Hari terus berganti, minggu pun berlalu. Setelah pertunangannya, Salma sudah mulai mengenal Dika dan keluarganya. Banyak aktifitas dan kegiatan yang dilakukan oleh Salma dan keluarga Dika terutama ibu dan kedua kakaknya mengenai acara pernikahannya nanti.
Waktu terus berjalan. Persiapan sudah mulai dilakukan oleh kedua pihak. Acara pernikahan dua Minggu lagi dilaksanakan, tepatnya setelah pembagian rapor semester kedua. Ibu mulai sibuk membuat olahan makanan.
Tiap hari ada saja keluarga yang dari datang membantu ibu. Entah itu keluarga dari bapak, ibu atau ibu kandung Salma.
"Mah kenapa ga beli aja sih, meni riweuh" ucap Salma.
"Itu tuh bedanya anak jaman sekarang, maunya simpel" jawab ibu
"Bukan gitu mah, kan supaya tidak capek. Mamah masih harus jahit baju keluarga lagi"
"Kan kalo molah makanan ada saudara, ada uwa, bibi pada datang, lagian keluarga kita banyak. Kalo beli itu sedikit. Apalagi mereka ngasihnya banyak yang mentah. Mending diolah, semua kebagian, kebagian capenya juga" jelas ibu sambil tersenyum.
"Terserah deh, susah kalo ngomong sama emak-emak" Salma meninggalkan ibunya di ruang jahit.
"Kamu mau kemana? Kalo tidak ada kegiatan. Bantuin mamah setrika baju yang udah dijahit, itu baru beres baju untuk keluarga Dika. Tinggal punya kita baru dipotong. Bentar lagi ada yang mau kesini bantuin molah. Oh iya Akmal udah ngehubungi kamu?" Jelas ibu pada Salma.
"Kebetulan hari ini aku pekerjaan Salma udah beres, paling besok mau sekolah. Nanti siang kayanya mau ngehubungi Akmal" jawab Salma kembali mendekati ibunya.
"Ya udah cepet tuh setrika baju-baju keluarga Dika, besok tinggal anterin" ibu menyuruh Salma.
Saat akan menyetrika ponsel Salma berdering, ternyata Akmal menelpon.
"Mah ini Akmal nelpon, sini dulu" Salma memanggil ibunya yang akan pergi ke dapur.
"Assalamualaikum" ucap Salma dan ibu
"Walaikum salam, mamah sehat sama keluarga sehat?" Tanya Akmal.
"Alhamdulillah sehat Mal, bagaimana keadaan kamu. Mau kapan pulang?" Ucap ibu.
"Alhamdulillah juga, maaf baru ngehubungi. Paling pulangnya H-2 aja, kayanya Sabtu, soalnya Jum'at baru pembagian rapor. Salma, itu undangannya baru beres dicetak, langsung dikirim aja ya, mudah -mudahan hari Minggu bisa nyampe. Jadi Senin tinggal dibagikan" Akmal menjelaskan perihal undangan.
"Iya, berarti aku tinggal menulis nama-nama yang diundangnya. Kalo aku mah udah ada daftarannya, tidak tahu kalo Dika. Besok mau bicara sama Dika sekalian nganterin baju" ucap Salma.
"Maaf ga bisa lama-lama, lagi ada kegiatan. Salam buat bapak sama adik-adik. Sama saudara-saudara juga. Telpon pun ditutup.
Salma melanjutkan pekerjaan yang tadi di suruh ibunya. Tak lama saudara-saudara mulai berdatangan. Mulai bekerja membuat olahan-olahan makanan. Dan nanti setelah sore mereka akan pulang. Jarak yang dekat membuat mereka tidak menginap di rumah ibu.
Setelah seharian sibuk dengan kegiatannya, malam ini mereka bersantai di ruang keluarga sambil nonton tv. Kedua adik Salma pun ikut bersantai, maklum mereka baru beres melaksanakan ulangan kenaikan kelas.
Bapak menanyakan tentang persiapan ke KUA. Salma menjawab bahwa sudah disiapkan bersama dengan Dika.
Bapak ijin untuk ke kamar istirahat. Tinggallah ibu dan Salma. Salma akan menemani ibunya menjahit baju.
"Fiya udah tidur mah? Jam berapa tadi pulang?"Tanya Salma
"Tadi sih katanya ngantuk, habis ashar udah di kamar" jawab ibu
"Tinggal nunggu ijazah yah, kelulusannya kan udah, rencana ngelanjutin dimana mah"
"Ga tau mamah belum sempet ngobrol, sekarang Fiya jarang ngobrol bahkan ngumpul pun susah, mamah juga sibuk. Tiap hari pasti pergi ijin mau ngumpul sama temannya, tadi pagi juga gitu" jelas ibu.
"Ya ga papalah mah, mau kangen-kangenan sama temannya, sebentar lagi mereka berpisah. Emang udah sembuh yah" ucap Salma.
"Sembuh bagaimana? Ibu bertanya heran.
"Iya tadi pagi muntah-muntah, mukanya juga pucat, kayanya kecapaian" jelas Salma.
"Mungkin masuk angin, soalnya Fiya sibuk ngurusin acara untuk perpisahan" jawab ibu.
Salma terus mengobrol sambil menemani ibu menjahit supaya ibunya tidak ngantuk. Tepat tengah malam, ibunya mulai mengantuk dan mengajak Salma untuk tidur.
Salma pergi ke kamarnya. Sebelum ke kamar Salma pergi ke kamar adik-adiknya. Pertama Salma melihat Abi adik bungsu dilanjutkan dengan pergi ke kamar Fiya dan Bila karena mereka tidur berdua. Kamar di rumah bapak hanya ada empat kamar, terpaksa mereka tidur berdua.
Saat pergi ke kamar Fiya, Salma menghampiri melihat dengan lekat wajahnya.
"Kamu pasti capek, setiap hari pergi latihan untuk persiapan perpisahan. Jangan capek-capek, istirahatlah, teteh ga mau kamu sakit lagi" lirih Salma mengusap rambut Fiya.
Salma khawatir jika Fiya kembali sakit. Dulu Fiya sakit parah hingga harus dilakukan operasi. Pasca operasi Salma yang menjaga dengan telaten. Ibu mengurus Bila dan Abi. Sedangkan bapaknya sibuk. Karena itulah sampai sekarang Salma selalu lebih memperhatikan Fiya.
****************
Setiap hari Salma bangun pukul tiga pagi, ia akan bersiap memasak bubur ayam atau nasi kuning untuk jualan di warung. Biasanya dibantu dengan ibu dan Fiya. Pagi ini ibu belum bangun, mungkin karena kecapaian. Terlihat Fiya yang sudah bangun dan langsung ke kamar mandi.
Salma mendengar Fiya muntah-muntah di kamar mandi, lalu menghampiri dan membantu mengusap-usap punggungnya. Wajah Fiya terlihat sangat pucat. Salma pun sangat khawatir.
"Udah keluar semuanya" tanya Salma yang melihat Fiya sudah berhenti muntah-muntah. Salma menyuruh Fiya untuk duduk di kursi. Kembali Salma ke kamar mandi membersihkan bekas muntahan Fiya.
"Ke kamar dulu ya, istirahat. Teteh bikinin dulu air jahe, biar mendingan. Kamu pasti suka telat makan yah" suruh Salma.
Fiya pun pergi ke kamar. Saat tiba di kamar Fiya langsung menangis tanpa suara. Tak lama Salma pun datang membawa air jahe hangat.
"Coba minum, sakit banget sampai harus nangis" ucap Salma. Fiya langsung memeluk Salma.
"Coba ini minum, kebiasaan kalo di suruh minum obat teh suka nangis, ini ga pahit" Salma menyodorkan gelasnya. Fiya langsung meminumnya.
"Tidur aja lagi ini masih subuh, belum adzan. Besok kamu istirahat ga usah kemana-mana, kamu kan udah bebas ga belajar, jangan dulu latihan" Salma menutupi tubuh Fiya dengan selimut dan pergi ke kamarnya kembali.
"Teteh maafin Fiya" entah karena apa Fiya meminta maaf.
"Udah ga papa kamu kan lagi sakit, jadi ga usah bantu teteh, kebetulan hari ini teteh masaknya sedikit, teteh mau ke sekolah" jelas Salma yang melihat kesedihan Fiya.
Setelah dari kamar Fiya, Salma pergi kembali ke dapur, sambil menunggu adzan subuh, Salma melanjutkan memasak. Adzan subuh pun berkumandang.
Selepas shalat subuh, Salma ke dapur untuk melanjutkan memasak dan membuat sarapannya. Abi dan bapak dari pulang dari mesjid. Ibu selesai shalat subuh dan membantu Salma.
"Fiya mana teh?" Tanya bapak sembari duduk di tikar. Tak lama ibu memberikan teh manis kepada bapak.
"Sakit pa, tadi pas bangun muntah-muntah mungkin maag nya kambuh, kayanya suka lupa makan tuh anak" jawab Salma.
"Iya mamah sekarang sibuk jadi tidak memperhatikan Fiya. Kamu kapan berhenti berjualan? Berhenti dulu kan mesti persiapan" ucap ibu
"Masih lama atuh mah, nanti kalo udah ada undangan mau berhenti jualan, fokus ke pernikahan, sekarang kan masih banyak waktu" Salma memindahkan masakannya pada wadah.
"Terserah kamu aja, yang penting tidak capek. Udah masaknya?" Ucap ibu, menghampiri Salma.
"Udah mah, tinggal membawa ke warung aja. Aku pindahin dulu ke warung ya, kalo mau sarapan tinggal ambil aja tadi udah disiapin di dapur" Salma pergi ke warung dengan membawa nasi kuning dan lauknya untuk berjualan.
Pagi ini seperti biasa, Salma sibuk melayani pembeli, ada yang dibungkus, ada yang makan di tempat.
Hari ini Salma melayani pembeli sendiri, ibunya sibuk dengan menjahit karena baju untuk acara pernikahannya belum beres. Fiya sakit dan sedangkan Bila disuruh Salma untuk menemani Fiya di kamar.
Setelah dagangannya habis, Salma akan pergi ke sekolah. Saat akan berangkat Salma ijin ke ibunya. "Mah, Abi sama Bila udah berangkat?"
"Udah tadi, Fiya masih di kamar, katanya hari ini pengen istirahat" ibu melanjutkan pekerjaannya.
"Aku ke sekolah dulu ya mah, tapi mau lihat dulu Fiya, udah sarapan belum mah" beranjak ke kamar Fiya. Dan membuka pintu. Terlihat Fiya tidur di ranjangnya.
"Gimana mendingan? Udah sarapan belum" Salma mengusap dahi Fiya dan membetulkan selimut. Fiya hanya menganggukkan kepalanya.
"Teteh pergi sekolah dulu, kalo ada apa-apa mamah ada di rumah, istirahat ya" suruh Salma.
Salma keluar dari kamar Fiya lalu mengambil tas di kamarnya. Ia beranjak pergi ke depan. Saat akan menghidupkan motornya, ibu berteriak-teriak.
"Teh,,,,, Ma,,,,,,, Salma,,,,,,,"teriak ibu
"Ada apa mah, meni teriak-teriak aku juga masih disini" ucap Salma mematikan motornya kembali.
"Kirain udah mau berangkat, ini loh baju untuk keluarga Dika kan sudah selesai, sekalian anterin yah" ibu menghampiri Salma memberikan kantong berisi baju.
"Besok aja ya mah, besok Salma jadwalnya kosong, hari ini kayanya bakal sibuk deh di sekolah, bakal sore pulangnya, terus kayanya langsung pulang, aku khawatir Fiya lagi sakit, kalo nanti sore masih sakit, aku mau di bawa ke dokter" Salma menolak titah ibunya.
Tanpa memaksa ibu pun menyetujui. Ibu melihat Salma berangkat sekolah. Ibu kembali ke rumahnya dan melihat keadaan Fiya.
Ternyata benar Salma sangat sibuk membantu para guru dan senior lain yang meminta bantuan ini dan itu. Jam pun sudah menunjukan pukul 14.00. Perutnya mulai keroncongan meminta diisi.
Setelah pekerjaan hari ini dianggap selesai, ia segera pergi ke mushola. Saat akan pulang karena sudah terlalu lapar akhirnya mampir ke warung bakso mang Sopyan.
"Bu Salma baru pulang? Sendiri atau sama siapa gitu" tanya mang Sopyan dan memberikan pesanannya. Mang Sopyan ingin memancing Salma untuk berbicara tentang calonnya.
"Iya mang, sendiri aja Akmal udah balik lagi. Hari ini banyak kerjaan, cape dan laper, takut nanti ga kuat nyampe rumah" Salma menjawab datar, setahunya pasti menanyakan Akmal karena selalu bersama Akmal ketika mampir.
"Wah jangan nahan lapar, nanti sakit. Bahaya calon manten ga boleh sakit. Sekolah mah wajar alasannya tidak masuk karena sakit, kalo penganten ga ada di pelaminan alasannya sakit kan ga lucu Bu" mang Sopyan mulai menggoda Salma.
"Eh mamang tahu dari mana Salma akan menikah" ucap Salma keheranan. Karena Salma belum memberi tahukan rencana pernikahannya kepada yang lainnya kecuali pada keluarga. Ia baru akan memberitahu nanti setelah undangannya selesai dan dibagikan.
"Udah pada tahu atuh Bu, semua guru juga. Kalo pada makan di sini juga pada ngomongin Bu Salma mau nikah" ucap mang Sopyan dengan semangat.
"Ih suka pada ngegosip aja, jangan panggil IBU mang kaya sama siapa aja" Salma tersenyum merasa risih pada panggilan mang Sopyan.
"Ga apa-apa Bu, takut nanti ada siswa yang denger nanti disangkanya Bu Salma bukan guru lagi" ucap mang sopyan.
"Terserah mamang aja deh nyaman gimana, hanya saja ga setua itu untuk di panggil IBU" Ucap Salma keukeuh
"kalo mamang manggil "neng" entar banyak yang ngegoda lagi"
Salma akhirnya mengalah, terserah saja mau manggil apa aja.
"Eh apa kabar ya temen-temennya Bu Salma? Meni kangen mamang? Pasti datang dong kalo nikahan Bu Salma?" Tanya mang Sopyan.
"Sama mang Salma juga kangen, mudah-mudahan aja pada datang. Mau ngehubungi mereka tapi lupa, kemarin kena musibah HP ada yang minjem ga ijin" jawab Salma dengan sedih mengingat kejadian kehilangan HPnya.
"Kok bisa sih Bu, makanya sing apik atuh, untung cuma HP yang diambil orang coba kalo calon suaminya kan bisa repot" mang Sopyan tersenyum menggoda Salma.
"Ya Alloh jangan dong mang, aku ga jadi nikah kalo gitu mah" ucap Salma.
"Tapi tenang aja Bu, kalo ibu tidak jadi nikah masih banyak yang mau pasti sampe ngantri" Salma kembali tersenyum.
"Ah mulai ngaco deh" Salma tersipu malu.
"Eh jangan salah Bu, Itu bapak-bapak guru yang masih sendiri suka ngomongin Bu Salma, katanya mereka sedih sampe patah hati mendengar Bu Salma mau nikah. Nanti pas hari pernikahannya mau dijadikan hari patah hati kaya waktu Raisa menikah"
"Ada-ada aja, sampe ada hari patah hati segala"
"Beneran Bu, itu laki-laki kenapa pada ga berani aja sama ngomong ke Bu Salma, padahal mah kalo ga berani ngomong di depan tinggal telpon atau kirim pesan. Giliran udah mau nikah aja heboh patah hati" Salma hanya tersenyum mendengar mang Sopyan bercerita.
"Selama janur kuning belum melengkung masih milik bersama, masih bisa usaha untuk mendekati dan menyatakan perasaannya. Dasar merekanya aja banyak kem___aluan" lanjut mang Sopyan membuat Salma tersedak. Sementara pembeli lain hanya tersenyum mendengar pernyataan mang Sopyan.
"Uhuk....uhuk......" Salma segera meminum air.
"Ih mamang ngomongnya. Bukan banyak kem___aluan tapi kebanyakan malu, pemalu. Terlalu semangat jadi we pabeulit" Salma menghabiskan air minumnya. Menengok ke samping, takutnya ada yang mendengar.
"Lah pabeulit gimana, sama aja artinya pemalu, eraan, weuh kawani" sangkal mang Sopyan tidak mengerti letak kesalahannya.
"Yey bukan.....beda antara banyak kem___aluan sama kebanyakan malu" jelas Salma mengambil air minum di depan.
"Ih sama, bedanya apa coba" mang Sopyan minta penjelasan.
"Salma jelasin tapi baksonya gratis ya mang". Mang Sopyan kini duduk di depan Salma. Kebetulan saat ini warungnya tampak sepi, jadi tidak banyak pembeli.
Salma mulai menjelaskan" kita jelaskan dulu yang kebanyakan malu, yang dikasih imbuhan Ke-an nya itu kata "banyak jadi Ke-banyak-an" jelas malunya yang banyak atau pemalu ngerti ga mang?". Mang Sopyan hanya mengangguk.
"Nah coba yang banyak kem___aluan, yang dikasih imbuhan ke-an itu kata "Malu" menjadi ke-malu-an. kata KEM___ALUAN itu sendiri menunjukan kemana, mamang punya ga kem___aluan? Salma mencoba menjelaskan.
"Ya punya lah" jawab mang Sopyan singkat sambil melihat ke bawah.
"Ga perlu dilihat juga mang" Salma kini menggoda mang Sopyan. Mang Sopyan hanya tersenyum-senyum malu.
"Nah udah tahu kan coba sekarang pahami, berarti banyak kem___aluannya yah mang." jelas Salma yang membuat mang Sopyan tertawa terbahak-bahak.
"Hahahhahahahhaha mamang jadi malu, maaf ya Bu Salma sekolah mamang hanya tamatan SD, mamang juga bukan ahli bahasa, mamang mah ahlinya jadi tukang bakso makanya dari dulu tetep aja dagang bakso" mang Sopyan beranjak pergi karena ada pembeli masih dengan senyum-senyum.
"Untung aja ga ada anak sekolah mang" Salma berbisik. Mang Sopyan pun tersenyum malu.
"Bentar ya Bu, kalo sama Bu Salma teh pasti gini, apalagi kalo ada temen-temennya. Pasti seru" mang Sopyan kembali melayani pembeli.
Saat mang Sopyan tengah melayani pembeli, ponsel Salma berdering ternyata Fiya menelpon ingin dibawakan rujak. Sekalian saja Salma menawarkan bakso pada orang rumah.
"Mang bungkus ya lima" Salma tidak beranjak dari mejanya.
Setelah membungkus baksonya mang Sopyan membawa ke meja Salma. Dan menyerahkannya pada Salma.
"Berapa mang?" Salma mengeluarkan dompetnya.
"50.000 aja Bu" jawab mang Sopyan. Salma keheranan.
"Yang tadi di makan Bu Salma gratis anggap aja bonus menemani mamang dan memberikan ilmu tentang MALU ditambah imbuhan Ke -an " mang Sopyan memberikan kembalian uangnya.
"Jangan mang Salma tadi cuma bercanda, terlalu sering juga dikasih gratis" Salma merasa tak enak.
"Ga papa Bu, saya ikhlas. Asal jangan lupa undangannya, insya Alloh mamang datang"
"Terima kasih, Jazakallahu Khairina katsiron. Insya Alloh undangannya pasti dikasih dan harus datang. Tenang aja undangannya SPECIAL untuk Mang Sopyan yang banyak KE-MALU-AN" goda Salma sengaja mengeja kata terakhir. Mang Sopyan hanya tersenyum.l Malu.
Salma pun pergi dari warung mang Sopyan, terus membeli rujak pesanan Fiya, sebenarnya ragu karena Fiya lagi sakit takutnya maagnya kambuh kalo makan rujak, tapi karena merengek jadi terpaksa Salma mengikuti kemauan Fiya.
Setelah pesanannya sudah Salma segera pulang, tak tahan untuk segera ganti pakaian dan menyegarkan badannya. Diperjalanan Salma hanya tersenyum mengingat obrolan dengan mang Sopyan.
Mang Sopyan dari dulu berjualan di dekat SMP, dari Salma masih menjadi siswa hingga Salma bekerja di SMP itu.
Dulu waktu sekolah dan sekarang pun jika kumpul bersama temannya pasti tujuannya di warung mang Sopyan. Bukan hanya teman-temannya, bahkan mang Sopyan pun mengenal keluarga Salma. Itulah mengapa mereka tampak akrab.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
to be continue
****************
Dua kali setor ditolak, mudah-mudahan ini ga ditolak lagi. Sampai bingung mau ngasih judulnya.
Pabeulit\= kacau
Eraan \= pemalu
Weuh kawani \= tidak ada yang berani
Hanya cerita biasa, mengisi waktu luang akibat banyak waktu yang terbuang. (Tama Kaluman)
Oh Pandemi cepatlah berlalu. 😷😷😷😷😷
Tetap Semangat dan jaga kesehatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments