Hi, Beth! I Love You
...Can I run away to somewhere beautiful, where nobody knows my name?...
...(Camila Cabello-Real Friends)...
...———...
Betty melangkahkan kakinya memasuki sekolah barunya. Ia membaca tulisan di atas gedung sekolah barunya.
Richlands High School
Betty mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Segalanya masih terasa asing. Ia sudah sering berpindah-pindah sekolah, tapi tak pernah terbiasa dengan suasana baru.
Baru beberapa bulan yang lalu ia masuk ke salah satu sekolah di California. Sekarang ia sudah berada di Virginia, dan bersekolah di sini.
Ia hanya tinggal bersama ibunya, karena ayahnya sudah meninggal semenjak ia berusia delapan tahun. Ibunya yang berprofesi sebagai dokter selalu berpindah-pindah tugas. Tak tau kapan ia akan mulai benar-benar menetap di suatu tempat.
Betty memasuki gedung sekolahnya dan segera pergi ke ruang kepala sekolah, untuk melapor. Setelah selesai dari sana ia pergi ke ruang administrasi untuk mendaftar kelas dan mengambil jadwal.
Betty menghembuskan nafasnya dan menatap lorong kelas yang sekarang sudah ramai dipenuhi oleh murid-murid sekolahnya. Ia tadi, berangkat pagi-pagi sekali, sehingga sekolah belum seramai ini. Ia berjalan di pinggir lorong, menghindari orang-orang yang sedang bercengkrama satu sama lain.
Setelah perjalanan yang terasa cukup panjang. Akhirnya, Betty berhasil sampai ke lokernya.
"Anak baru, ya?" tanya seorang gadis pirang yang berdiri di sampingku, sambil membuka lokernya.
Betty hanya menganggukkan kepala singkat. Gadis itu menutup pintu lokernya lalu menjulurkan tangan ke arah Betty.
"Inez Robinson," katanya sambil mengunyah permen karet.
Betty mengalihkan pandangannya dari buku-buku di lokernya. "Betty Thompson," Betty menyambut uluran tangan Inez sambil tersenyum singkat.
Ia tak mau memperpanjang perkenalannya dengan Inez, karena ia memang tak ingin berteman dengan siapapun saat ini. Buat apa ia berteman jika pada akhirnya ia harus berpindah sekolah lagi, dan meninggalkan teman-temannya.
Betty kembali memfokuskan diri, menyusun buku-buku di lokernya.
"Kamu sekolah di mana sebelumnya?" tanya Inez yang ternyata masih berdiri di sampingnya sambil bersender di lokernya.
"California," kata Betty singkat sambil menutup lokernya.
"Wah, jauh juga, ya," komentar Inez.
Betty tersenyum singkat lalu beranjak pergi. Sebentar lagi bel berbunyi, ia harus segera menuju kelas pertamanya dan mengambil bangku paling belakang agar tak terlihat.
Inez mengambil lembar kelas di tangan Betty. Betty hendak perotes, tapi diurungkannya.
"Kita mengambil kelas yang sama untuk pelajaran pertama hari ini. Ayo ikut denganku, aku akan menunjukkan kepadamu ruang kelasnya." Belum sempat Betty protes, Inez sudah menarik tangannya.
Betty menghela nafas dan mengikuti saja kemana Inez membawanya. Sepanjang jalan banyak murid-murid sekolah ini yang menyapanya. Betty memperhatikan Inez, ia rasa Inez cukup populer.
Betty segera memilih bangku paling belakang di sudut ruangan, dekat jendela. Inez segera menghampiri Betty dan hendak duduk di sebelahnya. Akan tetapi, ada anak cowok yang mendahuinya, dan duduk di samping Betty.
"Hei, Justin! Aku mau duduk di sana tau," kata Inez protes kepada cowok yang ternyata bernama Justin tersebut.
"Kau cerewet sekali, masih banyak bangku kosong di sini," komentar Justin acuh, mengabaikan omelan Inez.
Inez akhirnya duduk di bangku kosong tepat di depan Betty. Ia menjatuhkan pantatnya dengan dramatis sambil menghela nafas.
Inez memutar tubuhnya ke arah Betty. "Kau tau Beth, anak laki-laki yang duduk di sampingmu, namanya Justin. Dia adalah mahluk paling menyebalkan di muka bumi ini. Percuma saja wajah tampannya, jika sifatnya seburuk itu. Pantas saja tak ada yang mau berteman dengannya," celoteh Inez panjang lebar kepada Betty.
"Aku mendengarmu, Nez," kata Justin tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.
"Aku tidak peduli. Aku memang berharap kau mendengarnya," balas Inez.
"Kau kekanak-kanakkan sekali," komentar Justin singkat.
Betty hanya menatap perdebatan Inez dan Justin tanpa berkomentar, hingga tak lama kemudian seorang guru masuk ke kelas, memutus perdebatan mereka.
....
Setelah kelas pertama usai, untungnya Betty tak memiliki kelas yang sama lagi dengan Inez hingga jam istirahat datang.
Betty membawa nampan makanannya, mencari meja kosong untuk makan siangnya. Akan tetapi, sepertinya keberuntungan tak berpihak kepadanya. Seluruh meja sudah penuh, tak ada satupun meja kosong yang bisa di gunakannya untuk menyendiri.
"Beth," Betty mengedarkan pandangannya mencari sumber suara.
Ia melihat satu-satunya gadis yang ia kenal di sekolah ini. Inez yang duduk di salah satu meja makan melambaikan tangan ke arahnya. Mengajaknya bergabung. Betty menghela nafas, ia tak memiliki pilihan lain hari ini.
"Murid baru?" tanya salah satu cowok berambut keriting yang duduk di samping Inez.
Betty menganggukkan kepala singkat.
"Ya, namanya Betty," jawab Inez.
Betty hendak menyuapkan kentang ke mulutnya saat salah satu cewek berkulit coklat berkomentar, "wah kamu pendiam sekali, ya."
Betty hanya mengangguk sopan. Saat ia hendak memasukkan kentang ke mulutnya lagi, tiba-tiba Inez berkata, "Beth, kenalkan ini teman-temanku, Laura Robert, Jared James dan Alicia Brook."
Betty meletakkan kembali kentangnya. Lalu, mengulurkan tangan ke arah teman-teman Inez.
"Betty Thompson," katanya.
Cowok berambut keriting itu bernama Jared. Cewek berkulit coklat dengan rambut hitam legam, bernama Laura sedangkan cewek berkacamata yang duduk di samping Betty bernama Alicia.
Betty hendak melanjutkan makannya setelah perkenalan singkat yang terjadi tiba-tiba itu.
"Beth, kelas apa yang kamu ambil setelah ini?" tanya Inez kepada Betty yang baru saja hendak melanjutkan makannya.
"Inez, biarkan Betty menyelesaikan makannya. Kau menggangunya saja," tegur Alicia kepada Inez.
"Baiklah, silahkan lanjutkan makanmu. Maaf aku menganggumu," kata Inez kepada Betty sambil meringis tanda penyesalan.
....
Maaf, ibu tidak bisa menjemputmu hari ini.
Betty menatap pesan singkat dari ibunya pada ponsel di genggamannya.
"Baiklah aku akan pulang berjalan kaki, atau menaiki bus saja," pikir Betty.
Betty menatap bus yang penuh di hadapannya. Ia tidak suka keramaian.
"Oke, mari jalan kaki saja," pikir Betty.
Baru beberapa langkah Betty meninggalkan sekolah, sebuah mobil berhenti di sampingnya tiba-tiba. Betty menoleh ke arah mobil yang kacanya sekarang sudah dibuka.
"Beth, kau pulang sendiri? Ayo, biar kuantar," kata Inez sambil tersenyum tulus. Ia bahkan sudah membukakan pintu untuk Betty.
Betty yang merasa tak enak akhirnya memutuskan untuk naik ke mobil Inez.
"Mengapa kau pulang sendiri?" tanya Inez saat mereka sudah hampir sampai ke rumah Betty.
"Ibuku tidak bisa menjemputku karena panggilan darurat di rumah sakit."
"Woah, ibumu seorang dokter?"
Betty hanya mengangguk singkat. Mereka sudah sampai ke rumah Betty.
"Terima kasih," kata Betty yang hendak turun dari mobil Inez.
"Tunggu dulu!" kata Inez membuat Betty menghentikan gerakannya membuka pintu.
"Ada apa?"
"Kau belum memberikan nomor ponselmu kepadaku." Inez menyodorkan ponselnya ke arah Betty.
"Untuk apa?" tanya Betty sambil mengerutkan kening.
"Karena itu yang dilakukan teman. Kita berteman bukan?" kata Inez masih menyodorkan ponselnya ke arah Betty.
Betty menghela nafas singkat."Baiklah, mari berteman," kata Betty dalam hati. Ia lalu mengambil ponsel di tangan Inez dan memasukkan nomornya.
"Aku akan menelponmu nanti," kata Inez senang. Betty lalu membuka pintu mobil dan keluar.
Baru saja Betty turun dari mobil Inez, Inez membuka kaca mobilnya dan berkata dari dalam mobil. "Aku akan mengantar-jemputmu mulai besok. Ibumu pasti sangat sibuk, bukan? Dah."
Belum sempat Betty menolak, Inez sudah melajukan mobilnya. Meninggalkan Betty yang masih diam mematung di halaman rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ervia Ariandita
Turfantoro@gmail chapter com
2021-05-29
1
deisy isak
❤🍒
2021-05-26
1
zien
hadir💗💗🌹🌹
2021-05-18
0