Takdir dan Keberuntungan

Cahaya Fajar mulai membias dibalik gunung, daun pepohonan yang basah oleh embun, burung-burung kecil bermain bersama, terbang dari satu ranting ke ranting lainnya, kicauan mereka seperti nyanyian yang begitu merdu. Hutan yang terbilang cukup lebat ini memang menjadi daerah yang keramat, sangat jarang orang berkunjung ke daerah ini, walaupun titik daerah ini tidak begitu jauh dari kampung sekitar.

Dari kejauhan terlihat seorang yang sudah tua sedang bersama dengan gadis muda, mereka seperti sedang berlatih.

"Buka kuda-kudamu sedikit lebih lebar, Fokuskan pikiranmu. Mantramu bekerja lebih baik jika tubuhmu lebih siap." orang tua itu berkata sambil mempraktekkan apa yang Dia katakan barusan.

Gadis muda itu mengikuti arahan dari Pak tua, menarik nafas dalam-dalam merapalkan mantra kemudian tangannya meninju kedepan dan....

WUSSS.....!!!! tiupan kencang angin yang dingin berhembus dari tangannya membekukan sebuah batu besar yang ada persis didepannya.

Plok plok plok.. Pak tua itu menepuk tangan, diwajahnya terpasang senyum gembira dan berkata :"tidak sia-sia berlatih selama seminggu, sihirmu sudah bekerja lebih baik dan yang kemarin."

"Terima kasih bimbingannya Ayah." gadis itu memberi hormat kepada Pelatihnya itu, yang adalah Ayahnya sendiri.

"Pagi ini cukup sampai disini, bersihkan dirimu dulu di sungai, kau hari ini serius dan lihatlah kau penuh keringat kimora." kata Orang tua itu, sambil menjauhi si gadis. "Ayah akan mencari tangkapan untuk hari ini" sambungnya lagi.

"Baik ayah" kimora menjawab ayahnya dengan sopan lalu menuju sungai yang tidak jauh dari tempat berlatihnya. kimora menanggalkan pakaian yang biasa dipakainya berlatih, Ia membalut tubuhnya dengan handuk lalu masuk kedalam sungai yang cukup jernih.

Sejam berlalu, Orang tua itu kembali Dia memanggul seekor rusa besar. "Kimora, apa kau sudah selesai?" teriak orang tua itu, nafasnya sedikit terengah-engah.

"Sabar ayah, aku sedang mencuci beberapa rempah-rempah yang kudapat tadi." jawab kimora, Ia memang sedang mencuci rempah-rempah, hutan yang cukup lebat ini didalamnya ternyata kaya akan rempah-rempah.

Pak tua itu melangkah mendekati kimora, menurunkan hasil buruannya, Bruk!!!

"Ayah? hari ini sepertinya kita dapat buruan yang cukup besar.." kata kimora ketika melihat rusa jantan besar yang tergelatak ditanah.

"sepertinya begitu kimora"

"Jadi rusa ini sudah membuat ayah hampir kehabisan nafas?" canda kimora

"whahahaha, Ayah sudah tua... kimora, jadilah lebih kuat, Dan buatlah Ayah bangga." orang tua itu berkata sambil tertawa.

"Ayah, aku sudah dewasa, Aku akan membalaskan dendam Ibu!" kimora menjawab ayahnya dengan semangat.

"kimora, lupakan dendam itu. kejadian ibumu itu, adalah pilihannya. Tidak boleh menyimpan dendam. Dendam hanya akan merusak hati." Orang tua itu berkata, bibirnya sedikit gemetar, matanya basah seakan menahan rasa sedih yang mendalam.

"Ayah... apa kau tidak sayang ibu? jelas-jelas para prajurit itu membunuhnya, dan Ayah bilang itu pilihannya?" kimora sedikit menaikan nada bicaranya.

"Kimora, Ibumu berharap kau bisa hidup berbahagia bersama lelaki yang baik, dan segera lupakan dendam tak berujung ini. Ingat? ketika ibumu masih hidup? Dia ingin sekali menggendong cucu darimu ketika kau sudah menikah nanti.." belum selesai bicara kimora langsung menjawab Ayahnya, " sebelum dendam terbalaskan aku tidak punya rasa terhadap pria manapun!"

"Ayah mengerti perasaanmu, ya sudahlah, matahari sudah sedikit panas, kita harus menuju desa." orang tua itu berkata pelan, kemudia mencoba kembali memanggul rusa besar yang tadi diburunya.

"Ayah?....." kimora pelan bersuara

"Ayah???" sekalilagi ia berkata, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"kita harus pergi kimora, ayo cepat"

"Ayah lihat!!, ada orang yang terbawa arus sungai!" kimora sedikit berteriak.

"Dimana?" tanya lelaki itu, rusa dibahunya dilepaskannya ketanah, Ia berusaha menoleh kearah sungai.

"itu Ayah! tersangkut di antara bebatuan"

"Tunggu disini kimora" Tanpa pikir panjang Ia kemudian melompat kedalam sungai, dan mencoba berenang ke arah yang ditunjuk kimora.

beberapa menit kemudian, Ia sudah dipinggir sungai menarik seseorang kepinggir sungai.

"Ayah... apa tidak sebaiknya kita biarkan saja? orang ini... kita bahkan tidak mengenalnya, mungkin saja dia korban perampokan lalu dibuang kesungai." kimora berkata dengan ketakutan, bagaimana tidak, orang itu, wajahnya penuh memar, begitupun tubuhnya.

"Ayah... lihat dibahunya, bekas luka tembak, dia korban pembegalan! kita pulang ayah." kimora mencoba menarik tangan ayahnya.

"tunggu kimora, orang ini... belum mati..."

"lalu apa hubungannya? lihat saja pakaiannya, Dia dari kota. Dia pasti semalam dibegal. tinggalkan dia ayah" kimora memaksa ayahnya

"kita bawa dia pulang" kata lelaki tua yang dipanggil ayah itu.

"Ha???? ayah tidak seriuskan?"

"ini serius kimora."

"lalu? Ayah ingin aku menggendongnya? enak saja, suruh dia berjalan sendiri" kata kimora ketus, seakan tidak rela membantu.

"tentu tidak, Ayah yang akan membawanya."

"kemudian rusa ini? apa Ayah rela? aku yang cantik dan manja ini memikul tumpukan daging ratusan kilo?"

"ya... karna kau tidak ingin memanggul orang ini, pilihanmu ya memanggul rusa itu" Ayah kimora menjawab dengan santai.

Dua pasang kaki itu berjalan dengan susah payah, menuju pemukiman. mereka berada dipinggir kampung, jalanannya masih dari tanah, dipinggir kiri dan kanan penuh dengan tanaman yang dipapas rapih.

"dasar lelaki sial, seharusnya kubiarkan saja kau membusuk di sungai itu. jika kau sembuh kau harus jadi babuku seumur hidup dan akan kubalas kau jutaan kali lipat!" Kimora bergumam, nafasnya terengah-engah.

"Hentikan omelanmu itu kimora, membantu orang lain itu membawa banyak keberuntungan." Ayah kimora sepertinya tau, kalau sepanjang perjalanan pulang kimora memang mengomeli lelaki yang dipanggulnya itu.

"ini semua karna ayah, aku tidak sudi, dia harus membalas ini!"

"ambil positifnya kimora, berjalan dengan beban membuat fisikmu bertambah kuat, dengan begitu sihirmu pasti berkembang lebih jauh" Ayah kimora menyahut dengan nafas yang terengah-engah.

"pokoknya aku tidak sudi! titik!"

kedua orang itu tiba disebuah rumah sederhana, melangkah masuk dengan susah payah.

"Bibi, Bibi. kami datang Bibi." kimora memanggil seseorang.

"siapa ini kimora?" sesorang yang dipanggil bibi menghampiri kimora bertanya, kemudian mencoba membantu kimora menurunkan lelaki itu.

"Tiara, kamu olah dulu hasil buruan itu dibelakang, yang disini biarkan aku dan kimora yang mengurusi" Ayah kimora bersuara, sambil kedua tangannya direnggangkan.

"apa? aku lagi yang harus mengurusnya? Dia bukan kakak atau adikku" kimora menyelah.

"Ambilkan ayah kain bersih, air bersih secukupnya, dan kotak obat di lemari ayah"

kimora menuruti permintaan ayahnya, dia menuju keruangan belakang sambil berkata "jika dia sembuh aku tidak peduli, dia harus jadi pembantuku seumur hidup!"

"lakukan semaumu ketika dia selamat nanti, tetapi sekarang bantu ayah dulu."

kimora memang anak yang manja, Dia adalah anak tunggal mantan panglima tempur ibu kota, semenjak Ibunya meninggal, Ayah kimora memutuskan untuk pensiun dan kembali kedesa. Hal itu terjadi 7 tahun lalu ketika kimora masih berumur 11 tahun.

"Ayah.... ini semua barang2 yang kau minta."

kimora membawa persis seperti yang dipinta Ayahnya, sebaskom air bersih, kain bersih, dan sekotak bahan obat.

"Nah... sekarang bantu Ayah"

Bersambung.........

Terpopuler

Comments

Rino Lai

Rino Lai

siyap.... makasih bu.. hehehe

2021-02-22

1

Widya Chandra

Widya Chandra

Pembaca pertama wkwkwk

2021-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!