2. Pulau Senja part 2

Silvi mulai sadarkan diri, namun matanya begitu berat untuk dibuka. Silvi tidak berusaha membuka matanya lagi. Rasanya sangat nyaman. Seingatnya setahun yang lalu ke sini bersama keluarga Tono, tempat ini sangat dingin. Namun sekarang yang dirasakan tubuhnya sangatlah hangat.

Ingatan Silvi kembali pada saat di atas batu. Kakinya tersandung dan dirinya terjatuh lalu tenggelam ke dalam laut. Nafasnya sesak dan pandangannya mulai gelap.

"Apa memang aku bukan di pulau? Apa aku di dunia lain?" Silvi yang ketakutan membuka paksa matanya.

"Silvi." Lania mengagetkan Tono yang baru saja memasuki alam mimpi.

Tono membuka paksa matanya dan beberapa kali menguap dengan sangat lebar. "Syukurlah. Silvi sudah sadar."

Melihat wajah kedua sahabatnya, Silvi sadar dirinya selamat dari maut dan wajar jika dirinya merasa hangat saat ini, karena tubuhnya ditutupi 3 selimut tebal hingga tidak ada celah untuk udara bisa mengenai kulitnya. Silvi mulai menggerakkan otot-ototnya yang kaku, kemudian keluar dari selimut hangat yang menutupi tubuhnya.

"Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" Tanya Tono.

"Kau ingat siapa kita?" ucapan Lania sukses mendapat pelototan dari Tono.

"Kepalanya tidak terbentur Lan." Tono berucap malas dan dibalas Lania dengan cengiran.

"Aku baik-baik saja. Hanya saja, selangkangku sedikit sakit."

"Kau ingat apa yang terjadi?" Lania mewakili Tono setelah meraka berdua saling beradu tatapan ketakutan.

"Ceritakan aku kronologisnya. Aku hanya ingat aku tenggelam, nafasku tersendat dan gelap." Silvi masih memeriksa tubuhnya sehingga tidak sadar dengan ekspresi kedua sahabatnya.

Lania menatap Tono memohon dan Tono mengangguk.

"Mulai darimana karangan ini. Bagaimana caranya agar aku berhasil menipu siswa terpintar di sekolah." batin Tono.

"Ehm. Jadi, saat kau terjatuh, Lania mencari tempat yang lebih rendah untuk melompat. Namun seorang pria dengan cekatan datang menyelamatkanmu karena mendengar teriakanku. Dia dokter Rangga. Dia ada di pulau ini bersama temannya. Dia juga menyelamatkanmu dengan keahlian kedokternya. Ya, Seperti itu cerita ringkasnya."

"Sudah tepat Ton. Setidaknya kau tidak menyebut pria yang di panggil Al oleh dokter Rangga itu. Itu bukan selera Silvi." Tono berguman dalam hati dan mendapat anggukan dari Lania. Seolah alasan yang dibuat Tono sangat tepat.

"Baiklah. Aku harus berterima kasih pada dokter Rangga itu. Jam berapa sekarang?"

Lania melirik ponselnya. "04.45. Kau yakin tidak ingin tidur kembali?"

"Kalian bisa tidur. Aku sudah cukup sehat untuk pergi sendiri."

"Kita akan mengekorimu hingga kau bisa berlari" Lania menarik tangan Tono hingga Tono kembali terpaksa membuka matanya.

Silvi keluar dari tenda dengan diikuti Lania dan Tono yang tidak berusaha menghentikannya, karena keduanya sadar bahwa Silvi bukan gadis yang bisa diatur setelah bertekad.

Silvi mengedarkan pandangannya mengelilingi pulau dan menemukan 2 buah tenda di ujung pulau. Gadis itu pun melangkah menuju tenda tersebut dengan diikuti Lania dan Tono.

*

Flashback on

"Maaf kakak-kakak. Bisa kita merahasiakan hal ini? Silvi mungkin akan kehilangan kepercayaan dirinya jika tahu kehormatannya telah direnggut."

Tono memberanikan diri angkat bicara ketika mereka semua berkumpul di luar tenda Silvi. Tentu saja, setelah Alando menyelamatkan Silvi dan pernyataan kondisi Silvi yang kembali stabil oleh Rangga.

"Dan Ayahnya bisa saja membunuh kita berdua tanpa mempedulikan status kita." Lania bergidik ngeri membayangkan kemarahan Brian.

"Al. Aku rasa permintaan mereka logis. Mengingat Silvi adalah siswa SMA. Kau juga tidak bisa menikahinya jika kau mau."

"Menikah?" ucap Lania dan Tono hampir bersamaan. Mereka bepandangan dengan penuh kecemasan.

"Maaf kak Al, bukan maksud kami merahasiakan kak Al sebagai penolong Silvi. Kami akan membalasnya suatu hari nanti..." Tono tidak sanggup melanjutkan ucapannya kala melihat senyum smirk Alando. Nyalinya menciut seketika.

"Tidak masalah untukku. Dia juga sudah membayarnya dengan tubuhnya. Semuanya sudah impas." Alando berdiri meninggalkan diskusi kecil yang menurutnya tidak berfaedah.

Flashback off

*

"Mereka mungkin sedang tidur, Silvi." Ucapan Lania menghentikan langkah Silvi.

"Hei, bagaimana jika kita duduk di sana sambil menunggu sunrise." Tono menunjuk tempat yang strategis untuk duduk.

"Tunggu! Kenapa ada bekas mereh pada leher Silvi? Astaga ini bukan 1. Ada...3, ya ada 3". Lania bergumam dalam hati dan berusaha menetralkan wajah keterkejutannya. "*A*pa kak Al menikmati pertolongannya?"

"Kenapa kissmarknya sebanyak itu. Jika hanya 1, aku akan berpikir jika kak Al khilaf. Tapi ini, sepertinya kak Al sungguh menikmatinya." Tono berbisik pada telinga Lania dan Lania mengangkat jari telunjuk dan ditempelkan pada bibirnya sendiri, pertanda Tono harus diam.

Langit memang sudah menunjukkan cahaya kekuning-kuningan hingga Lania dan Tono dapat melihat jelas kissmark di leher Silvi. Ketiganya pun berjalan menuju tempat yang di pilih Tono, lalu duduk bersimpuh di atas pasir. Melihat Silvi yang hanya berdiri, Lania menepuk pasir di sampinya sambil menatap Silvi.

"Aku masih ingin berdiri." Jawaban Silvi mendapat anggukan dari Lania. Lania pun bersandar pada bahu Tono dan Tono balas bersandar pada kepala Lania. Berharap sandaran ini dapat mengurangi lelah mereka yang berjaga dan tidak tidur semalaman.

Tiba-tiba seseorang yang entah datangnya dari mana menutup punggung Silvi dengan jaket kulit. Silvi yang penasaran pun menoleh dan mendapati seorang pria yang menatap arah ufuk tempat keluarnya sang surya.

Tanpa berkata apapun. Silvi melepas jaket yang bertengger di bahunya, membuat jaket itu jatuh ke pasir putih pantai. Pria itu mengambilnya dan memasang kembali jeket tersebut pada bahu Silvi.

Silvi yang merasa terganggu memberontak dan hendak menampar pria yang coba mengaturnya. Namun, tangannya dengan sigap ditangkap pria tersebut. Untuk mengantisipasi tendangan Silvi, pria itu mengijak ibu jari kaki Silvi. Kaki telanjang mereka saling bersentuhan. Lalu pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga silvi dan berbisik menggoda.

"Kau ingin dihangatkan dengan jaketku atau dengan tubuhku?"

"Berani sekali kau mengancamku." Silvi begitu murka dengan kekurangajaran pria asing di hadapnnya.

"Kenapa aku harus takut? Aku serius dengan perkataanku." Pria itu menarik pinggang Silvi, menghilangkan jarak antara tubuhnya dengan Silvi. Hingga Silvi bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana menekan perutnya.

Silvi berusaha mengontrol dirinya. Nafasnya sesak karena ditahan. Jantungnya sudah berdetak takaruan. Tubuhnya bahkan mulai terasa panas.

"Ah sial. Aku terpaksa harus menurutinya." batin Silvi merutuki nasibnya.

"Jadi, mana yang kau pilih?" sorot mata tajam pria itu menatap mata hitam Silvi dan Silvi membalas tatapan itu tak kalah tajamnya.

"Baiklah, aku akan memakainya." ucap Silvi mengalah namun wajahnya tidak sama sekali menunjukkan ekspresi orang yang sedang mengalah.

Pria itu melepas intimidasinya pada Silvi. Silvi memakai jaket yang bau rokok itu dengan terpaksa.

Merasa puas, pria itu kini pergi berenang. Silvi menatapnya dengan tatapan benci. Sementara Tono dan Lania menarik nafas lega.

"Kak Al memang brengsek. Dia bahkan bisa memaksa Silvi." bisik Lania pada Tono yang duduk di sampingnya.

"Itu karena pengawal Silvi tidak ada di sini."

Keduanya sadar. Selain pengawalan ketat organisasi Ranita atas perintah keluarga mereka, sebenarnya yang menjadi prioritas para pengawal organisasi Ranita adalah Silvi.

Bagi orang lain yang tidak mengetahui status Silvi akan menganggap, hanya Silvi lah yang tidak dikawal dalam geng Senja. Namun bagi Tono dan Lania yang merupakan sahabat dan sudah bolak-balik rumah Silvi seperti rumah sendiri, tidak ada rahasia Silvi yang belum mereka ketahui.

Terpopuler

Comments

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

al ..... silvi ... ok ....
semangat othornya ..

2022-08-25

0

Aracely

Aracely

Ceritanya apa msh baru, ya?
jd...blm byk yg tau.
menurutku ini bagus tp blm byk yg ngelike.
mudah2n para pecinta novel nemu cerita ini, jd tmbh byk yg like 😊

2022-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!