Cinta Karena Mandat
Semarang sedang diselimuti awan gelap. Langit tak henti-hentinya menangis dari semalam. Sigit Nagendra Ardhitama, anak dari Bagas Ardhitama dan Anindya Wijaya. Seorang polisi khusus, usia 27 tahun. Belum menikah alias masih lajang, dan juga jomblo.
Dengan wajah tampannya itu, seharusnya dia sudah menikah dan memiliki keluarga kecil. Tapi ia selalu menunda akan hal itu.
Sigit baru saja terpejam karena semalam dia usai melakukan penggrebekan di salah satu kos-kos an yang dicurigai digunakan untuk tempat prostit*usi.
Masa laluuuuuu, terpesonaaaa aku terpesonaaa memandang memandang wajahmu yang maniiiiisss
Suara alarm yang ada di ponselnya berbunyi. Sudah pukul 5 pagi. Dia terpaksa membuka matanya dengan malas. "Hoaaammm, kok cepet banget sih paginya"
Dia bergegas untuk sholat subuh. Selesai sholat subuh dia bergegas mandi. Sigit tinggal bersama kakeknya, yaitu kakek Edi Sumantri. Sedangkan kakek dan neneknya dari pihak papahnya sudah meninggal.
"Sigit, mamah dan papahmu akan datang kemari besok" ucap kakek Umang saat mereka akan sarapan.
Sigit menautkan alisnya. "Papah sama mamah? Besok kek? Kenapa mendadak dan tidak memberitahuku terlebih dahulu?" tanyanya.
Kakek Umang hanya menaikkan bahunya tanda tak tahu. Mereka sarapan dengan tenang. Sigit sudah siap akan berangkat ke polres kota Semarang.
"Kek, Sigit berangkat dulu ya, apel pagi nih" kakek Umang mengangguk.
"Hati-hati. Jangan lupa sholat dan makan siang" Sigit tersenyum dan menyalami kakeknya. "Iya, kakek masuk gih, dingin"
"Iya, hujan-hujan kok ada apel"
"Ya kan apelnya dipindah di aula bisa kek"
"Mbuh lah sekarepmu"
Sigit memakai jas hujannta dan menyalakan motornya. Hujan semakin deras. Sigit hanya berpura-pura akan apel, dia sedang ditugaskan mengintai seseorang.
Flash Back On
Luna : Git, disuruh komandan nyamar jadi pengantar paket. Target ditemukan. Jalan mawar nomer 17.
Sigit membaca pesan dari Luna, teman satu kantornya sekaligus sepupunya. "Hmm, pengintaian. Oke lah. Pakai seragam dulu deh, biar kakel gak terlalu curiga"
Flash Back Off
Sigit melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Saat ditikungan dia hampir saja menyerempet sebuah mobil berwarna silver, hingga bunyi klakson pun terdengar panjang. Sigit tetap melajukan motornya tanpa peduli dengan pengemudi mobil itu.
"Sialan tuh orang! Hampir aja tabrakan!" umpat seorang gadis muda itu. Mutiara Insani, seorang PNS di kantor Samsat kota Semarang, usianya sekitar 24 tahun. Cukup sukses di usia muda, tapi tidak dengan kisah cintanya.
Dulu, dia mencintai seorang pemuda di kampusnya. Dia benar-benar jatuh cinta terhadap laki-laki itu, tapi sayang, ayahnya yang seorang panglima TNI, yaitu Indrajaya tidak merestui hubungannya. Yup, Muti adalah anak dari Mayor Indra, yang sekarang menjabat menjadi Panglima TNI dan dokter bedah torak kardio vaskuler Sani Aulia.
Sani meninggal saat masih masa nifas. Dirinya terkena sepsis hingga menghilangkan nyawanya. Menjadikan Indra orang tua tunggal bagi Muti.
Sampai akhirnya sikapnya berubah terhadap lawan jenisnya. Dia hanya akan mempermainkan lelaki yang menyukainya. Yup seorang playgirl.
Sebenarnya kejadian barusan bukan hanya murni kesalahan pengendara motor, karena dirinya sedang tidak fokus menyetir. Bagaimana mungkin dia akan bisa fokus karena sebelum berangkat dia mendapatkan telpon dari ayahnya, yang mengatakan bahwa ayahnya akan datang ke Semarang menjenguknya.
"Aku yakin, ayah pasti bukan hanya sekedar menjenguk. Pasti nih, pasti ada apa-apa. Gak mungkin kalau cuma sekedar menjenguk. Bukan ayah banget. Hadooh, gimana kalau ayah tahu kalau Humam disini? Di Semarang? Bisa-bisa aku dipindah tugaskan di Jakarta lagi"
Muti sedang gusar karena hal itu. Hingga ia tiba di kantor pun pikirannya tak fokus dengan apa yang ia kerjakan.
"Tia kamu kenapa sih? Daritadi aku perhatiin melamuuuun terus" kata Jihan, teman sekantornya. Muti jika di kantor dipanggil dengan nama Tia.
"Gak papa Han, lagi bingung aja aku. Besok bokap mau datang. Kira-kira mau ngapain ya Han?"
Jihan tertawa saat mendapatkan pertanyaan itu dari Muti. "Ya jenguk anaknya lah, gimana sih! Ayo buruan ke ruang rapat. Bu bos sudah menunggu. Rapat akan segera dimulai"
Muti mengangguk lesu. Akhirnya dia melupakan masalahnya sejenak. Mungkin benar kata Jihan, ayahnya hanya ingin menjenguknya.
.
Polres
"Kamu gimana sih? Kenapa bisa kehilangan jejak?" hardik atasan Sigit.
"Siap, maaf pak, tadi karena jalanan licin dan hujan turun deras saya hampir bertabrakan dengan sebuah mobil" jelas Sigit memberi alasan kepada atasannya.
"Ya sudah, koordinasi dengan bagian kriminal. Suruh informan kita menyelidili dimana target saat ini" tutur Agung, atasan Sigit.
"Siap, Ndan!" Sigit memberi hormat dan pergi meninggalkan ruangan atasannya untuk berkoordinasi dengan bagian kriminal.
Aluna Lestari. Seorang polwan yang merupakan sepupu dari Sigit. Anak dari Tristan dan Tari.
"Kenapa bisa lepas sih?" tanya Luna saat mereka sedang bersantai di ruangan bagian kriminal.
"Gara-gara mobil sialan hampir nabrak aku tuh, jadi kehilangan jejak target. Padahal nih, aku tadi udah lihat mobil target di daerah sana. Tapi saat aku telusuri gak ada, Lun"
"Hadeeeehh" ucap Luna sambil tepok jidat.
"Besok papah sama mamah datang" curhatnya lesu. Luna melihatnya sekilas.
"Harusnya seneng dong tante Anin sama om Bagas datang. Ini malah lesu begini"
"Gimana ya?" katanya sambil menyandarkan kepalanya pada meja Luna.
"Apanya yang gimana?" tanya Luna bingung.
"Pasti mereka ada sesuatu, biasanya kalau pulang tuh pasti ngabarin jauh-jauh hari. Ini terkesan mendadak gitu lho Lun"
"Cah aneh yo kamu itu. Hana gimana kabarnya? Dia jadi melamar di rumah sakit sini gak sih?"
"Mbuh rak reti. Sirahku ngelu perkoro iki dan orang tuaku kok malah mbok takoni Hana (Gak tahu. Kepalaku pusing karena ini dan orang tuaku lok malah kamu tanyain Hana)"
"Hilih, pulang sana kalau gak ada kerjaan"
"Iya, tapi suruh informau dulu mengintai target. Aku yakin dia masih ada disana. Gak mungkin kalau ngilang cepet banget begitu"
"Iya-iya, aku sudah suruh salah satu informan untuk memantau mereka. Lha piye? Apa kamu langsung pengintaian aja? Nyamar jadi hansip"
Sigit memanyunkan bibirnya. "Gak ada hansip ganteng kayak aku begini. Kelihatan mencolok nanti"
"Ganteng menurutmu sendiri. Aku ora" ucap Luna sambil menjulurkan lidahnya.
.
Karena tak ada kegiatan, pukul 5 sore Sigit memutuskan untuk pulang. Saat di perjalanan dia masih penasaran keberadaan targetnya yang tidak ada di daerah itu.
Saat di lampu merah, sebuah mobil silver mengklaksonnya. "Woy! Kamu yang tadi pagi hampir aja nabrak mobil aku kan??" kata seeorang perempuan yang menggunakan seragam kheki itu.
Sigit hanya menoleh dan tak menggubris ucapannya. Lampu hijau dan Sigit melajukan motornya.
"Oooo, dasar cowok sialan!" umpat Muti di dalam mobil.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
As Tie Nariesman
👍👍👍👍
2023-08-22
0
Yayuk Bunda Idza
duh senengnya nemu novel lanjutan "tunangan bayaran"
2021-03-08
0
Ratu Tety Haryati
Cerita yg 👍👍👍👍
2021-03-05
0