Panggilan Sayang

"Ikut" kata Muti menghampiri Sigit yang akan naik ke motornya.

"Gak usah, di rumah saja sana. Kamu masih pakai rok, motor aku tinggi, mau kelihatan daleman kamu?" kata Sigit.

"Pakai mobil saja. Aku ambil kuncinya dulu" Muti kembali ke dalam dan segera meraih kuncinya yang masih tergeletak di meja ruang tamu.

"Kok balik lagi?" tanya Bagas. "Ambil kunci om, kalau pakai motor susah naik turunnya"

Dia kembali menghampiri Sigit dan memberikan kunci mobilnya kepada Sigit. "Aku yang nyetir?" tanya Sigit.

"Iya lah, masa aku?" jawab Muti sambil berjalan menuju mobilnya. Sigit ingin sekali mencekik leher gadis itu. Baru kali ini ada cewek main perintah dirinya. Sabar Git sabar. Kalau gak ingat mamah udah tak cekek kamu Mut.

Mereka sudah berada di dalam mobil. Sigit melajukan mobil menuju tempat penjual makanan. "Mau makan apa Mut?" tanyanya.

Muti berdecak. Dia mencubit lengan Sigit. "Bisa gak sih panggilnya yang bener, mas??"

"Aw aw aw, sakit Mut, tangan kamu pedes ya" Sigit kesakitan. "Lha nama kamu gak enak banget dipanggilnya, Muti, haish kepanjangan"

Muti diam. "Iya-iya maaf deh, seneng aja godain kamu. Terus panggilnya apa dong? Itu tuh panggilan sayang aku lho ke kamu" Dada Sigit berdebar saat mengatakan kejujuran itu.

Wajah Muti memerah. "Kamu kerjanya aoa sih mas?" tanya Muti tiba-tiba.

"Polisi"

"Polisi sekarang pinter gombal ya??" katanya mengalihkan rasa malunya.

"Ih, gombal dari mana. Beneran itu. Mana bisa aku gombalin perempuan. Tentara sama polisi itu sama tahu, menjunjung kehormatan wanita. Jadi gak ada tuh yang namanya gombal-gombalin cewek"

Muti menyepelekan alasan Sigit. "Kamu tahu alasan Ayah nyuruh kamu nikah sama aku gak sih mas?" Sigit mengangguk. "Eh, mau makan apa ini?" tanya Sigit lagi.

"Sate padang aja lah, kasih tahu alasannya dong mas" rengek Muti.

Sigit masih sibuk dengan setirnya tak menjawab pertanyaan Muti. "Mas" panggil Muti

"Iya, apa?" jawab Sigit lembut

"Apa alasannya?"

"Keselamatan kamu" jawab Sigit singkat. "Memang ada apa dengan keselamatan aku?" tanya Muti lagi.

"Keselamatanmu terancam Mut, kamu itu pacaran sama buronan" Sigit tak mungkin meneruskan ucapannya, bisa bocor informasi kasusnya ke orang lain.

Muti tak percaya. "Buron? Buron apa coba?"

"Ih, dibilangin gak percaya. Iya, aku gak tahu ya buron apa. Tapi yang dikatakan Om Indra ya begitu, Mut"

Muti mengambil foto di dashbornya dan memperlihatkan foto Humam. "Ini orangnya?"

Sigit melihat foto itu. Target kasus yang aku tangani! Jadi dia pacar Muti?? Sigit berpura-pura tak tahu.

"Mana aku tahu? Tanya sama Ayah kamu. Yang jelas papah diberi mandat untuk menikahkan kita. Ayah kamu ingin aku menjagamu"

Muti tampak berpikir. Lama sekali. Hingga mereka sampai di tempat sate padang. "Kamu mau ikut turun?" tanya Sigit karena dia melihat Muti terus melamun.

Muti mengangguk dan ikut turun. "Pak, 4 porsi ya. Daging semua" pesan Sigit kepada penjualnya.

"Iya mas, silahkan duduk dulu" Sigit duduk dan Muti duduk di sebelahnya.

"Kamu kerja dimana sih, Mut?" Muti berdecak lagi. Berkali-kali Sigit menyebut nama panggilannya hanya separuh.

"Samsat. Panggil yang bener dong, mas. Muti"

"Oooh, Samsat. Kan udah aku bilang, itu panggilan sayang aku ke kamu" ucapnya lebih santai.

"Oke, kalau kamu panggilnya cuma begitu, aku juga punya panggilan sayang ke kamu, Sisi" Gantian Sigit yang berdecak.

"Ih, jangan dong. Eh, kita kok udah punya panggilan sayang aja sih. Nerima perjodohan ini aja belum. Hahaha"

Lesung pipit itu membuat Muti terpesona lagi dan lagi. "Kamu bakalan kekeh nolak perjodohan ini?" tanya Sigit.

"Gimana ya? Mungkin gak sih cinta karena mandat itu bisa tumbuh? Secara gitu kan, itu cuma sebuah perintah" tanya Muti tanpa basa-basi.

Sigit diam dan berpikir. "Mana aku tahu, mungkin bisa. Karena cinta itu ada karena biasa, maksudnya cinta bisa tumbuh karena selalu bersama. Itu sih kata temen-temen aku"

"Klise banget! Kamu gak tertarik gitu sama aku?"

"Kebalik pertanyaannya, kamu gak tertarik gitu sama aku?" kata Sigit mengulang pertanyaan Muti.

"Kamu galak sih, males jadinya" jawab Muti asal. Padahal sudah berapa kali dirinya terpesona. Sigit tertawa.

"Berarti kalau gak galak, kamu tertarik sama aku?" tanya Sigit sambil tersenyum ke arah Muti. Membuat wajah Muti merah merona.

"Ih, kok malu sih? Bukannya kamu itu playgirl? Bisa ya malu begitu" kata Sigit lagi. Penjual sate padang itu memberikan pesanannya kepada Sigit. Membuat Sigit belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

"Berapa pak?" tanya Sigit. "80 ribu mas" Sigit mengeluarkan uang dan membayar pesanannya. "Kembaliannya untuk bapak saja"

"Oh terima kasih mas Sigit, lain kali mampir lagi ya" Muti heran, kenapa Sigit bisa terkenal. Saat akan kembali ke mobil, Muti melihat Humam sedang merangkul seorang gadis. Dilihat dari postur tubuhnya, kemungkinan masih belia.

Saat yang sama, Sigit melihat beberapa intel menyamar dan berpencar. Dan dia melihat Luna. Mereka saling memberi kode. Muti mengikuti Humam dan langsung mendorong tubuh pasangan itu hingga tersungkur.

Para intel menepok jidat mereka. Humam dan gadis belia itu bangun dan melihat siapa yang mendorong. "Siapa dia???" geram Muti kepada Humam.

Humam gelagapan. Seperti sedang disergap. "Aku tanya siapa dia??" Muti mengulangi pertanyaannya. Sigit hanya melihatnya dari kejauhan.

"Sa-sayang, kamu ngapain disini?" ucap Humam mencoba meredam emosi Muti.

"Aku tanya siapa dia?" tanya Muti untuk yabg ketiga kali.

"Aku pacarnya dia!" jawab gadis itu. Muti tertawa terbahak-bahak mendapat jawaban itu. "Oke! Kita putus!!"

Humam mengejar Muti "Sayang, dengarkan aku dulu" Muti sampai di depan Sigit. Humam menarik tangannya.

Humam tak mengenal Sigit "Kamu selingkuh??" Muti menautkan alisnya. "Kamu sedang melemparkan salah kepadaku?"

"Lalu ini siapa?" tanya Humam. Sigit masih diam menonton adegan pertengkaran itu. "Kamu juga selingkuh kan? Oke, kita putus! Aku gak mau sama cewek tukang selingkuh!"

Muti geleng kepala mendengar ucapan Humam. "Lemparkan saja kesalahanmu padaku. Aku juga tidak mau dengan cowok tukang selingkuh! Mas, ayo pulang"

Sigit masuk ke dalam mobil. Dan melajukan mobilnya, meninggalkan para intel itu. Muti menangis di dalam mobil. Membuat Sigit geleng kepala.

"Cowok seperti itu yang mau kamu ajuin jadi calon suami kamu? Udah jangan nangis ah, buang-buang air mata buat cowok kadal itu" ucap Sigit sambil memberikan tisu pada Muti.

Sigit memberanikan diri membelai rambut Muti agar dirinya lebih tenang. Tak lama mereka sampai rumah Muti.

"Jangan nangis lagi, nanti dikira aku yang bikin kamu nangis" pinta Sigit kepada Muti. Muti mengangguk dan mereka kembali ke dalam rumah.

.

.

.

Like

Vote

Komen

Tip

Terpopuler

Comments

yanti ryanti

yanti ryanti

makin seru

2021-02-19

0

lanjut 💪💪💪💪💪💪

2021-02-19

0

Naila Putri

Naila Putri

up lagi Thor

2021-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!