Hari ini, keluarga dari pihak ibu kandung Salma datang untuk menghadiri pertunangannya. Ibu kandung Salma bernama Ida, memiliki kakak laki-laki yaitu pa Rosdi.
Pa Rosdi datang bersama ibu dan istrinya. Ibu yang dimaksud adalah neneknya Salma bernama Tinah. Tidak tampak kecanggungan antara keluarga Almarhum Ida dengan Bu Ratna mamah tirinya Salma, yang ada hanya kekeluargaan dan kehangatan, karena bagi pak Rosdi tak ada kata mantan keluarga.
Selain keluarga dari almarhum Bu Ida, keluarga Bu Ratna dan pak Wirya pun turut hadir. Rumah jadi terasa ramai saat keluarga berkumpul.
Saat ini bapak-bapak sedang mengobrol diruang tamu. Ibu dibantu dengan istri-istri saudaranya sibuk memasak dan mempersiapkan makanan yang akan dihidangkan. Salma dan kedua adiknya pun ikut bergabung di dapur. Suasana karena candaan-candaan mereka.
"Mah, teh Salma mah takut keduluan sama Fiya, makanya tunangannya dicepetkan" ucap Fiya menggoda sang kakak.
"Emang Fiya udah ada niatan nikah cepet gitu?" Hani istrinya pa Rosdi bertanya.
"Hihihi maunya sih gitu" jawab Fiya dengan cengirannya.
"ga sekolah gitu neng Fiya" ucap Ni Tinah menanyakan sekolah Fiya karena setahunya Fiya masih sekolah.
"Ga Ni" jawab Fiya singkat dengan tersenyum.
"Wah wah sebentar lagi kamu dapat dua mantu Na, gimana atuh Akmal udah keduluan lagi sama adik-adiknya" ucap Ni Tinah kepada Bu Ratna.
"Jangan didengerin Ema, nih anak sok diajar ngabohong, kamu itu baru kelas 3 belum tamat" ibu menjewer Fiya.
"Sakit aduh duh sakit mah,,, lepasin"Fiya mengaduh kesakitan. "Ngabohong gimana kan kata Nini nanyanya Fiya ga sekolah, pasti jawabannya enggak, inikan hari Minggu mamah" Fiya menjelaskan sambil mengusap-usap telinga.
Mendengar jawaban Fiya semua tertawa terbahak-bahak. Ibu hanya tersenyum penuh kekesalan.
"Iya atuh nini yang salah, seharunya nanya udah tamat sekolah atau belum" Nik Tinah meralat pertanyaannya.
Waktu menunjukan pukul 15. 00. Terdengar panggilan dari ponsel Salma, lalu mengangkatnya. Ternyata Dika yang menelpon memberitahukan bahwa ia dan keluarga akan berangkat dan akan melaksanakan shalat ashar di mesjid dekat rumah Salma.
Ibu memerintahkan keluarganya supaya bersiap-siap, terutama untuk Salma. Untuk kaum laki-lakinya bapak mengajak untuk pergi ke mesjid dulu.
...****************...
Acara pun dimulai, Salma masih di kamarnya. Keluarga dari Dika sudah datang, terlihat kedua orang tuanya, dua orang kakak perempuannya bersama anak dan suaminya. Dan tak lupa nenek dan kakeknya ikut hadir.
"Fiya, coba panggil teteh nya. Ini udah siap" ibu menyuruh Fiya.
"Biar saya saja" sahut Heni istrinya pa Rosdi.
Di kamar, Salma sedang duduk di meja rias. Terdengar ketukan dan masuklah Hani kedalam kamar.
"Ayo siap-siap ma, semuanya udah kumpul di depan" perintah Hani kepada Salma.
"Gimana penampilannya Wa, apa yang kurang" sambil mengusap-usap pipinya.
"Udah cantik kok, ayo keluar" ucap Hani sambil membenarkan kerudung Salma. Dan Manarik tangan lalu menggandengnya keluar kamar.
Saat tiba di ruang tamu, Salma langsung duduk di sebelah bapak dan ibu. Terlihat Akmal yang duduk di sebelah bapak. Fiya langsung mendekati Salma dan berbisik.
"Teteh meni mencrang gitu calonnya, Fiya juga mau" Fiya menggoda kakaknya. Salma hanya tersenyum kaku mendengar candaan Fiya.
Gugup, malu mungkin itu yang dirasakan Salma. Telapak tangannya terasa dingin. Keringat terus bercucuran.
"Assalamualaikum wr wb. Sebelumnya saya ucapkan selamat datang di gubuk kami, dan maaf jika jamuannya tidak sesuai dengan yang diharapkan keluarga nak Dika. Baik langsung saja karena saya rasa tidak ada yang perlu ditunggu lagi, silahkan dari keluarga nak Dika menyampaikan maksud kedatangannya" pa Rosdi membuka acaranya.
"Wa'alaikumsalam wr wb. Saya sebagai orang tua dari Dika mengucapkan terima kasih kepada pa Wirya dan keluarga karena mau menerima kedatangan kami yang tentu mempunyai maksud dan tujuan. Kebetulan saya datang bersama dengan istri yang tak lain mamahnya Dika mungkin sudah tahu ya Bu Ratna, karena ibunya Dika itu pelanggan Bu Ratna" ucap pa Bani memperkenalkan keluarganya.
"Ini juga kedua kakak perempuan Dika datang bersama suami dan anak-anaknya. Dan ini yang paling riweuh kakek dan neneknya Dika yang sejak dari pagi pingin segera berangkat. Maklum Dika cucu kesayangannya, cucu laki-laki satu-satunya di keluarga beliau. Adik saya juga anaknya perempuan semua. Kebetulan hari ini tidak ikut ke sini karena jauh dia di Medan ikut suaminya" pa Bani terus berbicara dengan candaan-candaannya.
Keluarga pa Wirya hanya mendengarkan pak Bani. Pak Bani melanjutkan lagi pembicaraannya.
"Ini kenapa jadi berbelit-belit ya, suka lupa kalau sudah berbicara teh. Dilanjut ke intinya aja. Minggu kemarin Dika mengobrol dengan keluarga, katanya ada perempuan yang sudah bikin dia jatuh cinta dan bahkan sudah menjalin hubungan dengannya" pak Bani mulai menyampaikan tujuannya.
"Apakah betul Dika, kamu sudah menjalin hubungan dan akan melanjutkan hubungan yang lebih serius dengan anaknya pa Wirya? Siapa teh namanya?" Pak Bani melihat Dika, ibu Leni hanya menggenggam tangan Dika.
"Salma pa" jawab Dika menunduk menahan kegugupannya.
"Siapa coba nama lengkapnya, mungkin saja kamu tidak tahu karena katanya baru mengenal" pak Bani malah menggoda anaknya.
" Nurul Salma Karima" jawab Dika dengan lantang masih terlihat kegugupannya.
"Ya sudah coba kamu sekarang ngomong ke keluarganya berani ga" ucap pak Bani terus menggoda anaknya.
Dika mengangkatkan kepalanya. Melihat ke sekelilingnya. Dilihatnya seluruh anggota keluarga Salma. Terakhir dia melihat pak Wirya dan berbicara.
"Pak, saya mau meminta ijin untuk melamar anak bapak yang bernama Nurul Salma Karima dan akan melanjutkan hubungan nanti ke arah yang lebih serius yaitu pernikahan" Dika langsung menyampaikan maksudnya ke pak Wirya. Salma hanya menunduk.
Kini tujuan dan maksud keluarga Dika sudah tersampaikan. Tinggal menunggu jawaban dari Salma dan keluarga.
"Saya selaku bapaknya Salma ingin mengucapkan terima kasih terlebih dahulu mau berkunjung ke gubuk. Tadinya saya bingung, akhirnya kebingungan saya terjawab, ternyata ada maksud dan tujuannya" pak Wirya berbasa-basi.
"Baiklah nak Dika dan keluarga, untuk masalah lamaran saya hanya bisa merestui, kalau untuk keputusannya semuanya ada pada Salma sendiri. Bagaiman Salma? Bapak melihat Salma.
Salma masih terlihat gugup, ia masih saja tertunduk.
"Ma, bapak mau bertanya, benar kamu menjalin hubungan dengan Dika dan ingin melanjutkan kearah yang serius? Tanya pak Wirya pada Salma.
"Iya pak" jawab Salma singkat.
"Dika itu orang kota bukan?" Pak Wirya bertanya pada Dika. Keluarga dari Dika saling menatap kebingungan.
"Bukan pa, saya orang sini, cuma beda kampung saja" ucap Dika. Bapak hanya tersenyum mendengar jawabannya.
"Gimana Ma, ternyata Dika masih orang sini juga cuma beda kampung" pak Wirya mengeluarkan candaannya, ia melihat anaknya yang sedang gugup. Seolah mengerti kebingungan yang dirasakan keluarga Dika pak Wirya pun menjelaskan.
"Gini nak Dika, Salma itu dari dulu cita-citanya pengen ke kota, dulu sampe nangis dan mogok makan berhari-hari gara-gara kakaknya pergi ke pesantren yang katanya di kota. Dia juga ingin mempunyai jodoh orang kota, nah nak Dika kan orang sini, bapak takut Salma terpaksa menerima lamarannya" ucap bapak menjelaskan dengan tersenyum.
Mendengar penjelasan pak Wirya semua orang tertawa. Salma hanya mendengus kesal.
"Gimana Ma?" Pak Wirya terus menggoda Salma. Salma makin tertunduk malu.
"Tapi kan nak Dika pernah tinggal di kota ya?" Tanya pa Wirya kepada Dika.
"Pernah pa, saya kuliah di Bandung" jawab Dika.
"Tuh kan Ma, setidaknya Dika pernah jadi orang kota, kamu bisa pergi dengan Dika nantinya ke kota" makin kesal saja Salma. "Sok atuh jawab, gimana? Keluarga Dika menunggu jawabannya". Ucap pak Wirya.
Dengan sedikit kesal pada bapaknya Salma pun menjawab "iya pak saya terima, insya Alloh Salma siap melanjutkan ke jenjang pernikahan"
"Alhamdulillah" hanya itu jawaban yang terucap dari Dika dan keluarga.
"Berarti kita hanya tinggal menentukan hari pernikahannya" ucap pak Bani.
Pembicaraan pun terus berlanjut diselingi dengan jamuan dari keluarga pak Wirya. Keputusan telah disepakati bahwa Salma dan Dika akan menikah terhitung 4 bulan dari sekarang yaitu saat libur menjelang tahun ajaran.
Memilih acara liburan tahun ajaran karena Salma libur, Akmal juga akan lebih leluasa membantu karena libur juga. Serta adik-adiknya yang tidak terganggu acara sekolah.
Setelah kepulangan keluarga Dika, satu persatu keluarga bapak pun ikut pulang. Salma mulai membereskan rumah, dibantu dengan adik-adiknya. Akhirnya pekerjaan selesai. Rumah kembali beres, tinggal melaksanakan shalat magrib dan menunggu isya.
...****************...
Salma POV
Hari ini terlewati dengan baik, rasa gugup, deg-degan, malu berganti dengan ketenangan setelah keluarga Dika pulang.
Kubaringkan tubuhku di kasur. Sambil menerawang membayangkan yang akan terjadi. Pernikahan didepan mata.
Terdengar pintu dibuka dan ternyata Akmal berdiri di depan pintu.
"Boleh aku masuk" tanya Akmal
"Masuk aja" jawabku
"Gimana seneng ga, secara udah dilamar". Akmal menggodaku
"Masih bingung Mal, ragu juga. Secara kan belum lama mengenal baik dengan Dika ataupun keluarganya" ucapku sambil duduk di tepi ranjang. Sedangkan Akmal duduk di kursi rias.
"Pernikahannya kan masih empat bulan, gunakan proses itu untuk saling mengenal" Akmal mulai menasehati ku. Aku hanya menganggukan kepala tanda menyetujui pendapatnya.
Kamipun melanjutkan obrolan-obrolan ringan. Lebih ke Akmal yang menasihatimu. Ponselku pun berbunyi tanda pesan masuk. Kuusapkan untuk membuka ponsel. Ternyata Dika mengirimkan pesan.
My Dika : Satu langkah terlewati, semoga lancar sampai hari H👩❤️👩😍. Amiinn.
Aku : Amiinn"
Ku membalas pesannya sambil tersenyum. Kulihat Akmal memperhatikanku.
"Siapa? Tanya Akmal. Tanpa menjawab ku perlihatkan pesan yang dikirimkan Dika pada Akmal.
"Cihhh my Dika,,,,, satu langkah terlewati" Akmal mendengus mengulang pesan Dika, lalu beranjak keluar.
"Bilang aja ngiri, mau kemana?" ucapku berteriak.
"Mau ke mesjid jangan lupa shalat" Akmal pergi dan menutup pintu kamar.
Selepas kepergian Akmal, aku pun melanjutkan berbalas pesan dengan Dika.
...****************...
Baru satu langkah yang terlewati, mudah-mudahan jalan-jalan lain pun bisa terlewati ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments