Suami Galak Vs Istri Shalihah
Minggu pagi Adinda duduk di halaman depan rumahnya sambil melihat bunga mawar yang sangat menarik perhatiannya. Sesekali dia tersenyum mengingat kenangan bersama almarhumah ibunya. Tidak lama kemudian suara oma Warsih memecahkan lamunan gadis berparas manis ini.
"Dinda ... dinda ...." teriak oma Warsih yang sedang duduk di ruang tamu.
"Iya Oma ada apa?" Jawab Dinda sambil berlari kecil menuju panggilan tersebut kemudian duduk di samping oma Warsih.
"Apa kamu tidak bosan melamun terus? Mana Dinda yang hari-harinya selalu ceria?" Tanya oma sambil mengelus kepala Adinda dengan sayang.
"Tidak melamun Oma, Dinda hanya kangen sama ibu," jawab Dinda tersenyum walau hatinya bersedih.
"Tidak baik berlarut-larut dalam kesedihan Dinda. Dengerin Oma, om Faris sama tante Ajeng ingin kamu tinggal di Jakarta bersama mereka dan juga ingin menjadikan kamu sebagai anak perempuan mereka," Dinda terkejut mendengar ucapan oma yang mengenggam kedua tangan Dinda.
"Om Faris sama tante Ajeng yang waktu ibu meninggal mereka dateng, kan?" tanya Dinda penasaran.
"Iya sayang. Kamu harus ke Jakarta, Oma itu ingin kamu punya keluarga yang utuh lagi, Oma ingin kamu bahagia. Lagi pula tante Ajeng juga anak Oma. Kamu mau ya, Dinda?" Oma memohon pada Dinda sambil memeluk Dinda dan menanggis.
Bagaimana ini? Apa aku harus menuruti keinginan oma? Tapi aku masih ingin tinggal di sini. Kalau aku menolak pasti oma kecewa dan aku tidak mungkin selalu menyusahkan oma yang selalu memberikan kasih sayangnya kepadaku. Hemm ... Semoga ini keputusan yang baik untuk masa depanku. Bismillah
"Oma menangis?" Dinda melepaskan pelukan oma perlahan lalu mengusap air mata oma. "Kalau itu yang terbaik menurut Oma buat Dinda, akan Dinda lakukan. Tapi ... Dinda pasti kangen dengan suasana di pondok dan kangen dengan anak-anak di sana juga," ucap Dinda lirih yang awalnya tersenyum beralih ke wajah yang murung.
"Kamu nanti bisa main ke sini kalau kamu kangen mereka, oh ya hari senin kamu mulai berangkat ke Jakarta," jelas oma meyakinkan Dinda.
"Secepat itu, Oma?" panik Dinda.
"Lebih cepat lebih baik, sayang," Oma tersenyum dan mencubit hidung Dinda.
"Emm ... Baiklah Oma," Dinda mengacungkan jempolnya dengan senyum manisnya walau hatinya berbanding terbalik dengan perkataannya.
Adinda seorang gadis 23 tahun yang berparas cantik dan shalihah yang banyak dikagumi oleh banyak orang terutama kaum adam. Keseharian Adinda yaitu berada di pondok untuk mengajar pendidikan agama, mengaji dan banyak juga anak-anak didiknya yang menyukai Dinda karena ketulusan dan kelembutannya saat mengajar.
Adinda anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya yaitu oma Warsih. Ibunya meninggal dunia sebulan yang lalu karena sakit jantung. Oma begitu sayang pada Dinda dan ingin cucunya itu memiliki keluarga yang utuh kembali. Kemudian oma berinisiatif untuk menjodohkan Dinda dengan cucu laki-lakinya dari anak oma Warsih yang pertama.
*****
Senin pagi di ruang makan, papa Faris dan mama Ajeng sudah bersiap untuk sarapan dan tidak lama kemudian datanglah Bima dengan pakaian kantornya.
"Selamat pagi, para orang tua," sapa Bima pada mama Ajeng dan papa Faris lalu menarik kursi kemudian duduk.
"Hei anak ini benar-benar, tidak ada panggilan lain apa?" protes papa Faris.
"Kalian memang sudah tua jadi akui saja, hehehe," ejek Bima sambil memakan nasi goreng yang ada di depannya.
"Sudah-sudah, sarapan dulu, berantemnya nanti setelah ini," canda mama Ajeng.
Bima Wiryawan adalah pria yang tampan, bertubuh tinggi dan baik tetapi orangnya sangat galak. Pria yang umurnya 26 tahun ini hanya sibuk dengan pekerjaannya, jangankan pacaran, ngomongin urusan wanita saja dia sangat tidak peduli.
Apalagi sekarang Bima sudah menduduki jabatan CEO di perusahaannya. Jadi tidak ada waktu untuk kencan dan wanita. Bima sewaktu di sekolah memang sifatnya yang terkenal dingin dan galak sehingga banyak wanita yang takut kalau di dekatnya. Dan Bima paling tidak suka dengan wanita genit dan manja. Padahal banyak kaum hawa yang mengagumi ketampanannya.
"Bima nanti kamu pulang kantor jam berapa?" tanya mama Ajeng.
"Biasa, Ma paling jam 5 kalau tidak ada acara di luar, memangnya kenapa?" Jawab Bima kemudian bertanya balik yang masih mengunyah nasi goreng di mulutnya.
"Emm ... begini, Mama nanti siang mau ke bandara jemput Dinda mau datang ke sini. Itu loh anak almarhumah tante Maya adik Mama, dulu kamu pernah ketemu dengan tante Maya di Surabaya saat umur kamu 8 tahun, ingat tidak?" penjelasan mama ke Bima dengan tangan yang sedang memegang sendok dan garpu di sisi kanan dan kiri.
Mama Ajeng adalah kakak perempuan almarhumah ibunya Dinda jadi tepatnya si Bima adalah kakak sepupuhnya Adinda. Dulu Bima pernah ke Surabaya saat umur 8 tahun. Sebenarnya mereka itu sering ke Surabaya tapi karena almarhumah tante Maya dan Dinda tidak menetap di Surabaya dan tinggal di Malang jadi Bima hanya sekali bertemu dengan Dinda itu pun saat Dinda berumur 5 tahun.
Sedangkan ayah Dinda meninggal saat Dinda berumur 16 tahun karena sakit mag kronis. Kemudian Dinda tinggal bersama oma Warsih setelah tamat SMA dan kuliah di Universitas Islam di Surabaya itu pun Dinda ngekos bersama temannya karena jarak kampus dan rumah oma terlalu jauh makanya Dinda tidak pernah bertemu keluarga Bima setelah dewasa, hanya saat libur kuliah baru Dinda pulang ke rumah oma dan lagi-lagi tidak berkesempatan bertemu dengan keluarga Bima.
"Ohhh tante Maya sih inget tapi kalau Dinda tidak ingat tuh," jawab Bima sambil mengingat-ingat semasa kecilnya di Surabaya. "Memangnya kenapa?" tanya Bima balik.
"Adinda akan tinggal di sini dan mau kami jadikan anak perempuan Papa sama Mama," kali ini jawab papa Faris sambil tersenyum melirik istrinya.
"Apa ...? Maksudnya gimana? Anak perempuan?" Bima kaget dan penasaran dengan ucapan kedua orang tuanya.
"Ya sudah nanti saja dibahasnya. Buruan gih kamu ke kantor. Urusan Dinda nanti juga kamu bakalan tahu kok," ucap mama Ajeng sambil mengulum senyuman.
Bima begitu penasaran dan berpikir sejenak, seperti ada kejanggalan dari ucapan papa dan mamanya tersebut. Tetapi Bima tidak peduli dengan apa yang diucapkan orang tuanya, ditepisnya pikiran yang buruk oleh Bima. Akhirnya Bima pun menyudahi sarapannya dan beranjak dari kursi duduknya.
"Ok, Bima berangkat," Bima berdiri dan hendak melangkahkan kakinya tetapi berhenti sejenak sambil melihat ke arah papa dan mamanya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Mama sama Papa itu aneh. Bima benar-benar tidak mengerti ucapan kalian tadi," Bima yang tidak peduli pun melangkah pergi menuju mobilnya ke kantor.
Mama Ajeng dan papa Faris tersenyum melihat tingkah anaknya yang memang tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kedua pasangan suami istri itu.
Bima tidak menyadari akan ada sesuatu masalah yang besar bagi dirinya. Bima begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia lupa dengan dirinya sendiri dan kehidupan pribadinya. Kehidupan yang dijalani Bima saat ini hanya untuk pekerjaan dan kebahagiaan bersama orang tuanya, teman-temannya dan sahabatnya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Lucky Lucifer
jgn sibuk kerja trus Bima. ingat loe itu ada masa depan ntar dikira gay lagi😂
2023-04-14
0
Alpian ST
nyimak dulu bakal seru nih
2022-11-09
0
Melati🌼
wowwww😍😍😍
2021-10-19
0