Ketentuan Nasib
Di sebuah rumah kecil terdapat sebuah keluarga yang kurang mampu. Mau beli ini itu saja mereka tidak mampu. Mereka harus menahan selera jika memerlukan sesuatu. Karena batasan uang yang mereka miliki.
Dalam keluarga itu memiliki dua orang putri yang cantik dan baik. Mereka tidak mempertanyakan segala kekurangan yang ada.
Suatu hari saat-saat orang tuanya tidak memiliki apa-apa lagi atau bahkan orang sudah jarang memperkerjakan ayahnya. Dia harus menjadi tulang punggung dalam keluarganya.
Dia di sarankan oleh ayahnya untuk bekerja ke luar negeri agar kebutuhan mereka bisa terpenuhi. Hanya itu lah cara terbaik agar mereka bisa bertahan hidup.
Dia adalah Somsi. Putri sulung dari ayah dan ibunya. Dia harus berjuang dan bertahan meski banyak cobaan yang ia hadapi.
Cerita pun berlanjut.
"Nak, apa kamu mau bekerja di Malaysia?" tanya pak Nius.
"Mengapa harus ke Malaysia pa?" tanya Somsi dengan mata kosongnya.
"Bukannya di sini juga bisa mencari kerja, kenapa harus pergi jauh sih pa."
Somsi tidak tau apa maksud dan tujuan dari perkataan ayahnya itu. Dia sendiri heran mengapa dia harus bekerja di Malaysia. Tempat yang sangat jauh, bahkan berjumpa pun akan jarang.
"Nak, kamu tau keadaan kita seperti apa dari dulu sampai saat ini," lirih pak Nius.
Pak Nius bicara lagi berusaha membujuk Somsi, "Kita tidak memiliki apa pun yang orang miliki. Aku mohon nak, dengarlah permohonan papamu ini."
Pak Nius sendiri bingung harus melalui apa dan mulai dari mana. Hanya itu lah yang terlintas dalam pikirannya. Somsi sendiri mencoba menolak. "Tapi pa," lirih Somsi. Hatinya sekarang mulai diliputi oleh kesedihan.
Pak Nius tidak menyerah, ia mencoba membujuk Somsi lagi.
"Nak... kita bisa makan kalau papa bekerja di ladang orang, itu pun kalau mereka membutuhkan tenaga papa," jelas pak Nius.
Pak Nius tetap melanjutkan perkataannya walau apa pun yang terjadi. Apakah putrinya akan menerimanya atau tidak itu urusan belakang. Yang penting sekarang pak Nius sedang berusaha membujuk putri sulungnya.
"Selama ini papa masih sanggup mencukupi kebutuhan kalian. Seiring bertambah usianya papa, papa juga gak mungkin lagi bisa seperti dulu," ucap pak Nius dengan raut wajah sedih,
" Papa takut tidak akan sanggup menyekolahkan adek mu nanti. Papa takut sekali nak jika adek mu harus putus sekolah ditengah jalan karena ketidak mampuan papa," lirihnya.
"Tapi pa, Somsi baru tamat sekolah. Disini juga banyak pekerjaan. Mengapa harus pergi jauh agar bisa memiliki uang banyak," bantah Somsi melotot. Sulit rasanya ia harus membendung air matanya, " Selama kita giat bekerja rejeki gak akan kemana."
Somsi tetap saja membuat alasan. Dia juga ingin pergi jauh dan mencari pekerjaan yang bagus. Tapi niatnya itu dia kurung kan karena masih memikirkan orang tua dan adeknya.
Pa... aku mohon jangan paksa Somsi. Somsi takut kalau nanti aku tidak bisa melakukan apapun. Somsi juga takut kalau nanti aku melupakan kalian.
"Nak... disini sangat sulit untuk mencari pekerjaan. Jika kau mau papa akan bicara pada teman papa. Kebetulan putrinya baru pulang dari Malaysia," ucapnya memberi memberi penjelasan semaksimal mungkin,
"Kalau nanti tidak mengerti, kau bisa minta tolong pada kakak mu itu. Agar kau tidak kesusahan. Dia lah nanti yang akan memasukkan kamu bekerja disana. Sama dengan tempat dia bekerja dulu."
Pak Nius tetap melakukan banyak cara agar putri sulungnya bisa menerima dan mau bekerja.
Tapi apa lah daya Somsi yang ingin menolak lagi.
"Ta-tapi pa, Somsi takut. Somsi takut kalau nanti aku merindukan kalian," ucapnya terbata.
Somsi meneteskan air mata nya. Dia tidak bisa menahannya lagi.
Dia juga tidak mengira kalau dirinya akan pergi sejauh itu dari kedua orang tuanya dan juga adek yang sangat ia cintai. Pergi merantau di negeri orang itu sangat sulit. Dia sebenarnya ingin sekali menolak saran ayahnya.
"Nak, lihat lah adek mu. Dia masih butuh kehidupan yang pantas dia dapatkan darimu," jelas pak Nius. Meski ia tau sangat sulit menyakinkan putrinya, " Mungkin papa tidak pernah memberikan apapun yang kau inginkan selama ini. Tapi kau bisa memberikan kehidupan yang pantas untuknya. Selama ini papa mencari pekerjaan, tapi papa selalu ditolak karena papa hanya bisa sekolah di tingkat SD saja."
Pak Nius mengatakan apa pun yang menjadi beban dalam pikirannya selama ini. Dia juga tidak ingin putrinya pergi menjauh dari mereka. Tapi apa lah daya mereka, hanya itu lah yang ia rasa benar. Karena merasa tidak mampu maka dia harus merelakan putrinya jauh dari mereka.
Somsi berpikir dua kali apa kah ia akan menerima saran ayahnya atau menolaknya.
"Pa, Somsi berpikir dulu ya pa," ucap Somsi mempertimbangkan keputusan yang akan ia pilih nanti. Dia juga tidak mau mengecewakan ayahnya.
"Iya nak, papa tidak akan memaksamu kalau memang kau tidak bisa," ucap pak Nius. "Tapi kalau nanti kau setuju bilang sama papa. Biar papa tau dan mengijinkan mu pergi menemuinya," jelas pak Nius mulai meneteskan air matanya setelah Somsi pergi.
Somsi pergi ke kamarnya. Kamar yang kecil diisi oleh dua orang manusia. Somsi dan adeknya tidur ditempat yang sama. Somsi melihat adek nya tidur di kasur. Kasur yang sudah sangat lama dan terlihat buruk. Dia menangis menatap adeknya yang masih tidur. Di pegangnya wajah adeknya itu, dielus dan dicium keningnya.
Dek, kakak tidak akan membiarkanmu merasakan seperti yang kakak rasakan selama ini. Kakak ingin kau bahagia dek.
Somsi sangat menyayangi adeknya. Air mata nya mengalir deras dibagian pipinya. Dia menghapus air matanya itu. Dia harus bangkit dan tidak luput dalam kesedihan. Sekian lama dia meratapi nasib mereka, akhirnya dia tidur juga.
...****************...
Keesokan harinya Somsi bangun lebih cepat. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan menemui kedua orang tuanya. Dia ingin berangkat ke tempat teman papanya itu.
"Pa, Somsi pergi dulu," ucap Somsi senyum tipis. Ia tidak ingin memperlihatkan kesedihannya. Somsi sudah memakai pakaian rapi.
"Mau kemana kau nak sepagi ini, sudah rapi juga," ucap Bu Wati kagum. Bu Wati heran melihat penampilan putrinya itu. Terlihat sangat rapi seperti orang bekerja di kantor. Bu Wati sendiri tidak tau kemana Somsi ingin pergi.
"Ma, mama tidak tahu kalau Som-" Suara Somsi terputus saat ayahnya menghentikan ia untuk bicara.
"Nak kamu sudah siap. Semangat kali kamu ingin bekerja, sudah rapi begini. Papa yakin kamu akan diterima," ucap pak Nius seperti tidak ada sesuatu yang terjadi. Pak Nius terpaksa menutupi semuanya dari bu Wati. Ia tidak ingin bu Wati tau rencana putrinya yang ingin bekerja. Bisa-bisa itu menjadi penghalang untuk putrinya pergi.
Somsi sendiri bingung mengapa ayahnya membohongi ibunya. Mengapa tidak memberitahu kalau dirinya akan bekerja di Malaysia. Apa yang menjadi tujuan ayahnya itu dia sendiri tidak tau. Untuk apa ayahnya berbohong nanti juga ibunya akan tau.
"Eh,iya pa. A-aku sudah siap," ucap Somsi menjawab terbata. Dia juga berbohong. Meski, ia tidak tau tujuan ayahnya berbohong ia tetap menutupinya.
"Mau pergi kemana nak. Apa kau mau melamar kerja?" Yang bu Wati pikirkan adalah jika seorang terlihat rapi berarti dia mau melamar pekerjaan.
"Oh, iya ma.aku akan melamar pekerjaan. Siapa tau rejeki Somsi kalau masuk. Somsi sudah lama sekali tamat sekolah tapi belum punya pekerjaan. Somsi bosan dirumah terus ma, kalau Somsi bekerja, mungkin bisa mengurangi pengeluaran yang ada," jelasnya. Somsi juga tidak ingin ibunya tau kalau ia akan pergi bekerja jauh. Kalau sudah saatnya baru lah ia akan memberitahu ibunya.
"Wah, putri mama rupa nya mau bekerja. Jadi mama akan makan dari hasil keringat kamu, itu pasti menyenangkan nak," puji bu Wati. " Saat putri dari seorang ibu tumbuh besar dan bisa membantu kedua orang tua nya, hal apa lagi yang lebih bahagia dari itu."
Bu Wati sangat bahagia melihat putrinya kini sudah bisa diandalkan. Dia tidak perlu lagi bersusah payah untuk bekerja. Mereka akan menggabungkan penghasilan mereka. Sebagian penghasilan dari mereka dan putrinya lalu menabung.
Bu Wati tidak henti-hentinya menghayal sambil senyum-senyum sendiri. Somsi yang melihat ibunya senyum-senyum sendiri merasa bingung.
Duh, mama kenapa yah?
"Ma, mama kenapa? Somsi mau pigi. Apa mama akan terus senyum seperti itu," kesal Somsi.
Somsi sendiri kesal dengan ibunya. Dari tadi sibuk menghayal. Sudah lama dia menunggu ibunya bicara tapi karena ibunya lagi menghayal dia memilih bersabar.
"Eh,i-iya nak." Bu Wati menjawab terbata. Lalu ia mengijinkan putrinya itu pergi.
...****************...
Somsi akhirnya menemui putri teman papanya. Dia harus kuat kalau nanti dia diterima, dia harus siap kalau dia akan pergi jauh dari keluarganya. Beberapa menit kemudian dia sampai kerumah teman papanya. Dia sudah tau tempat itu, karena saat dia kecil dia pernah dibawa kesana.
tok..tok..tok...
Suara ketukan pintu dari luar. Seseorang dari dalam membuka pintu lalu menghampiri orang yang berada diluar tadi.
"Eh dek...kau sudah datang. Ngapain disitu, silahkan masuk," ucap Ka uba melemparkan senyum lebar.
Ka uba mempersilahkan Somsi masuk ke dalam. Dia tidak ingin nanti Somsi berpikir kalau dirinya itu sombong.
"Iya kak."
Somsi masuk. Tanpa harus panjang kali lebar, dia mengatakan maksud kedatangannya.
"Begini kak, kata papa kakak baru pulang dari Malaysia ya kak. Kebetulan aku juga ingin sekali bekerja seperti kakak. Apa kakak bisa membantuku agar aku bisa bekerja disana?" tanya Somsi. Hal yang paling utama yang ingin ia tanyakan. Apa kah masih ada pekerjaan untuknya bekerja nanti.
"Bisa dek. Oh ya kamu sudah tamat sekolah gak dek?" tanya Ka uba. Dalam peraturan kerja, ia yang ingin bekerja di sana harus tamat sma.
Kalau belum tamat atau memang tidak sekolah. Siapa pun dia, baik gubernur atau presiden, kalau sudah peraturan ya harus ditaati.
"Sudah kak." Somsi menjawab dengan serius.
"Sebelumnya dek, Kakak ingin katakan kalau kakak masuk kesana bukan kakak yang memasukkan," ucap Ka uba. Ka uba berbicara lembut seperti orang-orang Jawa.
"Lalu siapa kak?" ucap Somsi semakin serius. Dia penasaran dengan orang yang akan mendaftarkan nya nanti.
"Kakak dulu di daftarkan oleh orang yang berurusan ke sana. Yang jelas bukan kakak yang memasukkan. Kakak hanya tinggal capcus kerja. Yang mendaftarkan kakak bekerja disana ya Ka borusaragih dek," jelas Ka uba berbicara dengan lembut dan tidak menyinggung.
"Owh begitu ya kk, boleh kakak bawa aku ke alamat yang kakak bilang?" tanya Somsi.
"Boleh dek."
"Makasih ya kak," ucap Somsi begitu senang melihat Ka uba yang tulus ingin menolongnya.
"Iya dek. Kakak ingin katakan sesuatu yang harus kau ingat. Kalau kau nanti sudah memiliki penghasilan yang banyak. Jangan melupakan kakak itu. setidaknya kau bisa memberi sedikit sebagai upah. Dan kakak harap kau jangan sombong," jelasnya lagi.
Ka uba itu selalu mengatakan kata-kata yang baik. Dia mengatakan itu bukan unsur paksaan. Memang benar dirinya sangat penyayang dan tulus. Dia juga suka menolong.
"Iya kak, aku akan mengingat kakak itu."
Somsi berjanji tidak akan melupakan siapa pun yang ia kenal. Dia juga tau kalau seseorang sudah melihat banyak uang, maka dia akan melupakan janjinya. Bukan sekali, memang kebanyakan orang memiliki sifat seperti itu.
"Eh,kakak boleh tanya dek?" Ka uba balik bertanya pada Somsi.
"Iya kak boleh. Kenapa kak?" tanya Somsi melotot. Ia sendiri sudah tau yang ingin di tanyakan oleh Ka uba. Somsi sangat ingin Ka uba menutup mulutnya. Tapi ia juga harus mendengarnya.
"Kamu kenapa ingin sekali bekerja kesitu dek?" tanya Ka uba.
"Aku ingin mengubah masa depan kak dan mengubah ekonomi dalam keluarga. Aku juga punya adek, kami hanya bisa makan jika orang-orang memperkerjakan papa. Tapi akhir-akhir ini papa jarang ditawar, sehingga kebutuhan keluarga sangat kurang," jelasnya.
Somsi menjelaskan semua yang menjadi dasar awal mengapa ia memilih bekerja di sana.
"Wah... kamu memang anak yang baik dek. Kamu bahkan rela habisin masa muda kamu hanya untuk keluarga kamu. Hebat dek," puji Ka uba.
Ka uba terharu dari penuturan Somsi. Dia tidak mengira orang yang menemuinya itu punya tekad yang sangat tinggi untuk bekerja. Padahal dirinya pergi merantau bekerja di Malaysia hanya ingin merasakan dunia luar saja. Tapi beda dengan orang yang menemuinya itu, dia bekerja hanya demi ayah, ibu dan juga adek nya.
"Gak juga kak. Adek aku masih SMP kak. Aku gak mau adek aku putus sekolah kak.
Kalau kakak kenapa mau bekerja kesitu kak?" Somsi bertanya balik, dari tadi ia saja yang bicara, sekarang kakak itu lah yang harus menjawab pertanyaan nya.
"Kalau kakak dek hanya ingin bersenang-senang saja dek, tidak ada yang lain."
Dia mengatakannya tanpa rasa malu. Mendengar perkataan Ka uba itu, ia menjadi takut. Di mana suatu hari nanti ia berubah. Somsi mengingat janjinya yang sudah ia tekad kan dalam hati. Jika nanti ia sukses ia ingin dirinya tetap menjadi menjadi wanita yang baik dan rendah hati. Dia takut kalau diri nya akan berubah. Siapa pun akan berubah jika imannya tidak kuat.
"Eh, kita mau sampai kapan disini. Bukan nya kamu ingin menemui kakak itu," ucap Ka uba menyadarkan Somsi yang sedang melamun dari tadi.
"Eh,iya kak...heheheh." Somsi sadar dari lamunan nya lalu fokus dengan tujuannya sekarang.
"Ayok dek," ajak Ka uba.
"Iya kak."
Mereka akhirnya pergi. Ia kasihan melihat Somsi. Baru tamat sekolah harus punya tanggung jawab yang besar. Ia tidak mengira Somsi bisa sekuat itu. Biasanya anak-anak jaman sekarang hanya mementingkan diri nya sendiri.
Mereka juga tidak pernah membalas jasa orang tua nya. Meski jasa orang tua itu tidak akan pernah bisa terbalaskan, setidaknya kita bisa menolong mereka dan membahagiakan mereka.
Beberapa menit kemudian mereka sampai ditempat tujuan.
"Kak, aku mau tanya kak. Apa masih ada lowongan untuk adek aku ini untuk bekerja di Malaysia kak?" tanyanya.
"Dia siapa kamu dek," tanyanya heran. Yang ia tau kalau Ka uba tidak punya adek lagi. " Emang dia sudah tamat sekolah dek. Kalau lowongan ada sih dek. kebetulan ada yang minta kakak untuk penambahan orang untuk bekerja di PT dek."
"Ini adek aku kak, dia putri dari teman papa aku. Dia ingin bekerja di Malaysia karna ingin membatu orang tua nya kak. Orang tuanya tidak mampu lagi menyekolahkan adek nya kak. Adek nya itu masih smp," tutur Ka uba memperkenalkan Somsi kepada Ka borusaragih.
"Owh begitu yah dek. Kasihan sekali dek. Kau bisa kok kakak masukkan. Kau tidak perlu khawatir ya dek," ucap Ka borusaragih.
"Iya kak."
Somsi menyunggingkan senyum tipis. Dia akan melakukan segala upaya agar bisa membahagiakan orang tua dan juga adek yang sangat ia sayangi.
"Dek, Kakak hanya perlu berkas-berkas kamu dek. Mulai dari ijasah sma, ktp, kk dan surat pengalaman kerja kamu dek," ucapnya dengan meminta surat pengalaman kerja akan lebih mudah untuk masuk.
"Kak, aku tidak punya surat pengalaman kerja kak. Baru ini aku melamar pekerjaan kak. Selama ini aku habis kan tenaga aku hanya membantu papa dan mama aku di sawah kak," lirih Somsi. Memang benar selama ini memang ia belum pernah bekerja di luar selain dengan keluarganya sendiri.
"Owh begitu ya dek, gak papa kok. Yang penting ijasah, ktp dan kk dek," ucapnya.
Ka borusaragih berusaha memakluminya. Ia juga kasihan padanya. Hanya untuk membahagiakan orang yang dia cintai, dia rela melakukan apa saja itu.
"Oke baik kak, aku akan mengurus semua berkas-berkas yang kakak maksud." Dengan mengangguk iya berarti dia sudah mengerti.
"Semua yang asli ya dek. Kalau sudah siap memeriksa data kamu, mereka pasti mengembalikannya," jelas Ka borusaragih memberitahu secara detail tanpa ada yang harus di sembunyikan. Mereka hanya perlu itu.
"Iya kak." Somsi sangat senang. Akhirnya dia akan melamar pekerjaan yang di suruh oleh ayah nya itu. Meski ia harus menghabiskan masa hidupnya bekerja ditempat yang jauh,
ia tidak akan pernah menyerah. Ini juga untuk keluarga yang ingin ia bahagiakan.
Meski ini adalah pengalaman pertama baginya, tapi ia tidak akan begitu gampangnya menyerah. Sekali dapat pekerjaan langsung di tempat yang jauh. Tapi ia tidak mungkin menyesalinya. Menyesalinya juga tidak akan bisa berubah. Toh juga akan terjadi. Mungkin ini adalah nasib yang harus ia kejar dan di ubah suatu hari nanti.
Bersambung....
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nurmina Sitorus
mantap
2024-02-24
0
🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹
baru mampir dek..
2022-05-08
1
Mey
dah mampir nih ^.^
2022-03-24
0