Aktifitasku

Jam 06.10 aku mandi kemudian berangkat sekolah pukul 06. 25 kadang juga setengah tujuh baru berangkat padahal pintu gerbang ditutup pukul 06.40. Dan jarak dari rumahku ke sekolahan kira-kira 6 km. Bisa dibayangkan....? Untungnya lalu lintas saat itu tidak seramai sekarang. Pengguna sepeda ontel masih terlihat dimana-mana.

Kembali saat aku pulang sekolah dan sudah sampai diparkiran untuk mengambil sepeda. Aku bertemu dengan temanku yang juga tetanggaku. Kami keluar dari area parkiran bersama. Suasana parkiran kami yang berada di sekitar lokasi masjid tampak ramai karena seluruh siswa kelas 2 semuanya buru-buru untuk pulang sekolah yang hampir kesemuanya memakai sepeda ontel. Hanya ada beberapa anak saja yang memakai sepeda motor , bisa dihitung dengan jari.

Aku dan temanku Faida kemudian mengayuh sepeda bersama-sama untuk menuju rumah. Di sepanjang jalan terlihat anak-anak yang memakai seragam seperti kami. Sebagian dari mereka berjalan kaki karena memang rumahnya tidak jauh dari sekolahan dan sebgian yang lain berjalan untuk menuju pemberhentian angkot. Kami melewati mereka begitu saja karena sebagian besar dari mereka tidak kami kenal .

Tiba-tiba ada yang melambaikan tangan di depanku, memintaku untuk berhenti. Dia langsung meloncat duduk di boncengan sepedaku tanpa menunggu persetujuanku. Aku kaget tapi masih bisa menguasai kendali sepedaku.

Setelah mencoba mengingat-ingat sepertinya dia yang beberapa hari ini menungguku di tangga. Dia duduk di boncengan sepedaku dengan tenang dan diam saja. Aku pun malas untuk bertanya.

Faida yang melihat hal itu kemudian berdehem dan menggodaku. Aku acuh saja, nggak ngeh sama sekali. Faida kemudian mencoba untuk berkenalan dengannya. Oh... ternyata namanya Emon...(kusamarkan ya). Dia anak kelas 2E.

Tak ada percakapan sama sekali antara aku dan dia. Sampai diperempatan jalan, dia melompat turun dari sepedaku. Faida bilang ke Emon, " gak matur suwun nang Aini ta? "

"Suwun An" Emon sedikit berteriak. Dan aku hanya mengacuhkannya. Biasa saja, nggak keberatan tapi aku juga tidak bahagia. Bener-bener biasa saja.

Aku dan Faida kemudian mengayuh sepeda kembali dengan cepat dan kami tiba di rumah tepat sewaktu adzan maghrib dikumandangkan. Alhamdulillah....

.

.

.

Pagi itu aku memulai aktifitas pagiku seperti biasa. Solat, mengaji, kemudian mencuci baju. Aku tidak pernah membantu memasak karena ketika aku bangun subuh, masakan sudah siap semua. Nenek dan kakekku biasanya bangun jam 2 atau jam 3 pagi. Mereka kemudian memasak sambil menyapu dan mengepel seluruh rumah. Jadi ketika kami, cucu-cucunya sudah bangun, rumah sudah dalam keadaan super bersih, rapi dan hangat karena dapur sudah berasap dan mengepul sejak pagi-pagi buta sekali.

Meski rumah nenekku amat sangat sederhana tapi semuanya tertata rapi dan bersih. Btw ketika kelas 2 SMP aku masih tinggal di rumah kakek nenekku. Ada aku, dua adikku, kakek, nenek dan ibunya kakekku (kami memanggilnya mbok karena kakekku berasal dari daerah Kediri).

Setelah naik ke kelas 3 baru aku tinggal dengan ibuku yang sudah mempunyai rumah baru dan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek dan kakekku. Sedangkan rumah kecil disebelah rumah kakekku yang dulu ditempati ibuku kemudian disewa oleh pedagang bakso yang berasal dari Malang.

Setelah selesai mencuci seperti biasanya aku bermalas-malasan sambil rebahan di kamar, masih ingatkan kelas dua aku masuknya siang. Membaca buku pelajaran, buku cerita dan mengerjakan soal-soal sampai aku tertidur . Benar-benar anak rumahan yang tidak suka keluar rumah apalagi kelayapan.

Kurang lebih seperti itulah kebiasaanku sehari-hari ketika kelas 2 SMP. Aku Jarang sekali keluar rumah dan pada masa itu aku merasa seperti malas bergaul dengan teman-teman SD ku yang notabene rumah mereka di lingkungan sekitar rumahku tapi sekarang kami sudah beda sekolah. Rasanya malu saja kalau ketemu mereka.

Menikmati waktu sendiri sambil membaca buku-buku cerita yang ku pinjam dari perpustakaan sekolah dan buku-buku lainnya itu lebih menarik daripada harus berhaha-hihi dengan teman-teman yang juga tetanggaku. Karena aku kurang bisa bergaul dan tidak bisa berinteraksi dengan baik ketika berada di depan publik. Aku kerap asyik menikmati duniaku sendiri.

Hari itu juga berjalan seperti biasanya. Setelah selesai mencuci, kemudian ke kamar untuk bersenang-senang dengan buku-buku ku sampai tertidur dalam waktu yang cukup lama. Tiba-tiba aku kaget dan gelagapan saat membuka mata. Aku berlari melihat jam dinding di ruang tengah. Alhamdulillah Ya Alloh..... ternyata masih jam setengah dua belasan . Kirain aku bangunnya terlalu siang, jam satuan gitu. Kalau beneran jam satu kan aku jadi nggak bisa masuk sekolah karena sudah terlambat. Bolos dong... hufff. Alhamdulillah....

Mencuci muka sebentar kemudian lanjut makan siang , mandi , solat dhuhur dan berangkat sekolah.

Kebiasaan Emon menungguku di tangga sebelum bel masuk kelas masih berlangsung beberapa lama. Sampai suatu saat ketika aku berangkat sekolah dengan sepeda ontel kebanggaan ku dan sudah hampir sampai di sekolahan, tepatnya di perempatan jalan yang biasanya Emon turun ketika bonceng sepedaku. Dia terlihat menunggu seseorang dan ketika melihatku dia langsung naik di boncengan sepedaku seperti kebiasaan barunya ketika kami pulang sekolah.

Dan sejak hari itu dia selalu naik di boncengan sepeda ku tanpa seizinku. Saat berangkat maupun saat pulang sekolah. Everyday.

Mulanya aku acuh saja tapi semakin hari aku mulai kesal dan jengkel karena teman-temanku banyak yang tahu dan mereka mulai madan-madani(aku nggak tahu bahasa indonesianya apa ya). Padahal aku sama sekali tidak tertarik padanya.

Menurutku seorang cowok menarik karena dua hal. Satu karena dia tampan, dua karena dia pintar. Sedangkan kalau kepribadian cowok aku lebih suka cowok yang cool dan pendiam. Aku kurang suka sama cowok yang suka gombal dan terlalu aktif mendekati cewek. Tapi waktu itu aku berpikir kalau hanya sekedar pacar yang penting dia harus punya nilai lebih. kalau nggak tampan ya pintar. Dan tidak masuk dalam kriteriaku.

Sedangkan kalau suami, aku inginnya itu yang alim dan pendiam. Eh ternyata kejadian beneran. Terkabul do'aku.

Ketika Emon naik boncenganku, sebenarnya aku ingin mengatakan kalau aku tidak nyaman dan memintanya untuk berhenti melakukan hal itu. Tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku kesal pada diriku sendiri.... kenapa tidak bisa mengutarakan isi hatiku pada orang lain.

Jadinya aku hanya diam sambil merengut saja.

.

.

.

Kenapa ya watakku itu jelek sekali dan sepertinya hal itu sudah mengakar sampai di jantung hati karena hingga saat ini aku masih saja cepat marah dan ngambekan padahal umur sudah tak muda lagi.

Terpopuler

Comments

bung@ter@t@i

bung@ter@t@i

maaf kak mundur panjang bingit hihihi

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!