Kegugupan begitu kentara ada di wajah Nana. Gadis yang selama ini terlihat ceria dan bar bar nyatanya bisa berubah seketika mendengar keputusan sepihak orang tua Gita. Berharap jika nanti ibunya mengetahui semua ini. Tidak mati jantungan.
Kalimat yang diungkapkan ayah Gita seolah-olah mengejeknya.
"Menikah."
"Haha. Lucu sekali," batin Nana menolak. Menertawai dirinya sendiri dengan kenyataan yang barusan di dengar.
Memang seberapa besar kesalahan yang dia buat sampai harus mau dipaksa menikah seperti ini. Bahkan mereka belum bertanya dengannya empat mata. Lima mata kalau perlu.
Kenyataan terjadinya tindakan kriminal di rumah temannya. Membuka mata dengan posisi ditindih laki-laki. Ah, semua gara gara perampok sialan itu.
"Ingin ku berkata kasar ya Alloh. Tapi aku masih inget dosa kok. Duh."
"Ayo lah Kak, bangun. Dasar Ega sialan. Bukannya cepetan bangun malah enakam tidur, woi! Andai nggak ada orang. Udah ku guyur air se galon. Huhu."
Menangis dalam hati nyatanya percuma saja. Memang siapa yang tau.
"Git, ayolah bantu bilangin ke mama kamu. Gue nggak salah papa, Git. Gue, tuh, disini korban ya!. Inget! K. O. R. B. A. N."
"Lo percaya 'kan?" Berusaha mendapat bantuan Gita. Nana rela memelas.
Ini demi masa depannya. Tidak mungkin 'kan belum juga mendapat ijazah es em a dia udah gendong anak. Duh baru ngebayangin aja dia sudah hampir menangis. Benar-benar dia masih ingin hidup bebas.
Bangun tidur siang. Rebahan sesuka hati. Gosip sana sini. Stalking gebetan dan masih banyak lagi. Bukannya bangun pagi, masak, bikinin kopi suami, nyuci dan setrika baju suami.
"Like pembantu tapi gratis, dong. Mana nggak dapet gaji gue. Gue 'kan masih mau kerja. Ngerasain lembur. Bayangin dinikahi CEO kayak di novel novel terlaris sekarang ini," batin Nana semakin miris.
"Gue nggak jamin, deh, Na bisa bantu Lo. Lo 'kan tahu, gimana bokap gue. Dia itu kalo udah ada maunya, ya, gitu."
"Kita tunggu kakak gue bangun dulu, deh. Pasti dia juga nggak setuju. Sekarang Lo berdoa aja gimana caranya bokap gue lupa sama semua ini. Trus, Lo nggak dicariin emak Lo," ucap Gita menenangkannya.
"Bangunin kakak Lo, dong, kalo gitu, Git. Jangan diem aja."
"Yaelah. Dia mah kalo abis minum gitu, ya. Percuma bangunin gak bakal juga melek."
"Kita tunggu besok pagi aja. Sekarang kita tidur, oke! Gue ngantuk banget."
"Yah, kok tidur sih, Git. Trus ini gimana?"
"Terserah Lo, deh, Na. Tidur ayo nggak ya udah. Berdiri disini sampek bulan purnama," jawab Gita berlalu ke kamarnya.
Nana hanya bisa menghela napas pasrah dan mengikuti kemana Gita melangkah. Dia akan menenangkan pikiran dulu. Siapa tahu ini semua hanya mimpi.
...... ...
Sudah semalam anak gadisnya tidak kunjung pulang. Ibu Saroh terlihat mondar mandir di teras rumahnya. Selepas subuh beliau hanya menanti kepulangan anaknya. Kemana sebenarnya Nana?
Berkali-kali dia menghubungi ponsel anaknya. Namun sama sekali tidak dijawab. Kemarin siang dia hanya menerima pesan bahwa Nana akan mengerjakan tugas kelompok. Mungkin sampai sore. Begitu isi pesannya.
Benar-benar hanya memiliki satu anak saja sungguh kurang ajar. Masih kecil sudah berani tidur diluar tanpa berpamitan. Dianggap apa sebenarnya dia.
Sebagai seorang ibu sungguh nalurinya begitu kuat. Sejak semalam bu Saroh merasa was-was. Mau mencari tapi kemana? Ini belum ada 24 jam. Tidak bisa membuat laporan anak hilang.
"Nana, sampai kapan kamu menjadi anak gadis yang menyebalkan!" umpat bu Saroh dalam hati.
Andai anaknya sudah pulang ingin sekali dia memukulnya dengan dandang. Sayang seribu sayang anaknya belum pulang.
Baru saja selangkah bu Saroh masuk ke dalam rumah. Kedatangan sebuah mobil menghentikannya. "Siapa mereka?" gumam bu Saroh dalam hati.
"Selamat pagi, Bu," salam Pak Malik.
"Iya, selamat pagi, Pak. Dengan siapa, ya? Dan ada keperluan apa?"
"Mohon maaf, Bu, sepagi ini saya sudah bertamu. Saya Malik ayahnya Gita. Teman sekelas Nana. Dan ini istri saya. Ini benar 'kan rumahnya nak Nana?"
"Loh! Iya Pak, benar. Saya ibunya. Mana anak saya?"
"Sabar dulu, Bu. Tapi bolehkah kami masuk dulu?"
"Oh, ya ampun sampek lupa. Maaf maaf, duh. Mari Pak, Bu, masuk."
Setelah mempersilahkan tamunya duduk. Bu Saroh meminta mereka menunggu sebentar untuk membuatkan minum.
"Benar-benar punya anak gadis satu bukannya jadi anak baik. Ini malah datang orang tua temannya. Ya Ampun Nana. Awas kalo kamu sampek berani pulang!" Sarkas bu Saroh dalam hati. Mengaduk teh panas dengan kasar seolah-olah itu adalah anaknya.
Meletakkan dua cangkir teh di atas meja tamu. Dengan tidak sabar bu Saroh menyerbu orang tua Gita dengan banyak pertanyaan.
"Jadi sebenarnya ada apa Pak, Bu?"
"Dimana sebenarnya si Nana?"
"Apa anak saya bertindak kurang ajar kepada anak kalian, Gita?" tanya bu Saroh tidak sabar.
"Tenang dulu, Bu. Nana baik-baik saja. Bahkan dia masih tidur pulas di rumah kami dengan Gita."
"Emm. Sebenarnya kedatangan kami kemari karena ada suatu hal, Bu. Dan kami harap ibu tidak kaget dan tidak panik dulu."
"Dengarkan penjelasan kami baik-baik."
Orang tua Gita menjelaskan secara detail apa yang sebenarnya terjadi. Runtutan cerita dari awal dan maksud tujuan mereka kemari.
"A-apa! Menikah? Kalian jangan sembuarangan, ya, kalo bicara. Anak saya itu masih sekolah. Untuk apa dipaksa menikah dengan alasan yang tidak masuk akal."
"Jangan mentang-mentang saya orang tidak punya. Kalian sebagai orang kaya bisa seenaknya. Menikahkan anak sendiri supaya jadi anak baik dengan sebuah alasan konyol."
"Hah! Saya tidak mau. Yang ada kalian yang untung saya buntung," sarkas bu Saroh dengan napas naik turun. Erosi. Eh emosi.
Seketika orang tua Gita menjadi gelagapan. Mereka tidak menyangka dibalik Nana yang terlihat pendiam memiliki ibu yang bar bar sekali.
"Tunggu, Bu. Ibu jangan marah dulu. Saya belum selesai bicara ini."
"Maksud saya begini, Bu. Nanti selepas Nana menikah dengan anak saya, Ega. Kami akan menanggung semua biaya hidup ibu dan Nana. Jadi ibu tidak perlu repot-repot bekerja seperti ini."
"Saya hanya minta Nana membantu saya untuk memperbaiki sifat buruk Ega, Bu. Saya tidak akan melarang apapun yang Nana ingin lakukan."
"Dia akan tetap bebas bersekolah. Bahkan kuliah dan bekerja."
"Itu saja, Bu. Saya tidak mempunyai keinginan buruk. Lagipula anak saya Gita sudah berteman lama 'kan dengan Nana. Mereka akan menjadi keluarga nantinya. Bisa kuliah bersama."
"Bagaimana, Bu? Apa Ibu masih keberatan?"
Bu Saroh memicingkan mata curiga. Benarkah kedua orang ini tidak berbohong. Dia memang tidak berpendidikan sama seperti orang pada umumnya. Tapi tentu saja hal hal seperti ini tidak membuatnya bodoh.
Apa tidak berdosa membohongi anaknya sendiri walaupun demi kebaikan juga. Apakah tidak keterlaluan memaksa anak sendiri untuk menikah hanya untuk ber leha-leha. Duh, dia jadi pusing. Iya apa tidak ya?
"Ah iya aja deh. Lagian 'kan enak nanti kalo Nana nikah, dia bisa seperti temannya yang lain. Tidak bersusah payah lagi harus kuliah nyambi kerja," batin bu Saroh menenangkan diri. Membenarkan sesuatu hal yang belum pasti.
Akhirnya terucap kata setuju.
"Baiklah kalau begitu. Demi pendidikan anak saya. Saya akan berusaha membujuknya. Tapi kalau dia tidak mau. Saya tidak mau lagi dipaksa."
"Lalu hal apa yang bisa kalian berikan sebagai jaminan?"
"Kami sudah menyiapkan surat perjanjian, Bu. Hitam di atas putih beserta materai sepuluh ribu."
"Ini. Ibu bisa membaca isinya dengan seksama sebelum menandatanganinya."
Hanya butuh dua menit bu Saroh membaca isi surat perjanjian tersebut. Dan ya, semua sesuai dengan apa yang mereka ucapkan tadi.
Dia tidak butuh apa-apa. Memberikan pendidikan yang layak untuk anak satu-satunya 'lah keinginannya saat ini. Menandatangani surat perjanjian tersebut di atas materai dengan sedikit berat hati.
"Ini semua demi kamu, Nak. Ibu harap ini pilihan yang tepat. Ah, dasar aku memang ibu luknut," batin bu Saroh dramatis.
Urusan mereka telah selesai. Sebuah kesepakatan besar telah diambil. Berharap ini benar walau sebenarnya salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ria Onits
itu sama sj menjual nana bu
2023-01-15
0
wikha Sandra
sumpah,aq kekeh lihat ibu nana, dr awal aj uda suka,ap lg kata2ny gk berbelit,bnyk humornya,suka bget...smngat y thoor
2021-10-31
1
Chiki
btw, ini ebi nya rapi.
enak di baca.
2021-08-31
1