Rebirth Of A Genius Woman
Renzi View.
Hari ini, adalah hari yang paling melelahkan bagi Renzi. Gadis itu baru saja keluar dari ruangan rapat yang penuh dengan intrik licik para pemilik saham. Membuatnya muak, ingin menyingkir sejenak dari hiruk-pikuk dan tanggung jawab yang harus ia pikul.
Di usianya yang menginjak 25 tahun, ia tidak sering menyempatkan waktu untuk dirinya sendiri. Selalu saja mengurus perusahaan keluarganya yang merupakan tiga besar penggerak pasar perekonomian negara. Berkat semua kecerdasan dan kompetensi dirinya, perusahaan yang tadinya hampir tidak bisa bertahan itu kelamaan semakin berjaya di bawah kepemimpinannya. Hal ini membuat para sepupunya dan paman maupun bibinya menjadi cemburu. Tentu saja, kekayaan dari warisan yang diterima ayahnya dari kakeknya, cukup besar karena merupakan anak pertama dan yang paling kompeten di antara semua saudaranya.
Renzi, meskipun ingin menyingkir dari kengerian keluarganya, ia tidak bisa lari lagi sekarang.
Saat ini, ia tidak lagi punya mimpi ataupun kehidupan yang ingin ia pertahankan. Satu-satunya yang mendasari tindakannya saat ini adalah kalimat ibunya di masa lalu. Kalimat sakral yang membekas dan tertanam dalam benaknya meskipun ibunya sudah pergi dari hidupnya.
"Serusak apapun dunia, rumah adalah tempat terbaik untuk berlabuh. Seburuk apapun perilaku seseorang, hati adalah alasan paling benar yang mendasari sebuah perilaku. Dan, segalak apapun Papa bersikap padamu, dia tetap ayahmu yang merawat dan menyayangimu sejak dulu meskipun dengan cara yang berbeda."
Waktu itu ia baru saja dimarahi ayahnya karena bukannya belajar, ia malah bermain-main dengan anak kucing yang lewat di depan jendela kamarnya. Hal itu membuatnya dihukum untuk menyalin buku catatan literatur sampai tangannya keriting. Itu pun ia diawasi sangat ketat. Saat tangannya berhenti menulis karena pegal, sebuah tongkat rotan akan mendarat di jari-jari rampingnya. Membuatnya menahan sakit dan berakhir mengadu kepada ibunya sambil menangis tersedu.
Lalu kalimat-kalimat wejangan dan pemberian alasan seperti itulah yang ia terima. Dengan polos, Renzi hanya menerima itu sebagai satu-satunya alasan yang mendasari perbuatan ayahnya.
Di dalam mobil, Renzi menghela napas panjang karena mengingat kenangan berharga itu. Ia sungguh merindukan ibunya, merindukan adiknya, Ranz yang telah tiada, dan merindukan semua kedamaian keluarganya sebelum porak-poranda karena sebuah tragedi yang menyedihkan.
Ada kemarahan di matanya ketika mengingat bahwa Ranz terbunuh karena ayahnya sendiri. Di saat semua anak-anak mendapatkan kasih sayang yang seharusnya, Ranz harus menerima hal lain. Kenyataan bahwa ibunya meninggal pasca melahirkan Ranz, membuat ayahnya gelap mata. Cinta ayahnya pada ibunya sangat besar sampai pada tahap kegilaan tak berdasar.
Adiknya dibesarkan dengan tanpa kasih sayang. Dibenci oleh ayahnya karena Ranz dianggap pembunuh bagi istri pria itu. Sangat miris, mengingat hanya dirinya dan para pelayan yang punya hati nurani yang tetap memperlakukan Ranz dengan baik. Sampai saat usia Ranz menginjak angka 10 tahun, kejadian tragis itu terjadi.
Saat itu Renzi tidak ada di rumah. Menyisakan para pelayan dan ayahnya yang pulang dalam keadaan mabuk. Ayahnya dengan wajah penuh amarah karena masalah perusahaan dan juga rasa dendam, mencari adiknya yang saat itu sedang bermain di kolam renang. Ayahnya menyeret Ranz hingga membuat Ranz tenggelam kehabisan napas di kolam renang dan membuat Ranz meninggal di saat itu juga.
Itu membuat Renzi menjadi seperti sekarang. Ia menutup hatinya, menutup matanya, menutup telinganya, dan segala hal dari luar selain dirinya sendiri. Mengulang-ulang segala yang tersisa dalam benaknya. Mempertemukan dirinya pada ujung kegelapan dimana terdapat sisa cahaya di sana. Ibunya dan kata-kata yang membuatnya mempertahankan kewarasannya. Membuatnya bertahan meski memiliki ayah seorang narapidana dan keluarga besar behati busuk.
Ia bahkan mati rasa saat dikhianati pria yang selama ini mengejarnya. Membuatnya tidak lagi menaruh harapan pada dunia. Ia hanya menjalani tugasnya sampai nyawanya berhenti suatu hari nanti--yang entah mengapa Renzi mengharapkan hal itu segera terjadi.
***
Diza View.
Diza adalah seorang dokter spesialis kandungan yang bekerja di sebuah rumah sakit besar kota provinsi. Usianya baru 27 tahun, namun berkat kerja keras dan kecerdasannya, ia berhasil menjadi dokter spesialis di usia muda.
Ia cantik, hanya saja pembawaannya sangat dingin dan mengintimidasi. Ia keras kepala dan juga keras hati. Masa lalunya tidak begitu baik dan semua itu menjadi penyebab mengapa Diza hidup seperti hanya untuk bekerja.
Saat Diza berusia 24 tahun, ia harus menjalani operasi pengangkatan rahim akibat infeksi pada dinding rahim. Itu membuatnya depresi dan hampir bunuh diri karena dengan ini, selamanya ia tak akan pernah bisa mengandung. Jangankan mengandung, menikah saja itu hampir tidak mungkin baginya. Pria mana yang mau menerima keadaannya yang sangat tidak sempurna itu? Jangankan membangun keluarga, ia bahkan tidak berani lagi memimpikan sebuah pernikahan sejak hal itu menimpanya.
Untungnya ia memiliki keluarga yang baik. Ayah dan ibunya selalu menjadi penopang semangat Diza untuk tetap melanjutkan hidup. Memberi Diza alasan untuk terus berjuang menjalani hidup dan meraih impiannya.
Semua tidak sia-sia. Meskipun harus menjadi gila kerja karena ia turut membantu ayahnya di perusahaan keluarga, ia tidak mengeluh atau merutuki nasibnya lagi. Hal-hal itu pula yang mengalihkannya dari memikirkan tentang ketidaksempurnaan dirinya. Satu-satunya tujuannya kini hanyalah berguna dan dapat membantu orang tuanya.
Ia cukup bahagia meskipun kerap disindir tetangganya karena masih lajang di usia yang bisa dibilang sudah cukup matang, malah dapat dikatakan tua bila mengingat kultural masyarakat Indonesia. Ia tidak memperdulikannya. Mereka tidak pernah tahu kisah hidup dan penderitaanya, jadi suka bergosip dan membuat sindiran tidak masuk akal. Mungkin, jika mereka mengetahui alasan Diza masih sendiri sampai saat ini, mereka akan malu dan mengubur diri mereka sendiri. Bagi perempuan manapun, tidak mempunyai rahim adalah status yang sangat memprihatinkan bahkan bisa dianggap sebuah akhir hidup jika mereka yang mengalami tidak memiliki mental yang kuat.
Tapi untunglah Diza berhasil melewati fase terpuruknya dan membuatnya menjadi semakin kuat menjalani kehidupan di dunia yang kejam ini.
***
Segitu dulu...
Ada yang bisa nebak nggak, kalo sebenarnya ini bakal jadi cerita semi-komedi?
Oke-oke. Saya memang agak ngadi-ngadi. Maap, maap.
Eh, tapi saya serius.
Kita liat nanti sadja nanti ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Herri RBblade
pasti ada ayat sebelum menikah , kapan menikah? sesudah menikah , kapan punya anak? nah bagi yg belum punya anak semangat ya jngn dengar omongan org , Karna alloh akan menitipkan kepada hambanya bila dia bersabar menghadapi ujian , alloh tidak akan menguji hambanya melampaui batas kemampuan kita
2022-02-02
3
fillia
bagus banget ni ceritanya
2022-01-06
1
Lalisaaaaa
Klo sebutan kota pake incial aja bagus yg tanpa hrus menyebutnya jadi ngk pas
2021-12-17
1