Cita-citaku

Ehm.... ada satu lagi deng.... cita-citaku. Yakni jadi herbalis. Nyanyi dulu y guys....kenapa eh kenapa.... minuman itu haram....(bang haji roma kali ya, hehe). 

Kenapa aku pingin jadi herbalis? karena aku itu nggak bisa minum obat sekali tenggak langsung masuk, nggak bisa. Aku sudah berusaha tapi ya nggak bisa-bisa. Rasanya mereka tiba-tiba berhenti di keongkongan dan nggak mau masuk ke dalam perut yang membuat mulutku langsung terasa pahit dan tak lama setelah itu aku muntahkan.

Apa itu sampai sekarang?? Iya sampai sekarang.

Bahkan suamiku jengkel pas aku hamil tapi nggak bisa minum vitamin dengan sekali teguk.

"Ngombe obat iku gak usah ditari obate, gelem tak untal ta gak? yo gak gelem melbu obate," katanya menceramahiku. 

Dalam hati aku menggerutu, masi aku nggeh pingin pinter nguntal obat yah... yah.. 

Kalau pas si ayah minum obat itu kok kayak sulapan gitu ya. Obat langsung dilempar masuk kedalam mulut  dan tertelan masuk kedalam perut. Pertama kali dulu aku nggak percaya kalau obat itu benar-benar masuk ke dalam perut. 

"coba a. ..yah!!! terus aku lihat rongga mulutnya si ayah barangkali disembunyikan disisi kiri atau kanan mulutnya atau barangkali disembunyikan di bawah lidah, hehe...  Mohon dimaklumi ke-kepoanku yang maksimal karena aku sudah berusaha dari kecil hingga sudah berumur ini belum bisa minum obat secara alamiah seperti pada umumnya.

Terus gimana aku minum vitamin pas lagi hamil? Caranya....sama pisang. Makan sedikit pisang sampai lembut tapi jangan ditelan dulu biarkan dia dimulut sebentar lalu taruh obat diatas pisang kemudian telan pisangnya, masuk deh obatnya kedalam perut. Begitulah caraku minum obat.

Sewaktu aku kecil dulu sebelum sekolah TK  badanku kurus kerontang, susah sekali makannya. Sudah kurus item lagi.

Nah... tiap pulang dari main ibu dan nenekku mencegatku dipintu tengah. Ibuku mengekang kedua tanganku sampai aku tidak bisa berontak dan nenekku menjepit hidungku kemudian mulutku yang otomatis terbuka langsung dicekoki jamu jowo yang sudah dihaluskan dan dibungkus di dalam kain kemudian diperas didalam mulutku. Rasanya puuuuaaahit. Jan pokok e.

Maksud ibu dan nenekku agar aku doyan makan dan agak sedikit gemuk mungkin. Tapi yah mbok jangan gitu juga caranya. Kan jadi membekas dihatiku hingga kini dan sampai nanti....

Aku termasuk anak yang pintar dan mudah menyerap pelajaran yang aku terima. Tapi adakalanya aku tidak bisa menghafal sesuatu yang menurut teman-temanku itu mudah tapi bagaimanapun aku berusaha untuk menghafalnya aku tetap tidak bisa.

Suatu saat ada lomba antar sekolah sekecamatan dan aku mewakili sekolahku dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Saat membaca puisi seluruh anak-anak yang hadir juga para juri begitu terkesima saat aku membacanya dengan menggebu-gebu dan semangat 45.

Kemudian ada beberapa materi yang lain yang harus kami selesaikan. Setelah itu para juri tidak bisa mengumumkan siapa juara pertamanya untuk kemudian maju ke tingkat kabupaten karena ada dua peserta yang mendapatkan nilai yang sama.

Kemudian juri menyebut nama sekolahku dan satu sekolah yang lain yang artinya salah satu pesertanya adalah aku.

Seakan tak percaya saat aku mendengarnya. Bagaimana bisa diantara sekian banyak peserta aku bisa mendapatkan nilai yang paling tinggi.

Guru-guru pun bahagia dan berharap aku bisa mewakili sekolah untuk maju ke kabupaten.

Beberapa hari kemudian aku harus mengikuti ujian di sekolah lain dengan seorang pepseet yang waktu itu mendapat nilai yang sama denganku.

Di sana aku diberi buku cerita dan diminta untuk membacanya tanpa ada pengawasan tapi kami yang ada di ruangan itu berduaan saja tetap merasa tegang seolah kami dipersiapkan untuk ikut berperang.

Beberapa menit setelahnya kami diberi selembar kertas folio. Kami diminta untuk menulis apa yang baru saja kami baca.

Dengan lihainya aku menulis kata perkata karena memang itu adalah sesuatu yang menjadi kesukaanku.

Dan perintah selanjutnya adalah kami diminta untuk berdiri dan menceritakan apa yang sudah kami baca tadi. Disinilah kelemahanku. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata seperti yang aku harapkan. Belibet sekali dan pasti si juri kebingungan dengan apa yang aku ucapkan.

Sepulangnya dari sana Bu Khodijah yang mengantarkan aku saat itu mampir ke sebuah depot sate kambing. Beliau memesankan aku nasi dengan gulai dan sate kambing juga es teh sebagai minumannya.

Jujur itu adalah pertama kalinya aku masuk ke sebuah depot makanan karena ekonomi keluargaku yang memang pas-pasan.

Saat Bu Siti tidak ikut makan karena beliau mengaku punya penyakit darah tinggi. Beliau hanya menemaniku dan bertanya tentang apa saja yang tadi ditanyakan oleh juri. Aku menjawabnya agak ragu tapi tetap berharap bisa jadi juara.

Tapi ternyata aku kalah dari pesaingku. Nilaiku ternyata di bawahnya. Jadi mau bilang apa? Ya sudah. Aku kecewa guru-guruku yang sudah menaruh harap padaku juga pasti kecewa.

Aku bahkan lulus SD dengan nilai danem yang lumayan bagus. Dan bisa diterima di SMP negri manapun di kota Mojokerto ini. Tapi orang tuaku punya kehendak lain. Lebih memilih SMP ISLAM daripada sekolah negri. Berharap anaknya mendapatkan pendidikan agama yang baik dan berharap semoga anaknya menjadi orang yang alim mungkin.

Ketika masuk ke SMP ISLAM aku mendapat beasiswa karena  nilai danemku yang tinggi. Aku masuk ke kelas A yang notabene anak-anak yang saat awal masuk nilainya bagus-bagus.

Waktu itu kelas 1 (kalau sekarang kelas tujuh) di sekolahku terdiri dari 10 kelas dari kelas A sampai I. Anak-anak kelas E sampai I biasanya iri kepada kami karena guru-guru kami itu spesial. Dan kami memang merasakan itu. Guru-guru kami profesional. Sangat menyenangkan dalam memberi pelajaran dan sangat mudah untuk dipahami.

Aku juga merasakan cinta monyet  waktu di SMP. Cinta monyet pada pacarku, Sebut saja dia Didi. Cowok tampan dan tampangnya sook cool and play boy. Dia berkulit putih, tinggi dan badannya proporsional. Dia juga salah satu cowok terkeren di sekolah karena penampilannya. Kalau secara akademik nggak banget. Menang tampang doang dia. Dan nggak tau kenapa aku juga kecantol sama dia.

Kalau aku jalan ke kelas bareng dia, cewek-cewek itu biasanya panggil-panggil namanya,"Di.....didi..." dengan nada cewek-cewek centil gitu. Yah aku sih seneng-seneng aja. Ooowh.... ternyata banyak yang naksir  cowokku yah. Hihi bukannya aku cemburu malah aku kayak bangga gitu. Aneh nggak?.

Waktu aku jadian sama dia sahabat-sahabatku nggak setuju karena dia terkenal playboy, ceweknya dimana-mana. Aku yang sudah terlanjur suka sama dia cuma menutup telinga dan meyakini kalau dia nggak seperti yang mereka bilang.

to be continoue

Terpopuler

Comments

bung@ter@t@i

bung@ter@t@i

aku penasaran saat di lamar usia berapa itu

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!