Pukul 14.00 Dinda sampai di Jakarta dengan selamat hingga tidak terasa mobil yang membawa tante Ajeng dan Dinda telah berada di kediaman keluarga papa Faris pukul 16.00 karena sebelumnya mereka mampir ke restoran untuk makan siang. Mereka pun keluar dari mobil yang dibantu oleh pak Joko sang supir pribadi menuju pintu masuk yang disambut oleh bik Minah pembantu di keluarga itu.
"Nah Dinda ini rumah Tante, karena kamu sudah ada di sini anggap saja ini rumah kamu juga ya, sayang," ucap tante Ajeng ramah dengan senyuman.
"Dan ini Bik Minah yang bantu-bantu di rumah ini, nanti kalau kamu perlu apa-apa panggil saja Bik Minah," Tante Ajeng memperkenalkan bik Minah yang berada di sampingnya.
"Selamat datang Non Dinda, mari Bibik bantu angkat kopernya," ucap bik Minah yang hendak mengangkat koper Dinda.
"Nggak usah Bik biar Dinda aja," tolak Dinda halus.
"Ayo kita masuk, sayang," Ajak tante Ajeng dan melangkah masuk ke rumah besarnya sambil merangkul Dinda menuju kamar yang akan ditempati Dinda.
Wah ... besar sekali rumah ini, baru tahu kalau rumah tante Ajeng segini mewahnya
Dinda begitu semangat melangkahkan kakinya untuk pertama kali berada di rumah semewah ini. Dinda begitu kagum pada rumah yang akan ditinggalinya mulai saat ini dengan keluarga Wiryawan. Dan hingga langkahnya terhenti di lantai atas yang berada tepat di depan kamar dengan pintu yang berwarna putih kemudian mereka memasuki kamar tersebut.
"Dinda ini kamar kamu, maaf ya kalau kamarnya seperti ini. Pokoknya atur saja ruangan ini sesuai keinginan kamu, sayang," ucap tante Ajeng mengelus rambut Dinda.
Dinda melihat semua isi yang ada di dalam kamar itu dengan takjub. Karena apa yang ada di depan matanya saat ini adalah sesuatu yang belum pernah dinda rasakan saat bersama kedua orang tuanya dulu.
"Ini sih bagus Tante, Dinda seneng, kok," jawab Dinda tersenyum.
" Ya udah kamu mandi gih, sholat ashar terus istirahat biar Bik Minah yang rapihin baju-baju kamu, nanti malam kita makan bareng om Faris sama Bima. Oh ya, di sini ada anak Tante namanya Bima. Dia sama om Faris belum pulang masih di kantor kalau jam segini."
Senyuman pun terukir diwajah mereka berdua seperti sepasang ibu dan anak yang saling menyanyangi.
"Kalau begitu Tante tinggal dulu ya, selamat istirahat dan semoga kamu betah di sini, sayang," Tante Ajeng yang hendak melangkahkan kakinya untuk menuruni tangga.
"Iya Tante, terima kasih untuk semuanya," Tiba-tiba Dinda memeluk tante Ajeng dan merasa bersyukur karena begitu sangat menyayanginya.
"Sama-sama Dinda. Sudah seharusnya Tante melalukan ini sama kamu. Kamu keponakan Tante jadi kamu anak Tante juga," Tersenyum sambil mengelus kepala Dinda.
Akhirnya Dinda melakukan ritual mandinya kemudian melaksanakan sholat, dilanjutkan dengan istirahat di kamar barunya dengan kasur yang super empuk bergulingan ke kanan dan ke kiri seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
Tiba saatnya kedua orang pria dewasa berdatangan di kediaman Wiryawan. Ya ... siapa lagi kalau bukan sepasang ayah dan anak yaitu Faris Wiryawan dan Bima Wiryawan. Mereka pulang bersama tetapi tidak dengan satu mobil. Karena papa Faris disopiri oleh pak Joko sedangkan Bima lebih suka menyetir sendiri.
"Mama ...!" Teriak papa Faris saat memasuki rumah.
"Ihhh ... Papa apaan sih teriak-teriak, seperti di hutan saja," Mendekati papa Faris yang sudah masuk di ruang tamu.
"Mana Dinda? Sudah datang kan anak itu?" Bisik papa Faris ke telinga istrinya dengan kedipan mata nakal.
"Ada di kamar atas, lagi istirahat Dinda," Bisik balik mama Ajeng sambil mencubit perut suaminya.
"Hayo ... Mama mulai genit, ya?" ucap papa Faris menggoda istrinya.
Tanpa disadari sepasang suami istri itu ada seseorang di belakang mereka yang diam-diam diperhatikan oleh anaknya, Bima.
"Ehmm ... kalau mesra-mesraan jangan di sini, tidak lihat apa dari tadi Bima di sini," kesal Bima memecahkan kemesraan suami istri itu.
"Makanya nikah dong biar bisa seperti Papa sama Mama ya nggak, Ma? Haha!" Ledek papa Faris ke Bima sambil tertawa.
Bima yang sedikit tersinggung akhirnya langsung meninggalkan orang tuanya dan pergi ke kamarnya dengan kesal akibat ucapan papa Faris yang meledeknya.
*****
Anggota keluarga Wiryawan sudah berkumpul di ruang makan kecuali Dinda yang belum muncul di sana. Kemudian mama Ajeng pun berjalan menemui Dinda di kamarnya untuk makan malam.
Tok...tok...tok...
Tidak ada sahutan dari Dinda lalu mama Ajeng pun membuka pintu yang ternyata tidak dikunci lalu menuju kasur dan duduk di tepi ranjang. Dinda pun baru menyadarinya sehingga dia pun menyelesaikan tadarus Alquran yang dia baca.
Dinda benar-benar anak yang shalihah, baik, ramah dan sopan. Beruntungnya Maya mempunyai anak seperti Adinda
"Maaf ya, Tante ganggu kamu. Tante nggak tahu kamu sedang baca Alquran," ucap tante Ajeng sedikit menyesal.
"Nggak apa-apa kok Tante," Senyum Dinda sambil melipat mukenah yang dia pakai.
"Oh ya Dinda, om sama Bima udah nunggu kamu di bawah, kita makan malam dulu sekalian Tante kenalin kamu sama Bima," Mama Ajeng menggandeng tangan Dinda menuntunnya menuju ruang makan.
Papa Faris dan Bima yang sibuk dengan ponselnya masing-masing dikejutkan oleh suara mama Ajeng dan kemudian kedua pria dewasa itu pun menghentikan aktifitasnya.
"Papa ... Bima ... ini Dinda," Mama Ajeng memecahkan kesibukan suami dan anaknya.
"Hei Dinda apa kabar? Bagaimana dengan suasana di sini? Semoga kamu betah, ya?" tanya papa Faris tersenyum.
"Baik Om, suasana di sini nyaman kok," Jawab Dinda sedikit canggung karena kenyataannya dia baru pertama kali datang di kediaman Wiryawan.
"Oh ya Dinda itu Bima, dulu kamu pernah bertemu dengan Bima saat umur kamu 5 tahun. Ya ... mungkin kamu sudah lupa," Tante Ajeng menunjuk kearah Bima yang sedang melihat Dinda.
"Bima, ini Dinda anaknya almarhumah tante Maya," ucap mama Ajeng dan Bima hanya menganggukan kepalanya.
Bima tidak peduli dengan adanya Dinda, dia hanya memasang muka yang sulit diartikan oleh Dinda.
Kenapa sih muka laki-laki ini, dingin banget nggak ada senyum-senyumnya sedikit. Apa dia tidak suka sama kehadiranku di sini? Hemm ... ya sudahlah
"Duduk Dinda, ayo kita makan," Dinda yang masih berdiri dengan suara hatinya kaget saat mendengar ajakan tante Ajeng.
"Oh ya Tante," Jawab dinda kemudian menarik kursi dan duduk di sebelah tante Ajeng.
Suasana makan malam hening yang ada hanya suara sendok dan piring. Dinda masih canggung kemudian gerak-geriknya yang sesekali dilihat oleh Bima tanpa sepengetahuan mereka yang ada di meja makan.
Selesai makan malam mereka berempat berkumpul di ruang keluarga karena ajakan papa Faris dan mama Ajeng.
"Bima, ada yang mau Mama omongin sama kamu," Ekspresi mama Ajeng sedikit bingung.
"Apa?" Jawab Bima dingin.
"Emm ... begini, Mama sama Papa ada niat untuk menikahkan kamu sama Dinda," ucap mama Ajeng sedikit gugup dan perlahan.
"APAAA ...?"
Teriak Bima dan Dinda bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Lucky Lucifer
nah loe. aku sih stuju
2023-04-14
0
Cin🍁
mata ny melotot gk ya😂
2022-02-22
0
Melati🌼
asik kali nikah ma spupu apalg yg awlny gk prnh ktemu kyk dinda ama bima
2021-10-19
0