SAAT KE KOTA JODOH PUN ADA DI KOTA

Saat malam tiba, setelah melaksanakan shalat isya berjamaah, keluarga pa Wirya sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton tv. Ngobrol dan bercengkrama dengan semua anggota keluarga adalah cara terbaik untuk berkomunikasi menciptakan kehangatan.

Ibu memberitahukan bahwa untuk acara lamaran besok, ibu telah menjahit acara baju yang segaram. Ibu memang seorang penjahit. Bukan untuk keluarga tapi ia juga sering menerima pesanan orang lain.

"Itu baju udah pada dicobain ga? Aa ukurannya ga ubah kan?" Ibu bertanya pada anggota keluarganya. Semuanya mengiyakan.

Fiya, Bila, Abi sudah berpindah ke kamar masing-masing. Bapak, ibu, Akmal, serta Salma melanjutkan obrolan.

"Pa, mah besok acaranya jam berapa?" Akmal bertanya mengenai acara lamaran.

"Habis asar kayanya mah, soalnya kemarin mau sore-sore kalo malem takut hujan pulangnya, gelap lagi". Bapak menjawab

"Ma, sudah berapa lama mengenal Dika?" Akmal memandangi Salma dengan intens.

"Yah baru dua bulananlah awalnya Dika suka ke sini sambil minum kopi di warung eh ternyata Minggu kemari dia nembak dan mau langsung lamar". Jawab Salma pandangan tetap pada acara tv

"Emang udah tau bibit, bebet, bobotnya?" Ucap Akmal.

"Taulah orangnya baik, keluarganya juga lumayan, dia juga lulusan sarjana ekonomi. Katanya mah mau ngelamar pekerjaan di perusahaan tapi bapaknya ngelarang, tidak ada yang ngelola toko, maklumlah dia kan anak laki-laki satu satunya sodaranya cewe Kabeh hihihi" Salma menerangkan kepada Akmal.

"Ya sudah semoga jodoh yang terbaik buat kamu". Akmal mendoakan Salma.

"Amiinn". Bapak dan ibu menjawab dengan kompak sedangkan Salma hanya tersenyum.

"Emang kamu belum mau ngelamar Mal?" Kini giliran Bapak yang bertanya pada Akmal

"Ah pasti we kesana arahnya. Belum kepikiran pa, belum nemu calon yang pas". Jawab Akmal dengan malasnya.

"Belum nemu atau kamu ga nyari? Ibu pun ikut bertanya. "Kamu itu bujang bukan akan perawan, laki-laki mah mencari bukan nunggu. mau ibu cariin?" Ucap ibu.

"Pasti lagi ngeceng anak kiyai ya Mal?" Salma langsung menebak.

Akmal diam tak menjawab bahkan tak menyanggah pernyataan ibu. Ia hanya melemparkan bantal pada Salma. Ibu dan bapak hanya tersenyum melihat kelakuan anak-anaknya.

"Seandainya dulu aku diijinin pergi kerja ke kota, pasti dapetnya orang kota". Salma mengeluh.

"Masih inget aja tuh pa anaknya mau bekerja di kota" ucap Akmal.

"Tentu atuh, kamu mah enak dari SMA sampai sekarang masih dikota, aku.... Waktu itu pengen ke kota sampai nangis berhari-hari tetap aja gak diijinin. Alasannya Akmal itu laki-laki, kamu itu perempuan. Padahal mah sama-sama manusia. Cuma beda jender, aku bisa jaga diri" Salma kembali meluapkan kekesalannya.

"Uluh-uluh ini anak mamah masih marah, meni panjang ingetannya" ibu tersenyum mendekati Salma dan memeluknya.

"Untung aja ga diijinin sama bapak, itu niatnya aja udah ga bener, niat mencari jodoh orang kota" Akmal memberikan pernyataannya membuat Salma menyebikkan bibirnya.

"Bukan ke kota aja pa, aku pengen ikut Akmal ke pesantren, sekolah di sana siapa tahu jodohnya anak kiyai atau santri" keukeuh Salma dengan pendapatnya.

"Alah anak kiyai dari mana, sholat aja mesti dibangunin, habis sholat bukannya ngaji malah tidur di sejadah"jawab bapak sambil tersenyum.

"Bener itu pa, tadi pagi juga gitu". Sang ibu menimpali jawaban bapak. Salma cuma cemberut melihat.

"Jodoh itu cerminan kita Ma, tak ada yang tahu tempat, waktu, atau siapa. Tak melulu orang kota berjodoh dengan orang kota, tak setiap anak pesantren jodohnya di pesantren itu pemikiran yang dangkal. Terus masalah waktu, kita tidak tahu kapan jodoh kita datang, walaupun kamu sekarang mau lamaran siapa tahu aku yang duluan nikah dan kamu batal. Kita kan tidak tahu"Akmal mulai memberikan nasihatnya sambil menggoda Salma.

"Baik pa Ustad Akmal, tapi tolong ya ga sampai mendoakan aku batal nikah ya, GA BAIK, harusnya mendoakan itu yang baik-baik" raut wajah Salma menahan amarah.

"Bener itu, tapi bagai mana ya kalau Dika bener-bener membatalkan nikahnya karena tahu kamu itu masih manja kaya gini" ucap ibu

"Ih mamah mah sok malah ikut-ikutan mendoakan jelek, amit-amit deh jangan ngomong gitu, ucapan adalah doa." Salma langsung berbicara dengan nada kesal.

Obrolan pun ternyata berlangsung sampai malam. Mereka yang jarang berkumpul, terutama Akmal yang bekerja di kota, paling menelpon sesekali.

Bapak meminta ijin untuk tidur terlebih dahulu, karena mungkin kecapean tadi dari kolam. Bapak adalah seorang staf di desa. Sehabis dari kantor desa bapak biasa akan menghabiskan waktunya dengan pergi ke sawah atau kebun yang di urus oleh adik iparnya.

Tak lama ibu pun menyusul bapak untuk tidur. "A, jangan lupa cobain bajunya ya, kalo ga pas besok bisa diperbaiki, soalnya kamu keliatan makin kurus" perintah ibu kepada Akmal.

"Makanya cepet cari istri biar ada yang ngurus" ucap ibu sambil beranjak pergi ke kamar.

Tinggallah Salma dan Akmal. "Belum ngantuk?" Tanya Akmal

"Belum kayanya, masih pengen ngobrol, jarang-jarangkan?" Jawab Akmal

"Aku bikinin kopi ya?" Salma bergegas ke dapur

"Jangan kopi ma, udah banyak minum kopi hari ini, teh tawar hangat aja kalo ada".

Tak lama Salma keluar dari dapur dengan membawa dua gelas teh tawar hangat. Akmal begitu penasaran bagaimana calon tunangannya Salma. Terus menanyakannya. Hingga tak terasa mereka pun tertidur diruang keluarga.

Sayup-sayup terdengar ibu yang membangunkan mereka.

"Ya Alloh ini kenapa tidur barengan di sini? Jam berapa mengobrolnya sampe begini. Cepet bangun Mal, sebentar lagi adzan" ibu mengomel sambil membangunkan Salma dan Akmal.

Akhirnya Salma dan Akmal bangun, kemudian Akmal, bapak dan Abi berangkat ke mesjid. Salma masuk ke kamar untuk Melaksanakan shalat subuh.

Selepas melaksanakan shalat, Salma kembali ke dapur membantu ibu membuat sarapan.

"Kamu tidur jam berapa sampe tiduran didepan tv, berdua lagi?"ibu mulai mengintrogasi dengan tangan tidak lepas dari pisau karena sedang memotong sayuran.

"Hehehehe hampir jam dua, kapan lagi ngobrol sama Akmal" mengambil pisau yang dipegang ibu." Sini biar aku aja".

Ibu memberikan pisaunya, sebenarnya ibu menghawatirkan Salma dan Akmal, mereka hanya bersaudara tiri. Bukan tanpa alasan ibunya bersikap seperti itu. Karena ibu tahu hatinya Akmal. Ia melihat bahwa Akmal memiliki perasaan terhadap Salma. Perasaan yang bukan seperti kepada adiknya.

Tak lama Akmal, bapak dan Abi pun datang dari mesjid. Bapak melangkah menuju dapur.

"Udah pulang pa?" tanya ibu yang melihat bapak duduk di kursi. Ibu melihat kearah bapak" lho Akmal mana?"

"Itu katanya mau lanjutin tidur, katanya tadi malem ada yang ngajak gadang" jawab bapak dan segera mengambil teh hangat yang disodorkan ibu.

"Iya, tadi malam keasyikan ngobrol". Jawab Salma.

Hari beranjak siang, persiapan untuk acara lamaran pun telah dilakukan. Bapak hanya beristirahat di kamar. Maklum hari ini hari Minggu. Jadi tidak ada kegiatan yang dilakukan bapak. Sedangkan ibu masih sibuk di dapur.

Saat melihat Salma dan ibu di dapur, Akmal pun pergi ke dapur. "Mah, anak-anak pada kemana?" Akmal menanyakan adik-adiknya. Karena dari tadi setelah sarapan entah pada kemana.

"Ga tahu, paling Fiya dan Bila jalan-jalan. Tuh motor juga ga ada. Kalau Abi mah ke rumah temennya di sebrang jalan" jawab ibu sambil terus sibuk di dapur. Akmal pun kembali ke kamar.

"Teh, coba lihat kedepan, kayanya udah ada yang datang" Ucap ibu, Salma melangkah ke pintu.

"Mah, ini Bi Ami sama mang Deden udah datang, katanya Ema ga bisa ikut" teriak Salma dari arah pintu. Dan Salma mulai bersalaman, Akmal keluar dari kamar dan ikut bersalaman.

"Ada Akmal juga, sehat Mal?" Tanya bi Ami.

"Alhamdulillah sehat. Silahkan masuk Bibi, kenapa Aldi sama Nisa ga ikut" Akmal menanyakan anaknya bi Ami.

"Aldi ga tau kemana kalau hari Minggu teh, Nisa mah nungguin Ema, lagi ga enak badan" jelas Bi Ami.

"Ema sakit bi? Akmal belum sempet nengok, kemarin baru datang" Akmal berkumpul di ruang keluarga. Ibu baru langsung menghampiri adiknya dan menanyakan kabar.

"Biasalah penyakit Ema mah, ga jauh dari sakit maag sama sakit kaki, maklum udah tua" ucap bi Ami.

Pak Wirya keluar dari kamar terus menyapa bi Ami dan suaminya. Percakapan pun berlangsung. Salma ke dapur membawa air minum.

"Ma, gimana wa Rosdi, jadi datangkan?"tanya ibu

"Tadi ngehubungi katanya mau rada Sorean, sekalian Nini juga mau ikut" jawab Salma menyuguhkan minuman dan camilan untuk bi Ami.

"Emang Dika jadi ngelamar kamu, katanya mau jodoh orang kota" goda Akmal sambil lari karena sebentar lagi sendok akan melayang ke arahnya.

"Kotaaaakkkk Akkkmaaalllll" Salma berteriak hendak melemparkan sendok.

"Berisik,,,,, malu ada bi Ami sama mang Deden" ibu menghentikan teriakan Salma sambil memukul pundaknya. Mereka hanya tersenyum melihat kelakuan Akmal dan Salma.

To be continue

...****************...

Betulkah itu??? Saat kita pergi ke kota jodoh pun pasti orang kota.

Tidak ada penelitian yang membuktikan, namun banyak kejadian begitu.

Yang pasti Jodoh di tangan Tuhan......

cerita pertamaku, banyak salah, mohon koreksinya,,, masih perlu belajar.

padahal udah tua masih perlu belajarkah????

Terpopuler

Comments

Arias Binerkah

Arias Binerkah

kakak aku mampir, tengokin juga novel ku ya 🙏🙏🙏

2021-12-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!