NovelToon NovelToon

Hi, Beth! I Love You

Chapter 1: Baiklah, Mari Berteman

...Can I run away to somewhere beautiful, where nobody knows my name?...

...(Camila Cabello-Real Friends)...

...———...

Betty melangkahkan kakinya memasuki sekolah barunya. Ia membaca tulisan di atas gedung sekolah barunya.

Richlands High School

Betty mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Segalanya masih terasa asing. Ia sudah sering berpindah-pindah sekolah, tapi tak pernah terbiasa dengan suasana baru.

Baru beberapa bulan yang lalu ia masuk ke salah satu sekolah di California. Sekarang ia sudah berada di Virginia, dan bersekolah di sini.

Ia hanya tinggal bersama ibunya, karena ayahnya sudah meninggal semenjak ia berusia delapan tahun. Ibunya yang berprofesi sebagai dokter selalu berpindah-pindah tugas. Tak tau kapan ia akan mulai benar-benar menetap di suatu tempat.

Betty memasuki gedung sekolahnya dan segera pergi ke ruang kepala sekolah, untuk melapor. Setelah selesai dari sana ia pergi ke ruang administrasi untuk mendaftar kelas dan mengambil jadwal.

Betty menghembuskan nafasnya dan menatap lorong kelas yang sekarang sudah ramai dipenuhi oleh murid-murid sekolahnya. Ia tadi, berangkat pagi-pagi sekali, sehingga sekolah belum seramai ini. Ia berjalan di pinggir lorong, menghindari orang-orang yang sedang bercengkrama satu sama lain.

Setelah perjalanan yang terasa cukup panjang. Akhirnya, Betty berhasil sampai ke lokernya.

"Anak baru, ya?" tanya seorang gadis pirang yang berdiri di sampingku, sambil membuka lokernya.

Betty hanya menganggukkan kepala singkat. Gadis itu menutup pintu lokernya lalu menjulurkan tangan ke arah Betty.

"Inez Robinson," katanya sambil mengunyah permen karet.

Betty mengalihkan pandangannya dari buku-buku di lokernya. "Betty Thompson," Betty menyambut uluran tangan Inez sambil tersenyum singkat.

Ia tak mau memperpanjang perkenalannya dengan Inez, karena ia memang tak ingin berteman dengan siapapun saat ini. Buat apa ia berteman jika pada akhirnya ia harus berpindah sekolah lagi, dan meninggalkan teman-temannya.

Betty kembali memfokuskan diri, menyusun buku-buku di lokernya.

"Kamu sekolah di mana sebelumnya?" tanya Inez yang ternyata masih berdiri di sampingnya sambil bersender di lokernya.

"California," kata Betty singkat sambil menutup lokernya.

"Wah, jauh juga, ya," komentar Inez.

Betty tersenyum singkat lalu beranjak pergi. Sebentar lagi bel berbunyi, ia harus segera menuju kelas pertamanya dan mengambil bangku paling belakang agar tak terlihat.

Inez mengambil lembar kelas di tangan Betty. Betty hendak perotes, tapi diurungkannya.

"Kita mengambil kelas yang sama untuk pelajaran pertama hari ini. Ayo ikut denganku, aku akan menunjukkan kepadamu ruang kelasnya." Belum sempat Betty protes, Inez sudah menarik tangannya.

Betty menghela nafas dan mengikuti saja kemana Inez membawanya. Sepanjang jalan banyak murid-murid sekolah ini yang menyapanya. Betty memperhatikan Inez, ia rasa Inez cukup populer.

Betty segera memilih bangku paling belakang di sudut ruangan, dekat jendela. Inez segera menghampiri Betty dan hendak duduk di sebelahnya. Akan tetapi, ada anak cowok yang mendahuinya, dan duduk di samping Betty.

"Hei, Justin! Aku mau duduk di sana tau," kata Inez protes kepada cowok yang ternyata bernama Justin tersebut.

"Kau cerewet sekali, masih banyak bangku kosong di sini," komentar Justin acuh, mengabaikan omelan Inez.

Inez akhirnya duduk di bangku kosong tepat di depan Betty. Ia menjatuhkan pantatnya dengan dramatis sambil menghela nafas.

Inez memutar tubuhnya ke arah Betty. "Kau tau Beth, anak laki-laki yang duduk di sampingmu, namanya Justin. Dia adalah mahluk paling menyebalkan di muka bumi ini. Percuma saja wajah tampannya, jika sifatnya seburuk itu. Pantas saja tak ada yang mau berteman dengannya," celoteh Inez panjang lebar kepada Betty.

"Aku mendengarmu, Nez," kata Justin tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

"Aku tidak peduli. Aku memang berharap kau mendengarnya," balas Inez.

"Kau kekanak-kanakkan sekali," komentar Justin singkat.

Betty hanya menatap perdebatan Inez dan Justin tanpa berkomentar, hingga tak lama kemudian seorang guru masuk ke kelas, memutus perdebatan mereka.

....

Setelah kelas pertama usai, untungnya Betty tak memiliki kelas yang sama lagi dengan Inez hingga jam istirahat datang.

Betty membawa nampan makanannya, mencari meja kosong untuk makan siangnya. Akan tetapi, sepertinya keberuntungan tak berpihak kepadanya. Seluruh meja sudah penuh, tak ada satupun meja kosong yang bisa di gunakannya untuk menyendiri.

"Beth," Betty mengedarkan pandangannya mencari sumber suara.

Ia melihat satu-satunya gadis yang ia kenal di sekolah ini. Inez yang duduk di salah satu meja makan melambaikan tangan ke arahnya. Mengajaknya bergabung. Betty menghela nafas, ia tak memiliki pilihan lain hari ini.

"Murid baru?" tanya salah satu cowok berambut keriting yang duduk di samping Inez.

Betty menganggukkan kepala singkat.

"Ya, namanya Betty," jawab Inez.

Betty hendak menyuapkan kentang ke mulutnya saat salah satu cewek berkulit coklat berkomentar, "wah kamu pendiam sekali, ya."

Betty hanya mengangguk sopan. Saat ia hendak memasukkan kentang ke mulutnya lagi, tiba-tiba Inez berkata, "Beth, kenalkan ini teman-temanku, Laura Robert, Jared James dan Alicia Brook."

Betty meletakkan kembali kentangnya. Lalu, mengulurkan tangan ke arah teman-teman Inez.

"Betty Thompson," katanya.

Cowok berambut keriting itu bernama Jared. Cewek berkulit coklat dengan rambut hitam legam, bernama Laura sedangkan cewek berkacamata yang duduk di samping Betty bernama Alicia.

Betty hendak melanjutkan makannya setelah perkenalan singkat yang terjadi tiba-tiba itu.

"Beth, kelas apa yang kamu ambil setelah ini?" tanya Inez kepada Betty yang baru saja hendak melanjutkan makannya.

"Inez, biarkan Betty menyelesaikan makannya. Kau menggangunya saja," tegur Alicia kepada Inez.

"Baiklah, silahkan lanjutkan makanmu. Maaf aku menganggumu," kata Inez kepada Betty sambil meringis tanda penyesalan.

....

Maaf, ibu tidak bisa menjemputmu hari ini.

Betty menatap pesan singkat dari ibunya pada ponsel di genggamannya.

"Baiklah aku akan pulang berjalan kaki, atau menaiki bus saja," pikir Betty.

Betty menatap bus yang penuh di hadapannya. Ia tidak suka keramaian.

"Oke, mari jalan kaki saja," pikir Betty.

Baru beberapa langkah Betty meninggalkan sekolah, sebuah mobil berhenti di sampingnya tiba-tiba. Betty menoleh ke arah mobil yang kacanya sekarang sudah dibuka.

"Beth, kau pulang sendiri? Ayo, biar kuantar," kata Inez sambil tersenyum tulus. Ia bahkan sudah membukakan pintu untuk Betty.

Betty yang merasa tak enak akhirnya memutuskan untuk naik ke mobil Inez.

"Mengapa kau pulang sendiri?" tanya Inez saat mereka sudah hampir sampai ke rumah Betty.

"Ibuku tidak bisa menjemputku karena panggilan darurat di rumah sakit."

"Woah, ibumu seorang dokter?"

Betty hanya mengangguk singkat. Mereka sudah sampai ke rumah Betty.

"Terima kasih," kata Betty yang hendak turun dari mobil Inez.

"Tunggu dulu!" kata Inez membuat Betty menghentikan gerakannya membuka pintu.

"Ada apa?"

"Kau belum memberikan nomor ponselmu kepadaku." Inez menyodorkan ponselnya ke arah Betty.

"Untuk apa?" tanya Betty sambil mengerutkan kening.

"Karena itu yang dilakukan teman. Kita berteman bukan?" kata Inez masih menyodorkan ponselnya ke arah Betty.

Betty menghela nafas singkat."Baiklah, mari berteman," kata Betty dalam hati. Ia lalu mengambil ponsel di tangan Inez dan memasukkan nomornya.

"Aku akan menelponmu nanti," kata Inez senang. Betty lalu membuka pintu mobil dan keluar.

Baru saja Betty turun dari mobil Inez, Inez membuka kaca mobilnya dan berkata dari dalam mobil. "Aku akan mengantar-jemputmu mulai besok. Ibumu pasti sangat sibuk, bukan? Dah."

Belum sempat Betty menolak, Inez sudah melajukan mobilnya. Meninggalkan Betty yang masih diam mematung di halaman rumahnya.

Chapter 2: Tetangga Baru

Setelah mobil Inez hilang dari pandangan, Betty segera memasuki rumahnya yang berantakkan. Sejak kepindahan mereka beberapa hari lalu, Betty dan ibunya belum sempat merapikan barang-barang mereka. Kardus-kardus masih bertumpuk di ruang tamu. Masih terlakban dan belum di buka.

Betty menatap ruangan di hadapannya. Ibunya belum pulang sejak semalam.

"Mungkin ia akan pulang nanti malam," pikir Betty.

Betty masuk ke kamarnya lalu melemparkan tasnya ke atas kasur, dan berbaring di sampingnya. Ia menatap langit-langit kamarnya sejenak, lalu memejamkan matanya.

Betty membuka matanya lagi, lalu bangkit dari kasurnya.

"Aku harus membersihkan rumahku," pikirnya.

Betty mengambil satu kardus pertama, saat bel rumahnya berbunyi. Ia berjalan ke arah pintu dengan malas dan membukannya perlahan.

"Hai, aku tetangga depan rumahmu," kata cowok di depan Betty dengan canggung. Aksen inggrisnya membuatnya tidak terdengar seperti orang amerika.

Betty menganggukkan kepala dengan sopan. "Ada yang bisa kubantu?"

"Ibuku ingin tau, apakah kau dan ibumu bisa makan malam di rumahku malam ini. Semacam sambutan tetangga baru. Kami belum sempat menyambut kalian semenjak kalian pindah."

"Maaf ibuku mungkin akan pulang larut malam hari ini. Jadi, mungkin kami tidak bisa menerima undangan kalian malam ini," kata Betty menolak dengan sopan.

"Dengar. Aku tak ingin memaksa, tapi jika kau sendirian malam ini, lebih baik kau makan malam di rumahku."

"Akan kupertimbangkan," kata Betty singkat.

"Baiklah, tapi aku berharap kau datang malam ini, agar kita bisa saling mengenal. You know, like a real neighbor (Seperti tetangga sungguhan)." Cowok itu membalikkan badannya dan hendak pergi, tapi kembali lagi saat Betty hendak menutup pintu rumahnya.

"Wait! I'm Daniel McKnight (Tunggu! Aku Daniel McKnight)." Ia mengulurkan tangannya ke arah Betty.

"Betty Thompson," ujar Betty singkat.

....

Setelah satu jam lebih berkutat dengan kardus-kardus di rumahnya, Betty akhirnya bangkit dan mengganti pakaiannya dengan celana olahraga dan tanktop. Ia berpikir untuk melakukan lari sore ini.

Ia memasang earphone di telinganya dan mulai berlari sepanjang komplek rumahnya. Betty sudah berlari cukup jauh saat seseorang melepas earphone di telinganya. Ia memperlambat larinya dan menoleh ke arah cowok di sampingnya.

"Hai, Beth," sapa Daniel sambil tersenyum lebar, menampakkan giginya yang putih.

"Kau mengikutiku?" tanya Betty curiga.

"Woah, Calm down. I'm not stalker (Tenang saja, aku bukan penguntit)." Daniel menghentikan larinya dan menatap Betty. "Hanya sekedar informasi, agar kau tak salah paham, aku memang sering berlari sore," imbuhnya.

Betty mengangguk singkat lalu kembali melanjutkan larinya.

"Bagaimana dengan makan malam di rumahku, apa kau akan hadir?" Daniel menyamakan kecepatan larinya dengan Betty.

"Masih kupertimbangkan," kata Betty tanpa menoleh.

Betty menghentikan larinya dan membuka botol yang dibawanya. Ia butuh minum. Saat mulut botol menyentuh bibirnya, ia tak merasakan air mengalir sedikitpun.

"Shit," batinnya. Airnya habis.

"Kau bisa meminum airku." Daniel menyodorkan botolnya ke arah Betty.

Betty hanya menatap botol di tangan Daniel. "Ayolah, aku tak memasukkan racun di dalamnya."

Betty menatap sejenak botol di tangan Daniel. "Aku tak punya pilihan lain, karena aku sangat haus," batinnya. Betty lalu mengambil botol di tangan Daniel.

"Tapi, aku meludah di sana," kata Daniel sambil menatap botol yang sudah menempel di bibir Betty.

Betty sontak memuncratkan air di mulutnya ke arah Daniel.

"Aku hanya bercanda," kata Daniel sambil menatap bajunya yang basah.

"Maaf, salahmu sendiri," kata Betty tak merasa menyesal. Ia lalu meminum lagi air dari botol Daniel.

"Thank you (Terima kasih)," kata Betty sambil mengembalikan botol air minum milik Daniel.

....

Betty menatap langit-langit kamarnya. Ibunya belum pulang, ia memutuskan untuk tidak makan malam, malam ini.

Bel rumah Betty berbunyi. Saat Betty membuka pintu, Daniel sudah berdiri di depan pintu.

"Ada yang bisa kubantu?" Betty berusaha tetap ramah.

"Kurasa ibumu belum pulang. Jadi, aku hanya ingin memastikan apakah kau sudah makan malam atau belum?"

"Tenang saja, aku sudah makan malam," perut Betty berbunyi cukup nyaring. Betty mengigit bibirnya dan memejamkan matanyanya sejenak.

"I don't think so (Aku tidak berpikir demikian)," Daniel mengangakat alisnya dan menatap Betty yang sekarang sedang memegang perutnya yang tidak bisa di ajak kompromi tersebut.

"Okay, I'll go with you (Baiklah, aku akan pergi denganmu)," kata Betty menyerah.

....

"Hi Ms. Thompson, I'm Miranda McKnight (Halo nona Thompson, aku Miranda McKnight). Aku meminta Daniel menjemputmu untuk makan malam, karena kupikir kamu akan melewatkan makan malam karena ibumu belum pulang," sambut nyonya McKnight ramah saat Betty mengikuti Daniel untuk masuk ke rumahnya.

"Just call me Betty, Mrs. McKnight (Panggil saja aku Betty, nyonya McKnight)," kata Betty kepada nyonya McKnight sambil tersenyum sopan.

"Okay, Beth. Just call me Mira (Oke Beth. Panggil saja aku Mira). Masuklah aku sudah memasak makan malam banyak untukmu," kata ibu Daniel ramah sambil mengajak Betty masuk ke ruang makan.

"He is my husband, Abraham. You can call him Abe (Itu suamiku Abraham. Kamu bisa memanggilnya Abe)," Mira menunjuk laki-laki paruh baya yang sedang duduk di depan meja makan yang di penuhi oleh berbagai macam hidangan.

"Hai Beth, duduklah dan nikmati hidangan yang luar biasa lezat ini," kata Abe sambil tersenyum ramah dan mempersilahkan Betty duduk.

"Mom, I'm really hungry! (Bu, aku benar-benar lapar!)." Seorang anak laki-laki yang berusia sekitar delapan tahun, muncul memasuki ruang makan.

"This is Daniel brother, Darren (Ini adik laki-laki Daniel, Darren)," kata Mira kepada Betty. Darren menghentikan langkahnya menatap ke arah Betty.

"Darren, this is our new neighbor, Betty (Darren, kenalkan, ini tetangga baru kita, Betty)," kata Abe kepada Darren.

"Hai, Beth. Apa kau orang yang baru pindah kemarin? Ibuku terus membicarakanmu, karena rumahmu selalu terlihat kosong," kata Darren kepada Betty.

Betty tersenyum kecil. "Ibuku memang jarang pulang ke rumah, dan aku jarang keluar rumah," jelas Betty.

"Kemana ibumu pergi? Kenapa dia jarang pulang?" tanya Darren polos.

"Ah, ibuku bekerja sebagai dokter. Ia selalu sibuk setiap saat," kata Betty menanggapi pertanyaan Darren.

"Darren, hentikan wawancaranya, dan ayo kita mulai makan malamnya. Kau bilang, kau tadi sudah sangat lapar," tegur Mira kepada Darren. "Maafkan Darren, Beth. Ia selalu ingin banyak tau," imbuh Mira .

"Tidak apa-apa. Aku tidak terganggu sama sekali," kata Betty sopan.

"Cukup bincang-bincangnya. Ayo kita makan saja, aku sudah sangat lapar," kata Abe.

"Ngomong-ngomong ke mana Daniel?" Mira bertanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Aku di sini, Bu." Daniel muncul memasuki ruang makan dan duduk di samping Betty.

Tercium aroma sabun dari tubuhnya. "Sepertinya ia baru saja selesai mandi," pikir Betty.

"Ayo, kita mulai makan malamnya," kata Darren bersemangat.

....

"Terima kasih untuk makan malamnya. Aku sangat menikmati hidangan yang di masak ibumu," kata Betty sambil tersenyum sopan kepada Daniel yang mengantarkannya sampai ke depan pintu.

"Tak usah sungkan, kau bisa makan malam setiap hari di sini," kata Daniel sambil tersenyum lebar.

"Dia suka sekali tersenyum," pikir Betty.

"Baiklah, selamat tinggal." Betty tersenyum singkat, lalu berbalik pergi menuju rumahnya.

"Sampai jumpa," balas Daniel.

Chapter 3: Cowok Hot di Sekolah

...And you've got a smile that could light up this whole town....

...(Taylor Swift-You Belong With Me)...

...———...

Betty membuka mata saat sinar matahari menerobos jendela kamarnya. Jam beker di atas nakas sudah berdering sejak tadi. Betty meraba-raba nakas di samping tempat tidur dengan satu tangan, masih dalam posisi berbaring di atas kasur, dan tanpa menolehkan kepala. Setelah beberapa detik, tangan Betty akhirnya menemukan jam beker yang sejak tadi mengusik pendengarannya. Betty melihat waktu yang di tunjukkan oleh jam di gengamannya, "masih banyak waktu," batin Betty.

Betty meletakkan kembali jam beker ke atas nakas. Lalu, duduk bersila di atas kasur, dan merenggangkan tubuhnya. Betty berjalan malas ke kamar mandi. Ia menoleh ke arah ibunya yang sudah sibuk di dapur, mempersiapkan sarapan. Sepertinya ibunya pulang dini hari. Matanya terlihat cekung, menandakan ia kurang tidur.

"Halo, Bu," sapa Betty kepada ibunya.

"Apa tidurmu nyenyak," tanya ibunya.

"Yeah, begitulah," jawab Betty acuh.

"Tadi malam, Mrs. McKnight mengundangku makan malam,"

"Dan kau pergi?" tanya ibunya sambil mengangkat satu alisnya.

"Ya. Aku tidak memiliki pilihan lain," kata Betty sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Kau tidak seperti biasanya, Beth. Tapi, itu bagus. Kau harus mulai membuka diri dan lebih banyak bersosialisasi," komentar ibunya sebelum Betty menutup pintu kamar mandi.

....

Ponsel Betty berbunyi saat ia sedang asik menghabiskan roti lapis di hadapannya. Betty membuka ponselnya, dan menatap pesan masuk dari Inez.

"Ternyata ia serius dengan ucapannya," pikir Betty sambil menatap ponsel di tangannya. Ia lalu segera bergegas mengambil tasnya.

"Bu, aku pergi dulu," kata Betty.

"Hold on, let me take my key- (Tunggu sebentar, biarkan aku mengambil kunciku-)."

Betty melambaikan tangan di depan wajahnya. "Tidak perlu, Bu. I'll go to school with my friend (Aku akan pergi ke sekolah dengan temanku)."

"Teman? Tidak biasanya kau sudah memiliki teman di hari pertama sekolah," komentar ibunya ragu.

"Pokoknya tak perlu khawatir. Ibu bisa menggunakan waktu istirahat ibu untuk tidur. Dah, aku pergi dulu," Betty melambaikan tangannya ke arah ibunya sambil beranjak keluar rumah.

Diluar Inez sudah menunggu di depan mobilnya. Inez melambaikan tangan ke arah Betty, lalu masuk ke dalam mobilnya.

Saat Betty membuka pintu mobil Inez terdengar panggilan dari arah rumah yang semalam ia kunjungi untuk makan malam, "Betty!"

Betty menoleh ke arah sumber suara. Daniel baru saja keluar dari rumahnya sambil menyampirkan tas di pundaknya. Ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arah Betty. Betty hanya tersenyum singkat, lalu segera masuk ke dalam mobil Inez.

"Kau tidak pernah mengatakannya!" Inez memekik tertahan dari dalam mobil.

"Mengatakan apa?" tanya Betty heran sambil memasang sabuk pengamannya.

"Astaga Beth! Kau tinggal di depan rumah Daniel McKnight!" ujar Inez.

"Apakah itu penting?" Betty bertanya dengan ekspresi polos di wajahnya.

"Astaga Beth! Dia cowok paling hot di sekolah kita," Inez berseru jengkel.

Betty menoleh ke arah luar jendela mobil Inez. Tampak Daniel sedang mengeluarkan mobilnya. Setelah mobil Daniel melaju, dan hilang dari pandangan, Betty bertanya sambil mengerutkan kening ke arah Inez, "apa kita satu sekolah dengan Daniel?"

"Ya! Dia ada di tahun senior. Satu tingkat di atas kita. Tahun depan, ia akan lulus," jelas Inez, membuat Betty menganggukkan kepalanya. "Astaga, kau membuatku jengkel. Bagaimana mungkin kau tidak tau bahwa Daniel McKnight satu sekolah denganmu!" imbuh Inez.

"Apa itu penting? Lagi pula aku baru sehari bersekolah disana," kata Betty cuek.

"Baiklah, aku akan memaafkanmu karena kau baru masuk sekolah sehari yang lalu. Aku akan memberitahumu tentang Daniel—"

"Apa kita tidak jadi pergi ke sekolah?" Betty memotong pembicaraan Inez.

Inez menepuk jidatnya. "Astaga! Kau benar, kita akan terlambat. Membicarakan Daniel membuatku lupa waktu. Aku akan menceritakannya nanti saja. Sekarang ayo kita pergi ke sekolah," kata Inez. Ia lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah Betty.

....

"Dia pindah ke sekolah ini satu tahun yang lalu. Sebelumnya ia tinggal di inggris bersama kedua orang tuanya," Inez berceloteh sambil menyenderkan tubuhnya di depan lokernya.

Betty yang sibuk menata buku di lokernya menganggukkan kepala. "Aku sudah mendengarnya berbicara. Ia memang terdengar seperti orang inggris," komentar Betty acuh.

"Kau sudah mendengarnya? Suaranya sangat seksi bukan?" balas Inez antusias.

"Yah, tidak buruk," Betty menutup lokernya lalu berjalan pergi. Inez mengikuti Betty, dan berjalan di sampingnya.

"Bukankah kita mengambil kelas yang berbeda pada jam pertama?" tanya Betty kepada Inez yang berjalan di sampingnya.

"Aku belum selesai menceritakan tentang Daniel McKnight," kata Inez.

"Kau bisa menceritakannya nanti. Lagi pula, apa pentingnya untukku mengetahui tentang Daniel?" Betty berseru jengkel.

"Tentu saja kau harus mengetahui lebih banyak tentang tetanggamu," terdengar suara dengan aksen inggris yang kental dari belakang Betty. Membuat Betty berjengit kaget.

Betty memutar tubuhnya ke arah sumber suara. Daniel berdiri di dekatnya ... sangat dekat. Ia tersenyum lebar.

"Tidak bisakah ia berhenti tersenyum?" kata Betty dari dalam hati.

"Hai, Beth. Aku tidak tau kita bersekolah di sekolah yang sama," sapa Daniel, masih menyunggingkan senyum lebarnya. Membuat Betty tersadar dari lamunannya.

"Aku juga baru saja mengetahuinya," kata Betty sambil mengangkat bahunya acuh.

Betty hanya mengangguk singkat, lalu berbalik pergi menuju kelasnya. Inez tersenyum sambil menganggukkan kepalanya ke arah Daniel. Ia lalu menyusul Betty yang sudah berjalan menjauh.

Inez menyamakan langkahnya dengan Betty. "Astaga, Betty! Daniel mengajakmu ngobrol dan kau meninggalkannya? Apa kau bercanda?" tanya Inez jengkel.

Betty berhenti di depan pintu ruang kelasnya. "Apa kau ingin ikut masuk?" Betty menunjuk ke dalam ruangan.

"Tidak, aku tidak mengambil kelas Mr. Black hari ini," jawab Inez.

"Baiklah, aku akan masuk kalau begitu," komentar Betty sebelum memasuki kelasnya.

"Oke, kita akan bertemu saat makan siang. Dah," Inez melambaikan tangan ke arah Betty yang di balas dengan anggukan singkat.

"Aawww ...." Betty belum benar-benar memasuki ruang kelasnya saat terdengar suara Inez mengaduh dari luar ruangan.

Betty segera berjalan ke arah pintu untuk melihat apa yang terjadi.

"Kau tidak punya mata, huh?!" Inez menggosok-gosok kepalanya.

"Kau yang menabrakku. Mengapa aku yang di salahkan?" balas Justin sambil memunguti buku-buku yang berjatuhan di lantai.

"Kau tiba-tiba muncul entah dari mana!" seru Inez tak mau kalah.

"Aku bukan hantu yang tiba-tiba muncul," balas Justin sambil meletakkan buku-buku yang dipungutnya dari lantai ke tangan Inez. Ia memperbaiki posisi tas di pundaknya, lalu beranjak pergi meninggalkan Inez yang masih menggerutu jengkel.

Betty menatap kepergian Inez dan Justin. Ia lalu, kembali memasuki ruang kelasnya, dan duduk di kursi paling belakang. Menyembunyikan dirinya dari sorotan siapapun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!