Salah Kamar
"Baiklah anak-anak. Pertemuan hari ini bapak rasa cukup. Jangan lupa kerjakan tugas dengan baik. Dan kumpulkan tepat waktu. Bapak tidak mau sampai ada yang terlambat. Mengerti!?" tegas pak Jono.
"Mengerti pak," jawab serempak para murid.
Hari ini terakhir kalinya murid kelas XII IPA mendapatkan tugas praktik kelompok. Sebelum memasuki semester kedua yang penuh dengan jadwal ujian.
Sepulang sekolah nanti Nana harus segera mengerjakan tugasnya. Karena masih banyak tugas sekolah yang lainnya. Belum lagi ulangan harian mendadak yang benar-benar membuatnya pusing.
"Kalo dipikir-pikir sedih juga, ya, jadi kelas dua belas. Bimbel sana sini. Pulang udah sore banget. Belum nanti kehujanan, kena cipratan mobil."
"Ya lord.. Kapan ini segera berakhir!?" keluh Gita teman sebangku Nana.
"Di rumah cuma numpang mandi sama tidur doang ya, Ta. Berasa anak rantau," jawab Nana menyeruput minumannya.
"Anak rantau mah, enak, Na. Pergi pagi pulang pagi juga nggak papa. Dapet duit. Nah, kita?"
"Pergi pagi pulang sore. Malem berangkat lagi. Dapat duit enggak. Ngabisin duit iya. Capek banget aku, tuh."
"Ya mau gimana lagi. Kalo Lo nggak mau ribet. Panggil doraemon, pinjem kantong ajaibnya. Apapun permintaanmu bakal terkabul. Haha."
"Iya ya, enak banget jadi Nobita."
Bunyi bel sekolah menandakan mereka harus segera masuk kelas. Menikmati beberapa pelajaran terakhir hari ini.
Nana bergegas pulang. Membersihkan diri dan kembali berangkat ke rumah Gita untuk mengerjakan tugas pak Jono tadi.
Jangan sampai berlarut-larut. Sebisa mungkin hari ini harus selesai. Karena nanti selepas maghrib dia masih ada les tambahan. Benar-benar siswi sejati.
Hampir enam jam penuh berada di sekolah. Belum lagi les private yang diambilnya. Menguras banyak sekali tenaga dan pikiran. Layaknya anak rantau. Bekerja keras bagaikan kuda.
Siang ini rasanya panas sekali. Ternyata makan banyak di kantin sekolah tadi tidak membuat perutnya kenyang lebih lama. Baru saja jalan beberapa meter dari rumahnya dia sudah sangat lemas.
Kruuk.. Kruuk.. Kruuk
"Duh.. nih perut kenapa nggak bisa diajak kompromi, sih. Perasaan tadi gue makannya banyak, deh. Kenapa baru dua jam udah laper banget. Haus lagi."
"Makan banyak nggak lebar-lebar juga, nih badan." Gerutu Nana merogoh saku celananya. Berharap ada uang di dalamnya.
Lama mencari-cari di saku kanan, kiri, belakang. Nihil. Dia lupa tidak membawa uang.
"Ah. Sialan!" batinnya.
Belum menyerah. Nana mengistirahatkan tubuhnya di sebuah pos ronda. Mengobrak-abrik isi tas nya. Semoga dia tidak lupa membawa dompetnya.
"Akkkhh.. Kenapa si lupaan banget gue, tuh." Marah Nana membanting buku yang dia pegang.
"Duh, tukang doger jangan kesini jangan kesini."
Tok tok tok
Suara bambu yang dipukul penjual es doger sungguh menggoda Nana. Sial. Gara-gara terburu-buru dia melupakan barang berharganya.
Memang tidak jauh jarak rumahnya dengan Gita. Tapi suasana siang hari yang begitu panas membuatnya tidak bisa menahan dahaga. Dia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya ke rumah Gita.
Awas saja. Sampai sana nanti dia akan meminta sebotol air putih dingin pada Gita. Dia akan balas dendam dengan rasa hausnya.
"Mbak, es doger mbak. Seger banget, loh, ini. Dijamin haus seketika hilang." ucapan penjual es hampir saja menggoyahkan Nana.
"Enggak, Bang. Makasih. Aku nggak haus!. sentak Nana memalingkan wajahnya. Melewati gerobak es doger dengan hati hampir menangis. Menelan ludahnya dengan berat. Berjalan tergesa sambil menghentak-hentak kan kakinya.
"Aku harus segera sampai di rumah Gita. Haus banget Ya Alloh."
Masih dengan drama hausnya. Nana setengah berlari sambil memegang tali tas ranselnya supaya tidak bergoyang ke kanan dan ke kiri.
Setelah sampai di depan rumah Gita. Nana segera berteriak mengucap salam. "Assalamualaikum. Git. Gitaa.."
"Lama banget sih ni anak. Mana sepi banget lagi," gumam Nana lirih.
Rumah Gita yang berada di gang paling ujung membuat keadaan terlihat lebih sepi. Lalu lalang tetangga yang biasa ramai siang ini tidak seperti biasa. Mungkin mereka lagi tidur siang. Begitu pikirnya.
Tidak ada sepuluh menit. Pintu rumah Gita akhirnya terbuka.
"Wa'allaikumsalam. Maaf ya, Na, gue tadi lagi di WC. Di rumah lagi nggak ada orang. Kakakku nggak tau kemana. Paling juga keluyuran. Bapak sama Ibu belum pulang."
"Ayo masuk," ajak Gita menggandeng tangan Nana memasuki rumahnya.
"Haus banget, Git, gue. Mana dompet ketinggalan. Biasanya di saku celana ada uang. Eh, ini tadi nggak ada sama sekali. Sial banget emang."
"Ya udah. Tunggu sini. Gue ambilin minuman kesukaan Lo," jawab Gita berlalu ke dapur.
Nana mendudukkan diri menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Menaruh tas nya sambil menunggu Gita membawakan setidaknya minuman manis segar untuknya. Beruntung sekalian camilan ringan.
Tanpa dipersilahkan Nana langsung mengambil alih botol besar berisi air dingin di tangan Gita. Meminumnya hingga buliran air jatuh di dagu dan bajunya. Seketika hausnya benar-benar terobati. Lega rasanya.
"Kirain Lo mau buatin jus atau apalah minuman manis. Eh, ternyata. Lagi lagi air dingin doang sebotol gede," sindir Nana.
"Hee. Ya, maaf, Na. Adanya cuma itu. Lagi mager," ngeles Gita menggaruk tengkuknya.
Mereka memulai mengerjakan tugasnya dengan sangat fokus. Mengamati penelitian ekosistem. Melakukan observasi di sawah belakang rumah Gita. Sesekali beradu debat. Menyatakan opini masing masing.
Gita yang mendapat bagian mencatat hasil observasi. Dan Nana yang bertugas mengamati. Mereka berkutat beradu hasil pemikiran. Berdiskusi bersama. Agar hasil yang akan dilampirkan di laporan nanti sesuai.
Belum selesai menulis laporan. Tidak terasa adzan maghrib berkumandang. Nana yang memang ada jadwal les. Segera mengabari guru les nya bahwa hari ini dia tidak bisa datang. Memutuskan untuk ikut mandi di rumah Gita. Dan pulang setelah tugas mereka selesai.
Jarum jam dinding menunjukkan waktu setengah sembilan malam. Seringnya bercanda ria dan tentunya ghibah yang dimaksud untuk menghilangkan rasa kantuk. Membuat mereka belum menyelesaikan hasil laporannya.
Tiba-tiba pintu diketuk dari luar.
Tok tok tok
Gita yang saat itu membuka pintu hanya mengira kalau bukan tamu lah yang datang. Paling kakak kalau bukan orang tuanya.
Belum sampai pintu terbuka lebar dengan gerakan cepat beberapa orang berbaju hitam, memakai penutup kepala mendorong pintu dengan kerasnya. Membuat Gita seketika terjatuh di lantai.
Gita yang saat itu mengaduh kesakitan, mengelus bokongnya. Hingga suara bariton menyadarkannya.
"Angkat tangan kalian! Diam. Atau kami akan membunuh kalian!" gertak salah satu rampok.
Gita mendongakkan kepala dan diam. Tidak berani bergerak. Salah satu dari mereka membungkam mulutnya.
Nana yang saat itu fokus menulis laporan seketika ketakutan. Gemetar seluruh tubuhnya. Dia belum mau mati. Dia masih ingin bekerja dan menikah. Memiliki anak dan cucu yang cakep dan cantik.
Kehabisan akal. Nana berlari. Semakin masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Gita yang tidak tau bagaimana nasibnya.
Memasuki sebuah kamar. Mengunci diri dari dalam. Mendorong meja kecil di dalam kamar itu hingga mentok membentur pintu. Perampok itu pasti tidak bisa mendobrak pintu ini. Begitu pikirnya.
Nana mendudukkan tubuhnya dilantai bawah tempat tidur. Menggigit kuku-kukunya panik.
"Ya Alloh gimana ini? Gimana keadaan Gita sekarang. Lindungi kami Ya Alloh. Semoga Gita nggak diperkosa sama mereka," doa Nana sambil memeluk kedua lututnya, bersembunyi.
Di tempat lain. Barang berjatuhan dimana-mana. Rumah yang semula rapi kini seperti kapal pecah.
Barang berharga seperti tv, guci-guci besar dan lukisan mahal di dinding telah raib digondol rampok. Mereka benar-benar nekat. Belum jam sembilan malam sudah melancarkan aksinya.
Para rampok segera pergi dari rumah itu setelah mendapatkan barang berharga. Melepaskan Gita yang tengah pingsan dan menidurkannya di sofa ruang tamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Itin
wah perampoknya masih ada baiknya... lepasin korbannya dan tidurin di sofa 😁
2023-06-01
0
🦋 Jack and Jill 🦋
kalau memang anda bersikap dewasa silahkan follback saya
2021-09-24
1
Chiki
Emang klw lingkungan aman. pemilik rmhnya kalau ada yg ketok pintu. gk memeriksa lg siapa yg ngetok pintu. main buka aja pintunya.
kalau lg apes. yang kayak Gita alami gitu.
wassalam emang dahh
2021-08-31
1