ini pencurian, tidak bisa, aku tidak bisa melakukannya. Aku ingin pulang.."
"Hei Noah, cepat bantu!" kali ini Jery berkata sambil menarik tangan Noah.
"Jery... bagaimana jika ketahuan?" Noah bertanya tapi bibirnya sedikit gemetar.
"makanya kita harus cepat, agar tidak ketahuan."
mereka masuk kedalam ruangan itu... didalamnya penuh sarang laba-laba, debu dimana-mana, serangga kecil merayap disana- sini.
"Pegang ini, ini.... ini... cari semua gulungan kuno, bawa semua lembaran yang bisa kalian bawa" Pria yang memegang pistol itu memberi komando dan memberi beberapa kertas kusut kepada Jery dan Noah, bahkan didalam saku baju dan celana mereka penuh dengan kertas-kertas aneh.
"kemana kita bawa ini Jery?" tanya Noah takut
"Apa kau sedang melawak? Tentu saja bawa kedalam mobil, mau dibawa kemana lagi." Jery menjawab kemudian keluar menuju arah mobil, Noah mencoba mengikutinya dari belakang, begitupun rombongan lain, mereka membawa banyak gulungan kusut, lembaran-lembaran usang, terdapat tulisan di masing-masing gulungan tetapi dengan huruf purba, tidak ada yang mereka mengerti. mereka melangkah pelan, beberapa yang lain masih didalam ruangan itu.
Baru beberapa langkah, tiba- tiba salah seorang dari rombongan yang berjaga - jaga itu berteriak "mereka datang!"
Benar saja, tiba-tiba daerah sekitar mereka sudah mulai diterangi nyala obor, lebih dari dua puluh orang desa itu sudah mendekati mereka dan berteriak dengan bahasa aneh, ditangan mereka ada obor, dan juga pedang, ada pula yang membawa tombak, panah, bahkan kapak.
"Lari.........!!!!" Jery berteriak dengan suara yang cukup besar.
tanpa pikir panjang, Noah berlari sekencang mungkin, dia mencoba mengayunkan kakinya secepat yang dia bisa, tangannya masih memegang beberapa gulungan. Dibuangnya semua gulungan di tangannya, refleks matanya mencari dimana Jery.
"Jery? Jery!!!" masih sambil berlari, Dia mencoba melihat kebelakangnya. Hatinya berkecamuk, jantungnya berdegub dengan kencang, dadanya terasa sesak.
Bagaimana tidak, dibelakangnya, Jery berlutut, tubuhnya dihiasi darah segar, sebuah tombak besar menancap didadanya, matanya sayu, dari mulutnya mengalir darah kental.
"lari Noah... lari..." erangan kecil dari Jery yang tidak berdaya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
WidodoResidenEvil
mantap
2023-01-23
0