Misteri Cinta
Hari itu, ibuku yang hampir tidak pernah nyambang aku, tiba-tiba datang ke pondok untuk menengok ku dengan dua budeku. Aku berpikir mungkin karena ini haul jadi ibuku datang ke pondok sekalian membesuk ku.
Begitu sampai dikamar ibu langsung memintaku untuk mengantarkannya ke kamar mandi. Dan sesampainya di depan kamar mandi ibu mengajakku masuk ke dalamnya. Aku hanya menurut saja waktu itu. Tapi beberapa saat di dalam kamar mandi ibuku hanya diam dan tampak kebingungan, seperti ingin mengurungkan niatnya kemudian beliau mengajakku keluar dari kamar mandi.
Di depan kamar mandi ibu menggenggam lenganku, kemudian membawaku masuk kedalam kamar mandi lagi. Aku bingung dengan sikap ibuku . Tumben banget ibuku nggak jelas kayak begini.
Di dalam kamar mandi yang sempit itu lagi-lagi ibuku bimbang. Bibirnya ingin mengucapkan sesuatu tapi seperti bingung bagaimana cara mengucapkannya. Dan seperti sebelumnya, beliau mengurungkan maksud hatinya dan mengajakku keluar dari kamar mandi, lagi.
"Wonten nopo buk?" (ada apa bu) tanyaku.
Ibuku tak menjawab tapi malah menggandeng lenganku lagi dan membawaku masuk ke dalam kamar mandi lagi. Kali ini beliau seperti memantapkan hatinya kemudian menarik nafas yang panjang..... kemudian ibu berkata,
"Pean dijalok cak Im" (kamu dilamar cak im)
Hanya itu yang dikatakannya. Kemudian beliau langsung keluar dari kamar mandi. Meninggalkan aku sendirian di dalam sana yang sedang berdiri mematung karena terkejut mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh ibuku.
"Hah. Cak Im,... kok cak Im..?."
Aku bergumam sendiri dikamar mandi. Pikiranku langsung mengingat sosok yang baru saja kusebut namanya. Dia adalah sepupuku atau dalam bahasa jawa di sebut misanan. Orang nya pendiam dan alim, menurutku.
Beberapa saat kemudian aku tersadar dan segera keluar dari kamar mandi. Aku mencoba menata hati agar tidak terlihat kebingungan karena beberapa minggu sebelumnya sepupuku yang lain, mbak Naima yang satu pondok denganku setelah pulang dari rumah dia bercerita padaku kalau cak Im lamaran dengan orang Mojosari. Kok sekarang jadi melamarku... ini maksudnya gimana? Ah... entahlah akan aku pikirkan nanti setelah haul berakhir.
Aku pun menuju kekamar untuk berbincang-bincang dengan ibu dan bude-budeku sampai mereka meminta untuk sowan pada bu nyai dan berpamitan pulang. Aku mengganti tas yang dibawa oleh ibu dan bude-budeku ke dalam ruang tengah keluarga abah yai. Mengambil gula ,minyak dan mi dari tas-tas itu kemudian menukarnya dengan oleh-oleh yang sudah disiapkan. 1 bungkus nasi, 1 bungkus lauk dan 1 bungkus kue ke dalam masing-masing tas.
Hari ini adalah haul jamul jawami. Acara pembacaan doa dan tahlil secara besar-besaran yang diadakan pondok setiap tahun. Para tamu, mulai dari walisantri, para tetangga, dan alumni-alumni biasanya datang dan sowan pada yai. Para santripun hilir mudik mengerjakan tugasnya masing-masing. Ada yang bagian menerima tamu, ada yang BKR(bagian kora-kora), ada yang bagian memasak untuk para tamu dan ada yang bagian memasak untuk basar pondok. Semua orang sibuk bekerja sesuai tugasnya masing-masing.
Suasana hiruk pikuk pun terjadi di dalam dan luar pondok. Di ruas jalan para pedagang sudah memadati sepanjang jalan yang menuju ke pondok. Tapi mereka mulai berjualan pada waktu menjelang maghrib sampai malam. Ada yang menjual makanan, jilbab, mainan anak-anak, accecoris dll.
Tentu saja kendaraan tidak akan bisa lewat jalan ini pada malam hari karena orang-orang memadatinya. Baik untuk menuju masjid, bagi yang ingin mengikuti acara haul atau orang-orang yang ingin berbelanja maupun anak-anak pondok yang sekedar jalan-jalan untuk menikmati keramaian mumpung ada kesempatan diperbolehkan keluar pada malam hari.
Haul jam'ul jawami' ini pertama kali dulu diadakan oleh mbah yai Ismail Ibrahim. Dulu acaranya 7 hari 7 malam. Dan waktu itu setiap haul mbah yai akan mengadakan nikah masal. Menikahkan santri-santrinya, tapi sekarang tidak lagi.
Dan sekarang acaranya hanya berlangsung tiga hari tiga malam. Pagi hari acaranya adalah sema'an Al qur'an bil ghoib di masjid. malamnya ba'da isya' hari pertama solawatan banjari sejawa timur, hari kedua dzikir saman dan hari ketiga adalah pengajian. Selama itu kami akan sibuk dari pagi hingga malam. Sekolah pun diliburkan dan Suasana pondok sangat ramai layaknya orang yang punya hajatan besar.
Karena aku anak ndalem, tugasku adalah memasak untuk para tamu yang tak ada habis-habisnya yang datang dari pagi hingga malam. Kesibukan yang luar biasa ini membuatku lupa dengan lamaran yang kuterima.
Ketika haul telah usai ia pergi meninggalkan penat dan kebahagiaan yang luar biasa bagi kami.
Pagi harinya seusai solat subuh suasana pondok sangat sepi. Hampir seluruh penghuni pondok tertidur kecuali anak ndalem yang harus beraktifitas untuk memasak karena siang nanti aktifitas pondok akan berjalan seperti biasanya.
Tiga hari setelah haul itu ibuku datang ke pondok lagi. Menanyakan padaku bagaimana keputusanku.
Aku meninggalkan dapur saat ibuku datang ke pondok. Dan menemuinya di kamar anak-anak ndalem.
"yok opo pean?" (bagaimana jawabanmu?)
Akupun menjawab dengan mantap, "tangletaken aba Yahya, nek aba Ya nggeh kulo ngeh" (Tolong tanyakan ke aba Yahya saja) Jawabku mantap.
Aku memasrahkan urusanku pada Aba Yahya karena aku tahu aku orang yang bodoh dan imanku masih teramat dangkal jadi jika aku minta petunjuk langsung dari Alloh rasanya akan sulit untuk mendapatkan jawaban secar langsung. Dosa yang menggunung akan menjadi penghalang doa-doaku. Jadi aku memasrahkan urusanku ini pada orang-orang yang dekat dengan Alloh.
Aba yahya adalah pamanku, beliau adalah adik dari ayahku. Dulu kami para keponakannya memanggilnya Man Ya tapi setelah pamanku ini pulang berhaji orang-orang memanggilnya Aba Ya maka kami para keponakannya pun ikut memanggilnya Aba Ya.
Aba Yahya adalah orang yang dihormati dan disegani di kampungku. Orang-orang sering bercerita tentang keistimewaan aba Yahya. Akupun beberapa kali merasakan dan melihat kejanggalan yang istimewa padanya.
Sejak kecil pamanku ini memang berbeda dengan saudara-saudaranya, pakde-pakde dan budeku. Orang-orang di sekitar kami sering meminta didoakan aba Yahya ketika keluarga mereka sakit atau sedang terkena musibah.
Bahkan saat beliau masih kecil. Pernah suatu saat ketika Man Ya yang masih anak-anak sedang berlari-larian bersama dengan kawan-kawannya menikmati hujan di tengah kampung, salah satu ibu yang anaknya sedang sakit memanggil aba Yahya dan memintanya untuk mendoakan dan 'nyuwuk' anaknya agar lekas sembuh.
Beberapa saat kemudian beliau keluar dari rumah ibu tadi dan berlarian sambil mengibarkan uang yang didapatnya tadi.
Kemudian teman-temannya bertanya bagaimana caranya nyuwuk, aba Yahya kecil hanya bilang ,"yo tak wacakno bismillahirrohmanirrohim... terus tak sebulno arek e fuh.. fuh...fuh....."(tak bacakan bismillah terus tak tiup ke anaknya fuh..fuh..fuh)
Semudah itu ya?
Begitupun ketika beliau mondok. Di kamarnya banyak sekali gula, minyak dll dari orang-orang kampung yang minta disuwuk. Sampai Mbah Yai nya berkata," ojok dibukak disek ilmune". sejak itu beliau menutup diri dan tidak mau menerima tamu yang datang.
**********((((((((((******)))))*************
setelah menanyakan hal itu ibu pun berpamitan untuk pulang sedangkan aku, hatiku tak karuan detaknya. Penasaran bagaimana jawaban pamanku nanti. Setujukah atau malah menentangnya jika kedua keponakannya akan melangsungkan pernikahan . Aaahhh...entahlah. Aku ingin sekali bercerita tapi pada siapa?
Aku bingung sendiri memikirkan kehidupanku ini. Apakah jodohku ternyata cak Im, orang super pendiam itu?
Aku kembali melakukan aktifitasku. Membantu memasak untuk anak-anak pondok. Baik santri putra maupun putri semuanya makannya kos, jadi anak ndalem yang harus menyiapkan makanannya.
Aku sebagai anak ndalem, tugasku yang utama adalah mencuci pakaian keluarga ndalem(kyai). Setelah aku selesai mencuci dan menjemur baju baru aku akan membantu di dapur mengiris sayur dan lain-lain.
Kami memasak nasi dalam dandang super besar beberapa kali karena jumlah seluruh santri sekitar 200 anak. Dan makannya 2 kali sehari, siang pas dhuhur dan sebelum maghrib. Jika menunya adalah sayur bening biasanya lauknya adalah dadar dan tahu atau tempe. Jika menunya sambal pasti dengan lauk tahu dan tempe. Jangan bayangkan sayurnya seperti masakan rumahan, dengan sayur bayam atau kangkung, wortel dan lainnya. Bukan seperti itu untuk anak-anak yang mengambil makanan belakangan. Mereka hanya akan mendapati air yang terasa asin dengan warna yang mirip kaldu agak kehijau-hijauan.
Dan tahu nggak minuman kami bagaimana? Kami minum air putih yang diambil dari kran di kamar mandi. Caranya dengan membawa botol aqua besar dan mengisinya dengan air kran . Semua santri minumnya demikian,kecuali satu orang.
Namanya Maria ulfah, tapi kami biasanya memanggilnya mbak Mer. Ia juga anak ndalem tapi tugasnya adalah menjaga kantin dan mengurusi pembukuan pondok putri. dia adalah kakak kelasku tapi setelah lulus Madrasah Aliyah(setara SMA) ia tetep di pondok menjadi anak ndalem dan malamnya ia mengajar diniyah.
Wajahnya cantik dan perangainya ceria. Ia punya otoritas penuh dari bu nyai untuk mengoperasikan kantin. Makanan atau barang apa saja yang dijual. Kapan waktunya kulakan, jam berapa harus membuka dan menutup kantin. Dia juga punya wewenang membagikan makanan-makanan titipan para tetangga yang tidak habis dan jika dibiarkan sampai besok pagi akan basi ( beberapa anak biasanya sangat senang saat mbak mer berteriak," purakan....purakan" dan dengan mereka dengan segera mendatangi kantin untuk murak jajanan.
Mbak mer juga yang berhubungan dengan para tetangga atau pedagang yang menitipkan makanan atau barang dagangan lainnya ke kantin dan membayarnya keesokan harinya. Ia satu-satunya pemegang kunci kantin dan yang paling berkuasa untuk mengelolanya.
Aku sering menggantikan mbak Mer menjaga kantin karena ia sering sekali pipis. Saat ke kantin dia selalu membawa gelas besar berisi air putih yang matang dari dapur. Sehari dia bisa minum kira-kira dua liter lebih. Cukup banyak menurutku, karena itu ia sering sekali ke kamar mandi.
Kami cukup dekat meski belum dibilang bersahabat. Pernah suatu kali ia memberiku baju hem bercorak hitam putih. kemudian tak berapa lama ia mengatakan padaku, "An pean gelem ta dadi mbak ku, tak kenalno ambek masku?" ( An kamu mau nggak jadi mbak ku, tak kenalkan sama mas ku )
Aku cukup kaget waktu itu tapi kemudian aku menanggapinya dengan bercanda karena aku berpikir mbak Mer juga pasti sedang bercanda dan main-main.
"Haaaaa.... mas seng pundi mbak Mer?" (mas yang mana mbak Mer)
" iki loh An fotone" ia berkata demikian sambil memberikan foto kakaknya . "namanya mas @@@@ baju yang tak kasihkan ke pean itu bajunya mas @@@ lo An...."
"ha.... mbak Mer....!!!" Aku berteriak kaget dan merasa aneh karena telah memakai pakaian milik lelaki yang belum ku kenal.
Diihh mbak Mer bisa-bisanya ya. Mana aku suka sekali bajunya dan sering memakainya. Kainnya adem banget dan bajunya longgar . Ya iyalah, kan bekasnya mas e mbak Mer yang pastinya badannya juga lebih besar dan tinggi. Kalau begini kan aku jadi ill fil.
Salah satu ceritaku yang lain yang juga berkesan dengan mbak Mer adalah saat aku menemaninya menjaga kantin. Posisi kami adalah melihat ke arah pondok putra karena letak bangunan kantin berada di pondok putri yang menghadap ke jalan setapak dan depannya adalah pondok putra. Sedangkan lantai dua adalah kelas untuk sekolah formal. sebagai penjaga kantin posisi mbak Mer adalah di pojokan yang bisa mengakses seluruh ruangan dan bisa langsung melihat ke arah luar maupun jalan raya di depan masjid.
"An, cak bebeh itu nanti kalau tak panggil pasti dia akan menoleh" katanya dengan percaya diri dengan menunjuk menggunakan dagunya pada orang yang juga kukenal.
"Embel la mbak Mer" kataku tak percaya.
"cak bebeh lihat kesini" ia mengatakannya dengan pelan karena saat itu sedang berlangsung sekolah formal jadi suasana di pondok cukup hening.
Tak disangka , cak bebeh menoleh ke arah kami seperti mendengar panggilan mbak Mer.
Sontak kamipun sedikit berteriak sambil menutup mulut kami seperti anak kecil yang memenangkan hadiah ,"aaaah....."
"kok bisa seh mbak Mer?" Tanya ku bingung, speechless aku.
"Sssssttt..... iki rahasia" katanya.
Karena penasaran apakah itu suatu kebetulan atau tidak aku menantang mbak Mer untuk melakukannya lagi dan lagi.
Dari cacak-cacak(abang/mas), ustadz sampai gus pun kena. Mereka yang semula melihat ke arah jalan raya kemudian akan menoleh ke arah mbak Mer saat ia memanggilnya dengan berbisik pelan sekali.
Itu benar-benar tak bisa ku nalar tapi aku benar-benar melihatnya dengan kepala mataku sendiri.
Apa kabar pean sekarang mbak Mer?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
bung@ter@t@i
aku mampir kak green 😁....eh sama kita lgi mondok minum ny Aer kran ,tpi Barkah y gak pernah sakit perut wkwkwkwk
2023-02-02
1
bung@ter@t@i
aku mampir kak green 😁....eh sama kita lgi mondok minum ny Aer kran ,tpi Barkah y gak pernah sakit perut wkwkwkwk
2023-02-02
0