Pagi harinya mereka beraktifitas seperti biasa. Bapak pergi ke bekerja dan adik-adik Salma berangkat ke sekolah. Salma hari ini tidak berjualan, ada jadwal rapat pagi -pagi di sekolahnya.
Setelah semua urusan di dapur selesai, ibu kembali ke ruang menjahit untuk melanjutkan memotong kain. Dilihatnya Akmal yang sedang bersantai di ruang tv. Ibu menghampirinya.
"Mal, kapan kamu pergi lagi? Emang ijin berapa hari ke pesantren?" Ibu bertanya pada Akmal.
Akmal menoleh. "Emang mamah udah pengen Akmal segera pergi?" Akmal balik bertanya.
"Bukan gitu atuh Mal, kamu kan kerja di sana juga. Ga enak ijin lama-lama." Ucap ibu
"Besok atau lusa kayanya mah, soalnya hari ini habis pulang dari sekolah Akmal mau nganter Salma nyekar ke makam ibunya sekalian nengok akinya, kemarin kan ga datang kesini" jawab Akmal
"Kenapa ga dengan Dika? Ibu merasa heran.
"Katanya masih belum berani pergi berdua, belum terlalu mengenal. Masih kaku. Emang bener baru seminggu kenalannya?" Akmal membetulkan duduknya.
"Kalau serius ingin melamar iya baru seminggu, tapi kalo kenalannya udah dari dua bulan lalu, Dika nganter ibunya mau jahit baju, kebetulan Salma ada di warung, sambil nungguin ibunya Dika ngobrol di warung sambil ngopi. Dari situlah Dika mulai ngedeketin Salma modusnya setiap pagi selalu beli kopi sama sarapan di sini. Ibu jadi pengen ketawa liat perjalanan cinta Salma" ibu menceritakan awal mula Salma dan Dika. Akmal hanya manggut-manggut tanda mengerti.
"Mamah boleh bertanya?" Ucap ibu menghadap Akmal.
"Mmmmmm" cuma itu jawaban Akmal.
"Perasaan kamu sama Salma bagaimana? Mamah cuma ngingetin, dia itu adik kamu, lagi pula dia sekarang sudah bertunangan" ucap ibu
"Apaan sih mah, sok aneh-aneh" sangkal Akmal
"Mamah tahu perasaan kamu, kamu ga bisa bohongin mamah, sekalipun kamu bisa berbohong kepada orang lain. Mamah tahu itu" ucap ibu.
"Mamah tenang aja, kita itu KELUARGA, aku juga sadar kok, dari pada ngomongin ga penting mending minum kopi di warung" Akmal beranjak pergi meninggalkan ibu.
Ibu hanya menatap punggung Akmal yang beranjak pergi keluar. Ibu tahu betapa besarnya perasaan Akmal untuk Salma.
"Semoga kamu bisa melupakan Salma, bersikaplah seperti kakak". Lirih ibu.
...****************...
Akmal POV
Perasaan apa ini, aku berusaha mengendalikan perasaan untuk Salma. Berusaha mengelak bahwa ini adalah perasaan kakak terhadap adiknya. Tapi hati ini semakin sulit untuk dikendalikan.
Usia kami hanya selisih setahun, sekolah kita seangkatan. Aku mulai mengenal Salma ketika di TK. Saat itu ia selalu diantar oleh bapaknya. Karena bapaknya selalu telat menjemput, aku dan ibu bersama-sama menemani Salma sampai bapaknya datang.
Lama kelamaan akhirnya aku dan ibu jadi mengenal sosok bapaknya Salma. Beliau sosok ayah yang perhatian. Dan baru tahu jika Salma adalah anak yatim. Ia di tinggalkan ibunya pada usia 2 tahun.
Saat itu pula ibuku hanya seorang janda. Kata orang ibu menjadi janda karena ditinggal menikah lagi. Aku tak tahu persisnya karena usia saat bapak menikah lagi masih kecil.
Pada akhirnya mereka sepakat untuk menikah. Kami pun saling melengkapi, aku yang tak punya ayah, Salma yang kehilangan ibunya. Kami jadi keluarga yang lengkap.
Tak lama ibu pun mengandung Fiya saat kami usia sekolah dasar. Karena bapak lihat Ibu yang sudah mulai kecapaian akhirnya menitipkan Salma padaku untuk dijaga layaknya adik. Dari situlah selalu bersama-bersama.
Seiring waktu berlalu. Entah kapan perasaan itu datang. Aku selalu marah ketika Salma berteman atau berdekatan dengan laki-laki lain. Alasannya karena sebagai kakak aku khawatir.
Apakah ini cemburu? Berusaha mengelak. Tapi perasaan ini semakin dalam.
Setelah lulus SMP aku memutuskan untuk pergi ke pesantren dan melanjutkan sekolah. Tadinya kami akan melanjutkan di sekolah yang sama. Dengan memohon kepada bapak dan ibu, aku akhirnya diijinkan oleh bapak. Salma menangis karena akan berjauhan dan ingin sekolah di kota bersama denganku.
Mungkin saat itu adalah keputusan yang tepat, untuk melupakan dan mengendalikan rasa cinta untuk Salma sebelum terlalu dalam.
Tapi sampai saat ini pun masih sama, perasaan untuk Salma tak pernah berubah, masih belum rela melepaskan Salma walau sudah bertunangan. Masih belum menerima saat bapak dan ibu yang menyuruh pulang karena Salma akan bertunangan.
Dan ketika Salma menelpon untuk hadir dalam acara pertunangannya kemarin. Rasanya begitu sakit. Ingin aku beralasan untuk tidak hadir. Tapi begitu banyak pesan yang dikirimkan Salma rasanya begitu tidak tega. Hingga terpaksa aku datang.
Lamunan terhenti ketika sebuah panggilan masuk. Kulihat ponsel dan ternyata nama kontak "nona Kamari" yang muncul. Nama kontak untuk Salma yang tak pernah aku ganti dari dulu, karena bagiku begitu spesial menamai itu.
Nama yang diambil dari nama belakangnya. Diambil nama Karima dan sengaja di ubah jadi Kamari yang artinya kemarin. Berharap rasa cinta untuk Salma menghilang sampai hari kemarin dan besoknya berganti dengan rasa sayang kakak terhadap adiknya.
Saat dia tahu aku menamai itu, dia bertanya "kenapa namanya "nona Kamari" kenapa ga "nona besok" sekalian" ucap Salma dengan marah.
"Buatku Kamari atau kemarin adalah masa lalu, besok adalah masa depan, dan kamu adalah masa lalu bukan masa depanku" jawabku dengan tegas. Salma hanya cemberut mendengar alasannya.
"Kalo gitu aku juga punya julukan untuk kamu, karena muka kamu kotak kaya kotak amal mesjid aku mau namain kamu "kotak Akmal" Salma pun membalas candaanku.
"Pasti banyak yang mau ngisi dong kalo kotak amalnya ganteng kaya gini" sambil berpose kaya model. Sejak saat itulah kami punya julukan masing-masing.
Setelah menerima panggilan, segeralah kuambil kunci motor. Tak lama sampailah didekat gerbang sekolah. Terlihat Salma berjalan menghampiriku.
Salma tersenyum "nunggu lama?" Ucapnya.
"Baru aja, cepet naik, mau kemana dulu?" Seraya memberikan helm kepada Salma.
"Traktir dong, laper nih, udah lama ga mampir ke mang Sofyan setelah itu baru pergi" menaiki motor.
"Sambil jalan aja ya, jangan di mang Sofyan, kalo udah di sana suka lama. Sekalian beli makanan untuk aki. Kita ke aki dulu baru nyekar, habis nyekar kita langsung pulang" ucapku ketika menjalankan motornya.
"Oke deh tapi tempatnya yang enak yang sekalian mau shalat dulu udah jam satu lebih" jawab Salma
"Udah ijin belum sama Dika mau pergi"
"Udah tapi kalo ketemu pas kita jalan coba ijin lagi, ga di jawab pesannya juga"
Diperjalanan akhirnya menemukan tempat yang nyaman untuk makan dan sholat. Ku hentikan dan menyuruh Salma untuk sholat.
"Cepet sholat, biar aku pesenin, mau makan apa?" Tanyaku
"Baso aja" ucapnya singkat.
Sambil menunggu Salma sholat, dan pesanan dibuatkan tiba-tiba Dika datang menghampiri. Bersalaman dan menanyakan kabar. Aku lupa bahwa ini adalah arah ke rumah Dika.
"Salma kemana dulu" Dika melihat-lihat sekeliling.
"Sholat dulu, habis dari sekolah langsung pergi, jadi belum makan dan sholat" ucapku. Kulihat raut mukanya penuh kesal. Salma pun muncul.
"Ada Dika, udah lama? Kok lupa ya, rumahnya emang deket-deket sini" ucap Salma sambil duduk di sebelahku. Semakin kesal muka Dika.
"Iya tadi kulihat motor kamu, jadi aku samperin. Kenapa ga bilang dari malem kalo kamu mau pergi nyekar dan nengokin aki, akukan bisa anter" ucap Dika penuh penekanan.
"Udah dipesenin ga, mau pesen apa? " Bukannya dijawab Salma malah menawarkan makanan.
"Udah tadi dipesenin sama Akmal, itu jawab dulu pertanyaannya" Dika semakin tinggi nada bicaranya.
"Oh, kebetulan Akmal masih disini, santai lagi, takutnya ganggu kalo kamu nganterin aku. Sekalian ngobrol juga dengan Akmal, jarang-jarang bisa ngobrol begini, besok dia kan pergi lagi" Salma memberikan penjelasan dan melirik kepadaku.
"Tapi aku bisa usahain tetep nganterin" Dika masih tidak terima penjelasan Salma.
"Udah ini bisa diselesaikan dengan kekeluargaan, urusan rumah tangga jangan dibahas disini, malu tuh makanan udah Dateng" ku potong pembicaraan mereka karena bakal panjang urusannya, dan kulihat makanan udah dianter.
"Apaan sih rese" Salma cemberut.
Makanan pun telah habis, aku beranjak pergi. Memberikan waktu pada mereka untuk menyelesaikan kesalahpahamannya berdua. Salma yang tidak peka, dan Dika yang cemburu dan pemarah.
Kulihat dari jauh, mereka sudah tenang, Dika kembali berbicara lembut, dan tersenyum. Salma yang tersenyum malu-malu mendengarkan Dika. Kembali ku hampiri, karena waktu sudah semakin sore, takut pulangnya kemalaman.
"Udah belum nih kangen-kangenannya, baru aja semalam ketemu?" Ku goda mereka. Mereka hanya tersenyum-senyum.
"Jadi gimana? Mau sama Dika atau sama aku nih?" Tanyaku
"Ya udah sama kakak kamu aja, aku mau anterin barang dulu" jawab Dika sambil berdiri.
"Yakin nih? Ga marah lagi" sengaja terus menggoda Dika.
"Tunggu bentar Ma, aku mau beli makanan dulu untuk aki, sekalian bayar makanannya, titip salam aja sama aki dan Nini ya, maaf belum bisa nengok" ucap Dika.
Kami pun berpisah, aku dan Salma melanjutkan pergi. Dika kembali ke tokonya.
Saat sampai, sesuai rencana Salma nengok ke rumah aki dulu. Ternyata di rumah ada Nini, aki dan Teh Ila anak dari Wa Rosdi. Mereka terlihat senang saat aku dan Salma datang.
Dilanjutkan dengan pergi nyekar ke makam ibunya. Mengaji dan mendoakan almarhum ibunya. Salma begitu sendu. Ku ajak untuk pulang karena sudah terlalu sore.
Di perjalanan Salma bercerita banyak tentang kesehariannya. Dia bahkan bertanya keseharianku di pesantren. Notifikasi hari ponsel Salma menghentikan obrolan kami.
Kulihat dari spion depan dia tersenyum ketika melihat ada pesan masuk. Tak perlu bertanya siapa yang mengirim pesan. Karena pasti jawabannya Dika. Senyumnya tak lepas dari bibir mungilnya. Ada raut kebahagiaan tercipta dari wajah Salma.
Apa yang harus aku rasakan saat ku melihat senyum bahagia Salma? Bahagia atau sedih? Kembali berpikir bahwa aku tak boleh egois, aku akan bahagia jika Salma bahagia.
"Aku akan bahagia dan melepaskan kamu dari hidupku. Berbahagialah "nona Kamari". Kau adalah masa laluku. Walaupun ku sangat ingin menjadikanmu masa depanku". lirihku dalam hati.
...****************...
Kamari\= kemarin
Jadi inget lagu Anji Drive-Melepasmu
Semakin ku menyayangimu, semakin ku harus melepasmu dari hidupku
(Curahan hati Akmal)
Banyak yang ga nyambung, baru belajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Fara Sausan
Baru belajar aja udah keren gini karya mu
2022-09-11
1