Asa Untuk Salma
"Banguuuunnnn!" Suara sang ibu kembali menggelegar. Entah sudah berapa kali ibu membangunkan anaknya.
"Hmmmmmmm". Hanya itu jawaban Salma dengan posisi tidak bergerak sama sekali.
"Kamu kebiasaan kalau habis sholat teh bukannya ngaji kalah ngajiher di sejadah. Ini lagi mukenanya belum dicopot, atuh bau jigong nanti mukenanya". Ibu kembali bercerama panjang sambil menarik-narik sejadah yang dipakai tidur.
"Udah atuh ma, aku lagi PW gini". Semakin enak berbaring seolah tidak terganggu dengan aksi ibunya.
"Pak, Fiya, Bila, Abi, Aa cepet sini bawa Qur'an nih anak sholehahnya bapak minta disholatin sekalian kita ngajiin yasin". Ibu mulai mengabsen keluarga.
"Mamaaaahhhhh, emang aku udah jadi jenazah". Salma langsung duduk dengan muka marah.
" cepet atuh bangun beresin tuh sejadahnya, awas mukenanya jangan ditumpuk". Ibu langsung memberi perintah.
"Aku gak salah dengarkan? Mamah tadi nyebut Aa. Emang Akmal udah pulang?" Salma bertanya sambil menggantung mukena.
"Makanya cepat bangun. Orang lain udah pada kamana, kamu masih betah bermimpi". Ibu keluar dari kamar Salma.
"Mah aku bertanya bukan bermimpi". Salma berteriak sambil melihat ibunya.
"Jangan berteriak berisik, cepet cuci tuh iler, bau". Ibu kembali berteriak di dapur.
Hari ini terasa begitu santai bagi Salma, biasanya ia akan sibuk di warung membuat aneka makanan dan olahan makanan tapi tidak untuk pagi ini. Ia sengaja menutup warungnya dikarenakan Salma dan keluarga sedang mempersiapkan sebuah acara.
Selain berjualan di warung, ia juga bekerja sebagai staf administrasi di sekolah menengah.
Salma akhirnya keluar dari kamar. Melihat aktifitas keluarganya sambil berdiri di pintu menuju dapur. Lalu ia melihat teras, dilihatnya dua orang laki-laki yang sedang berbincang. Berjalanlah menuju teras.
"Eh ada semah geuning". Salma tersenyum. Dua orang itu menengok kearah pintu.
"Kenapa ga disuruh masuk pa?" Kembali Salma berbicara dengan nada bercanda sambil duduk disebelah bapak.
"Nungguin sambut sama yang punya rumah, ternyata baru bangun". Akmal menjawab sambil tertawa.
"Kapan datang nya sih si Semah kita ini, bener-bener Semah NGAHESEKEUN NU diimah" ucap Salma sambil menekankan arti semah versi Salma.
"Enak aja bilang ngahesekeun, yang ada kamu tuh yang nyusahin orang rumah". Akmal menyanggah ucapan Salma sambil melemparkan kunci motor ke arah Salma.
"Sendiri Mal?" Salma terus menggoda Akmal, padahal sudah tahu keadaannya.
"Kirain ada yang ngikut yah pa". Ucap Salma melirik bapaknya. Bapaknya hanya tersenyum, mengerti maksud Salma.
"Jangan mulai deh, mentang-mentang udah udah ada yang mau lamar, inget ya baru MAU bukan UDAH, baik-baik sama aku, entar didoain jelek baru tahu, mau didoain ga jadi?". Ucap Akmal penuh emosi dan penekanan.
"Tuh kan pa liat, Akmal mah selalu aja gitu" Salma mengadukan kepada bapaknya.
"Huuuhhh dasar aduan, manja" Akmal menoyor jidat Salma.
"Kalian ini udah pada gede juga, masih aja suka ribut. Kamu juga kakaknya baru datang bukannya disambut malah digoda" bapak menengahi perdebatan kedua anaknya.
"Emang kamu bener sendiri Mal? Ga ada gitu yang mau dikenalin ke bapak?" Bapak ikut-ikutan menggoda Akmal. Salma langsung tertawa. Akmal melihat bapak dan Salma dengan raut wajah yang kesal.
Perbincangan bapak, Salma, dan Akmal terus berlanjut. Hingga panggilan dari ibu untuk sarapan menghentikannya. Segeralah mereka bertiga menghampiri ibunya di dapur. Semuanya duduk lesehan di atas tikar untuk sarapan.
"Ayo cepetan pa, itu anaknya belum sarapan mana tadi habis perjalanan jauh, duduk Mal!". Ibu menyuruh Akmal duduk .
Akmal memang baru datang dari tempat bekerja. Ia bekerja disalah satu yayasan pendidikan tepatnya sebuah pesantren. Sejak lulus SMP, Akmal melanjutkan di Madrasah Aliyah sambil mondok di pesantren dan memutuskan untuk bekerja di sana.
"Tuh liat simamah, sayangnya cuma sama Akmal sampai-sampai dilayani gitu". Salma protes pada ibu. Dilihatnya ibu sibuk mengambil makanan untuk Akmal.
"Kamu itu ngomongnya suka ngasal, sama semuanya juga sayang, Akmal, kamu, Fiya, Bila dan si bungsu juga sama-sama anak mamah. Kalau mamah ngelayani Si Aa ya wajar atuh, dia mah pulang sebulan sekali juga jarang, kamu dan adik-adik tiap hari di sini, bosen ngelayani kalian terus". Ibu mulai mengeluarkan unek-uneknya.
"Emang Salma masih perlu dilayani mah?" Akmal bertanya dengan dahi berkerut tanda heran.
"Ya gitulah Mal, dia itu kadang manjanya melebihi si bungsu padahal besok udah ada yang lamar tapi masih aja begitu, contohnya tadi pagi eh dia malah tidur lagi setelah sholat bukannya ngaji atau bantuin di dapur ". Lagi-lagi Ibu mengadu.
"Betul itu A ". Fiya, Bila dan Abi menjawab dengan serempak.
"Kalian itu kalau urusan lapor melapor aja jadi kompak, dasar". Salma mencebik sebal.
"Kan ga setiap hari juga aku gitu, hari inikan waktunya Salma istirahat, jangan capek-capek supaya pas acara nanti fresh gitu, maaf deh ibuku yang cantik jangan marah-marah". Salma memeluk dari pinggir karena Salma duduk berdekatan dengan sang ibu.
"Ya sudah nanti dilanjut lagi ngobrolnya nih katanya mau pada makan, udah siang bapak mau ke kolam". Bapak menengahi perdebatan keluarganya. Dalam hatinya bersyukur karena semuanya saling menyayangi.
Sarapan pun berlangsung, terlihat si bungsu Abi yang berebut makanan dengan Bila. Ibu dan bapak hanya bisa menggelengkan kepalanya. Karena kebiasaan sering terjadi ketika makan.
Rencananya bapak akan pergi ke kolam untuk mengambil ikan sedangkan ibu akan pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk keperluan memasak acara besok. Karena besok akan ada acara lamaran Salma dengan Dika. Mereka akan menyiapkan makanan dan olahan-olahan untuk menjamu tamu yaitu keluarga Dika.
Setelah kepergian ibu dan bapak, Salma pergi ke warung diikuti oleh Akmal. Akmal duduk di bangku dekat warung. Salma masuk ke dalam untuk membereskan warungnya.
"Kamu masih jualan Nasi kuning sama bubur ayam? Tanya Akmal melihat-lihat sekeliling warung.
"Iyalah mau apalagi, cuma ini yang bisa dilakukan di kampung, aku ga bisa kemana-mana" Salma menampilkan raut wajah yang sedih, teringat waktu setelah lulus SMA, teman-temannya pergi ke kota, ada yang bekerja, melanjutkan sekolah bahkan ada yang menikah.
Keluarga Salma bukanlah keluarga berada, akhirnya Salma memberanikan ijin untuk pergi ke kota mencari pekerjaan, tapi bapaknya melarang dengan keras Salma pergi. Alasannya dia perempuan, bapaknya takut, pergaulan di kota sangat bebas.
Dengan terpaksa Salma mengikuti keinginan bapak, dengan syarat dibuatkan warung. Salma merasa malu kalau masih meminta uang pada orang tuanya. Ditambah lagi adik-adiknya yang masih sekolah. Berbekal kemampuannya dalam memasak, Salma berjualan makanan.
Disela-sela berjualan pada saat itu, Salma juga mengikuti perkuliahan. Kuliah kelas karyawan yang diadakan di kampungnya dihadiri hanya hari Sabtu dan Minggu.
"Salma" panggil Akmal seketika menghentikan lamunannya.
"Apaan sih ngagetin aja" menjawab dengan kaget.
"Lagian ngelamun aja, anak perawan hobinya ngelamun" ucap Akmal sambil tertawa. Yang ditertawakan hanya memasang muka cemberut.
"Emang kamu ga cape? Pagi-pagi mesti masak, belum lagi kerja".
Belum sempat Salma menjawab, terdengar ada yang mengucapkan salam. "Assalamualaikum" ucap wanita paruh baya yang melangkah kearah Salma dan Akmal.
"Walaikum salam" jawab Salma dan Akmal. Salma menghampiri bersalaman dan mencium tangannya.
"Mamah ada neng" tanya wanita paruh baya yang baru datang. Dan ternyata itu ibu Leni.
"Lagi ke pergi ke pasar, silahkan masuk dulu, nungguin di dalam" Salma mempersilahkan ibu Leni.
"Ga usah neng, nunggu disini aja, kamu juga ada tamu" ibu Leni melirik ke arah Akmal.
"Dia bukan tamu Bu, dia mah semah" ucap Salma menahan tawanya.
"Ibu mau minum apa? Saya buatin dulu" Salma menawarkan minum.
"Buatin teh manis aja neng, emang mamahnya udah lama pergi ke pasarnya? Ucap ibu Leni.
"Sejam yang lalu" jawab Salma, sambil beranjak pergi ke warung membuatkan minuman.
"Sekalian atuh Ma, dari tadi belum ditawarin" ucap Akmal tersenyum.
Melihat keakraban Salma dan Akmal ibu Leni hanya menatap tak suka. Ia tidak tahu bahwa Akmal adalah anak dari Bu Ratna. Pandangan pun tak lepas dari Akmal.
Ibu pun datang dengan Fiya tangannya penuh dengan barang belanjaan. Langsung menatap ke arah warung. "Udah datang Bu, lama nunggunya?" Ucap ibu kepada Bu Leni. Ibu menyuruh Fiya membawa belanjaannya ke rumah.
"Ga lama, tadi lupa mau nelpon dulu" jawab Bu Leni.
"Kenapa tamunya tidak diajak ke rumah atuh teh" ucap ibu pada Salma.
"Masuk yu Bu" ibu mempersilahkan tamunya. Berjalan ke arah pintu namun ibu Ratna kembali menengok ke belakang. "Aa coba jemput bapakmu ke kolam, bisi cape'eun" ibu menyuruh Akmal. Akmal hanya menganggukkan kepalanya.
Saat di dalam rumah, ibu Leni bertanya" itu Akmal? Anakmu?". Bu Ratna mengiyakannya. Ibu Leni kembali tersenyum mendengar jawaban ibu Ratna.
"Ma, ibu tadi siapa? Itu pandanganya meni serem" ucap Akmal
"Mamahnya Dika, mungkin mau ambil baju" jawab Salma
"Ooooohh pantesan" Akmal mengangguk-angguk. "Camer atuh" ucapnya.
Salma hanya tersenyum mendengar kata "Camer". Masih terasa tabu karena perkenalannya dengan Dika yang belum terlalu lama, dan langsung menuju kearah serius.
Salma dan Dika saling mengenal kurang lebih dua bulan. Dika adalah anak dari pemilik toko bangunan yang ada di kampungnya.
Dika melihat Salma yang sedang melayani pembeli. Banyak jenis makanan yang dijual di warung Salma, ada nasi kuning, bubur ayam, aneka gorengan, kopi juga tersedia.
Setiap hari Dika sengaja datang ke warung Salma, tujuannya untuk melihat dan mengenal Salma. Setiap hari juga ia akan membeli kopi sambil nongkrong di warungnya.
Akhirnya setelah dua bulan membeli kopi di warung Salma, pada Minggu kemarin Dika akhirnya bisa mengutarakan isi hatinya. Dan menyatakan bahwa ia akan segera melamar. Tepatnya besok acara lamarannya.
Cieeehhhh dari kopi turun ke hati...
To be continue
...****************...
Ngajiher\= tiduran
Semah \= Tamu, cuma di Sunda suka diplesetkan jadi sebuah singkatan.
Semah (ngaheSekeun Nu di iMah/ nyusahin yang punya rumah)
Maaf jika banyak kata-kata yang salah, typo dimana-mana, karya pertama hanya untuk mengisi waktu luang akibat lockdown jadi banyak waktu terbuang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Desi Desma
heemm ... mulai baca, aku tau menarik😁
2021-08-24
3
Saepul 𝐙⃝🦜
Sudah aku tap favorit ya, nyusul baca nya 🙏
2021-06-21
1
Saepul 𝐙⃝🦜
Wah 😊 baru tau nih kalau penulis juga
2021-06-21
1