Bab 3

Sesampainya di rumah, Somsi segera menaruh piring-piring itu ke rak piring. Sedangkan kain yang ia bawa tadi, ia biarkan dulu tetap di ember itu. Besok ia akan menjemurnya.

Somsi pergi ke kamarnya. Dia ingin memakai pakaiannya. Dari tadi ia sudah menahan hawa dingin yang menyelusup di bagian tubuhnya.

"Kamu sudah pulang nak?" tanya Bu Watu. Bu Wati melihat putrinya itu sudah ada di rumah. Berarti Somsi telah menyelesaikan pekerjaannya.

"Iya ma."

Somsi menjawab sesingkat mungkin. Dia tidak ingin berbicara dengan embel-embel kata yang berlebihan.

Bu Wati yang melihat Somsi menggigil, menyuruh Somsi untuk memakai pakaiannya. "Ya sudah, kamu cepat pakai pakaianmu. Segera datang ke depan. Mama sudah siapkan semua."

Bu Wati kembali ke kamar. Dia sudah sangat lelah sekali. Pekerjaan yang sudah lama siap harus melakukannya lagi. Itu karena ia terlalu berbicara berlebihan atau karena ia sangat menyayangi putrinya.

"Iya ma, Somsi akan cepat memakai pakaian dan segera datang untuk makan."

Somsi lalu meninggalkan ibu nya pergi memasuki kamar. Di dalam kamar, ia menemui adeknya menyelundup di bawah kasur. Dia pura-pura tidak melihatnya.

Hi hi hi hi hi........

Suara dibuat-buat seperti hantu.

Friska yang gak tahu kalau kakaknya dari tadi sudah mengetahui dirinya di bawah kasur. Masih terus mengganggu kakaknya dengan suara yang ia buat mirip seperti suara hantu.

Tolong....

Suara teriakan Somsi lebih keras mengisi ruangan dari pada suara adeknya.

heheheh, rasain kakak. Kakak takut kan.

Friska mengeledek kakaknya dalam hati. Dia berpikir kalau kakaknya berteriak memang karena merasa takut dengan suara yang ia keluarkan.

Somsi melihat adeknya tertawa seorang diri. Mungkin berpikir kalau ia ketakutan dengan suara Friska. "Dek, kamu ngapain disitu sih?" tanya Somsi.

Friska melongo heran. "Kok kakak tahu saya

disini."

"Ya tau lah dek, kau kan sembunyi di tempat kakak biasa sembunyi. Kakak sudah hapal dengan semua isi kamar ini," ucap Somsi menahan tawanya saat melihat wajah adeknya berubah. Sepertinya Friska kesal dengan apa yang ia ucapkan.

"Kakak curang nih."

Friska meninggalkan kakaknya di dalam kamar dengan memasang wajah kesal lalu pergi kedepan. Ruang yang bisa dilakukan untuk makan, untuk belajar, untuk bercerita.

Seperti biasa, selesai makan mereka akan duduk sebentar saling bercerita. Ada yang menjadi pendengar dan ada yang akan bercerita. Setelah itu mereka akan mengambil kesibukan masing-masing. Somsi dan adeknya akan belajar jika mereka memiliki PR. Tempat itu banyak sejarahnya. Tempat yang lumayan lebih besar dari kamar Somsi dan Friska.

Rumah itu lumayan untuk di tempati. Setidaknya mereka tidak perlu di kolom jembatan atau di jalan sekali pun. Keluarga yang tetap bersyukur meski tidak seenak kehidupan orang lain. Mereka tidak pernah menyerah dengan yang namanya hidup. Prinsip mereka selama ini, uang masih bisa dicari dan kebahagiaan yang paling penting. Tanpa kebahagiaan semua tidak akan bisa di lakukan kalau hati terus-menerus bersungut-sungut dan menyerah begitu saja.

"Eh, kamu sudah keluar nak. Kakakmu dimana kok hanya datang sendiri?" tanya bu Wati. Bu Wati melihat putrinya itu seperti wajah yang sedang kesal.

Pak Nius juga memperhatikannya.

"Iya nak, kakak kamu mana? papa sudah sangat lapar," tanya pak Nius heran.

"Gak tau," ketus Friska.

Friska masih merasa kesal. Dia tidak bisa menahan kekesalannya itu sendiri. Paling tidak ia menunjukkan nya pada orang lain agar orang yang melihatnya tau kalau ia sedang kesal.

Pak Nius dan bu Wati melongo heran dengan sikap putrinya itu. Seperti tidak biasanya putri nya menampakkan wajah murung dan cemberut.

Hahahahah hahahahha ....

Mereka tertawa sama sama.

Friska kaget dengan suara tawa orang tuanya. Dia tambah kesal saat melihat mereka tertawa terbahak-bahak.

Bukannya menghibur malah tertawa.

Somsi keluar dari kamar lalu datang ke depan lalu duduk di sebelah Friska.

Hahahahahahah....

Somsi ikut tertawa melanjutkan tawa orang tua nya.

Ini lagi kok ikutan. Orang lagi kesal malah tambah di ketawakan. Bikin tambah kesal orang saja.

"Mama, papa kalau ikutan ngeledek aku. Aku gak mau makan," ancamnya. Friska sedikit mengancam. Alasan agar mereka membelanya.

"Nyundek nya. hahahhaha." Somsi makin menertawakan adeknya itu. Apa lagi ia merasa lucu sekali saat melihat wajah adeknya sedang murung dan cemberut.

Bukan nya menenangkan adek nya malah dia semakin tertawa.

"Sudah,sudah cukup ketawanya. Mari kita lanjut kan makan," ucap pak Nius. Pak Nius ingin semua berhenti, ia sudah lapar sekali. Ingin rasanya makan.

Semua kembali hening. Sebelum mereka makan, mereka berdoa dulu. Usai berdoa mereka melahap makanan mereka masing-masing.

Selesai makan, Somsi dan Friska mengantarkan piring-piring kotor ke dapur. Mereka kembali lagi ke depan. Mereka melihat orang tuanya sudah membaringkan tubuh.

Mereka juga ikut membaringkan tubuh mereka dengan memberi jarak dari orang tuanya.

"Kali ini siapa yang akan bercerita?" tanya pak Nius melihat mereka satu per satu. Pak Nius melihat ke arah mereka yang akan memulai cerita. Pak Nius sudah tidak sabar lagi. Dia ingin cepat tidur. Besok ia akan menguras tenaganya untuk bekerja.

Friska menunjuk kakaknya. "Kakak pa."

Dengan perasaan senang ia menunjuk kakaknya itu. Dia ingin memberi pelajaran pada kakaknya karena sudah membuatnya kesal tadi.

"Lah kok aku sih, lebih baik kau dek." Somsi balek menunjuk Friska.

Ih kakak ini malah menunjuk Friska, Friska kan sengaja menunjuk kakak.

"Gak, kakak yang pertama aku tunjuk," ucap Friska yang tidak ingin bercerita.

Somsi sebenarnya ingin sekali menceritakan kejadian saat ia membatu sang nenek di jalan tadi. Nenek yang telah ditemuinya dan memberikan sebuah doa untuknya.

Papanya juga mendukung apa yang dikatakan oleh Friska. "Iya, papa setuju dengan Friska."

Bu Wati mengacungkan tangan nya keatas dalam posisi terbaring. "Iya mama juga setuju."

"Iya nih, Somsi akan cerita. Lagian dari tadi Somsi juga mau cerita," ucap Somsi.

Somsi tertawa geli melihat tangan ibunya yang mengacung ke atas.

Somsi melempar senyum pada adeknya itu, yang membuat Friska tambah dan tambah lebih kesal lagi.

Friska yang mendengarnya kakaknya ingin bercerita heran. Sebenarnya ia menunjuk kakaknya agar kakaknya dapat pelajaran karena sudah mempermainkannya dan membuat kesal.

"Ihk, kakak mana bisa bercerita. Palingan ceritanya membosankan," ucapnya melirik dengan mata melotot.

Somsi kembali melempar senyumnya pada adeknya itu hingga kekesalan Friska semakin bertambah.

Ihk malah senyum, gak lucu kali.

Somsi memulai ceritanya.

"Pa,ma aku ingin menceritakan pengalaman ku semenjak aku lahir ke dunia dan mendapati kalian adalah mama papa aku. Banyak sekali yang kita hadapi ma,pa dan juga adek saat-saat kita menempuh kehidupan ini.

Aku dan Friska bukan terlahir dari keluarga yang kaya. Dan bukan juga anak yang seberuntung teman-teman aku dan Friska.

Tetapi kami senang dan bangga pa,ma.... kami bisa di didik oleh orang tua seperti kalian," ucapnya melirik pada ayah dan ibunya. Somsi melanjutkan perkataannya lagi.

"Kalian mengajarkan kami untuk tetap bertahan. Meski kehidupan yang kita lalui sangat berat. Kalian juga tidak lupa memberikan kami nasehat yang baik. Bahkan kami tidak pernah melupakan diri kami bahwa kami adalah ciptaan Tuhan yang harus tetap bersyukur. Kalian selalu mengajari kami sopan santun dan cara berdoa kepada Tuhan. Kalian selalu mengingatkan kami untuk beribadah agar kami selalu diberkati.

Kini kami tumbuh besar ma,pa...terimakasih untuk semuanya."

Bu Wati dan pak Nius tidak berkutik sedikit pun. Mereka terharu dengan penuturan putri nya itu.

Friska juga meneteskan air mata. Dia juga terharu dan tersentuh dengan cerita kakaknya itu. Apalagi ceritanya menyangkut kehidupan mereka.

"Nak, kamu tidak perlu berterima kasih. Itu memang sudah kewajiban kami. Kalian menjadi tanggung jawab kami saat kau dan adek mu lahir ke dunia ini," lirih bu Wati menahan air matanya.

Bu Wati sedih mendengar ceritanya. Ingin menyuruh berhenti tapi penasaran dengan kelanjutannya. Ingin menyuruh lanjut tapi ceritanya sangat menyentuh hati. Sangat sulit menentukan apa yang harus di pilih.

"Iya nak, kami sangat terharu dengan ceritamu itu," lanjut pak Nius. Pak Nius juga merasa kalau cerita Somsi sangat menyentuh hatinya. Dia tidak mengira kalau cerita itu akan menyangkut kehidupan mereka.

"Oh ya pak, ma. Tadi kan Somsi bertemu nenek tua di jalan sedang membawa kayu bakar. Terus Somsi bantu nenek itu. Selesai mambantu, nenek itu mengucapkan terimakasih dan kasih doa sama aku pa ma," ucapnya dengan menyunggingkan senyum. Somsi menceritakan apa yang telah ia dengar dari doa si nenek saat ia selesai membantunya.

"Lalu nak?" tanya bu Wati penasaran. Dia ingin putrinya melanjutkan ceritanya lagi.

"Ya baru kali ini loh ma, Somsi dapat doa. Dari sekian banyak yang Somsi bantu. Mereka hanya mengucapkan terimakasih saja tapi nenek ini beda ma," ucapnya senang.

Bu Wati ingin tau apa yang sedang dipikirkan oleh putrinya itu.

"Wah, bagus itu nak. Semoga doa nenek itu terkabulkan. memangnya dari doa nenek itu apa yang akan kamu simpulkan dan apa yang kamu harapkan?"

"Ma,pa. Aku ingin sekali merubah kehidupan keluarga kita. Aku tidak tega melihat kalian selalu bekerja diladang orang. Apalagi usia kalian akan bertambah. Jika kalian tidak kuat lagi, orang-orang tidak akan memakai tenaga papa dan mama lagi," ucapnya dan tetap melanjutkan ceritanya, "Maka dari doa nenek itu, aku ingin doa itu menjadi kenyataan. Aku akan berjuang ma pa. Berjuang merubah nasib kita. Siapa tau Somsi bisa membahagiakan kalian."

Somsi meneteskan air matanya. Air mata tanda bukti dari janjinya, kalau ia akan menepati janjinya itu.

Bu Wati dan pak Nius sangat terharu dengan kegigihan putrinya yang ingin membahagiakan mereka. Mereka selama ini hanya ingin putri mereka bahagia dan tidak mengharapkan imbalan apapun.

Dia melihat kearah adeknya. Dia tersenyum meski diwajahnya menggambarkan kesedihan.

"Aku juga tidak mau adek sampai putus sekolah. Aku akan buat kehidupan adek berbeda dengan kisah pahit hidupku yang pernah aku lalui saat masa masih kecil hingga besar. Saat-saat kalian kesusahan membayar uang sekolahku ma,pa."

Friska kembali meneteskan air matanya. Dia tidak mengira kalau kakaknya begitu menginginkan kehidupannya lebih baik. Dia juga sangat bersyukur bisa memiliki kakak sebaik Somsi.

"Kak, terimakasih. semoga semua mimpi kakak tercapai."

"Ya dek. Doakan kakak. Percaya sama kakak, kakak akan membahagiakan kalian," ucap Somsi. Somsi terus memegang janjinya itu. Dia tidak ingin sedikit pun berubah.

Friska menghapus air mata yang baru menetes di wajah kakaknya.

"Kesimpulan dari nenek itu yang aku ambil. Kita tidak bisa sukses hanya dengan berdoa saja. Tetapi kita harus berusaha sambil berdoa," ucapnya. Somsi dengan semangat mengatakan kalimat yang baru ia katakan.

"Itu betul nak, semangat ya nak. Doa papa dan mama selalu bersamamu."

Pak Nius juga memberikan semangat pada putrinya itu. Dia juga selalu berdoa agar anak mereka tidak seperti yang mereka alami nantinya. Berharap kalau hidup itu bisa berubah. Roda akan tetap berputar dan tidak selamanya mereka hidup di bawah. Ada kalanya mereka akan hidup di atas juga.

Bersambung......

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga komen.

Terpopuler

Comments

Nurmina Sitorus

Nurmina Sitorus

sukses

2024-02-24

0

Kayuni"

Kayuni"

makasih kakak🥺 doainya Somsinya

2022-03-16

0

NUR(V)

NUR(V)

semoga di cerita ini gak ada bawang..... semangat terus somsi ayo berjuang demi keluarga.....

2022-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Akhirnya terbongkar sudah
25 Teringat Masa SMA
26 Ilusi anak kecil
27 Pak Nius sadar dari koma
28 Gara-gara Bram
29 Usaha Bram
30 Makan Berdua
31 Ditinggal Sendirian
32 Ungkapan Perasaan
33 Terimalah cintaku
34 Cinta Masa Lalu (1)
35 Cinta Masa Lalu (2)
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Kisah Penderitaan Anak Kecil
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Pertama kali dibawa oleh pria
42 Bi Surti yang lucu
43 Hidangan makanan
44 Makan Sebelum Pergi Kencan
45 Kencan Pertama
46 Pernyataan cinta Bram
47 Akan Menunggu Cintamu
48 Akhirnya Panen Padi
49 Mengapa masih bertahan?
50 Lomba, 17 agustus 1945
51 Detik-Detik Lomba Memasak
52 Pengumuman Juara Lomba
53 Di Rumah Siti
54 Perjalanan
55 Penyerahan Uang Masuk
56 Rahasia Yang Terbongkar
57 Persetujuan Dari Friska Untuk Bekerja
58 Menderes Getah/Karet
59 Mengapa Selalu Dia
60 Bertemu Lagi
61 Kedatangan Dino
62 Penyesalan Selalu Datang Terlambat
63 Amarah
64 Perasaan Yang Sesungguhnya
65 Masa Lalu
66 Rahasia Hati
67 Penjelasan
68 Nge-date
69 Rencana
70 Apakah ini cinta?
71 Tidak Boleh Pergi
72 Hampir diperkosa (18+)
73 Kesalahpahaman
74 Keberangkatan Somsi ke Malaysia tiba waktunya
75 Jika kita ditakdirkan bersama
76 Hari Pertama Bekerja
77 Menjadi Asisten Pribadinya
78 Dia lucu sekali
79 Saya disini untuk bekerja bukan pelacur!
80 Membencimu adalah kemauanku
81 Undangan Pesta Dansa
82 Pesta Dansa 1
83 Pesta Dansa 2
84 Perasaan aneh
85 Usaha untuk meluluhkan hatinya
86 Kencan
87 Malu-malu Kucing
88 Memaki dalam hati
89 Pernikahan Tragis (End_Sad)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Akhirnya terbongkar sudah
25
Teringat Masa SMA
26
Ilusi anak kecil
27
Pak Nius sadar dari koma
28
Gara-gara Bram
29
Usaha Bram
30
Makan Berdua
31
Ditinggal Sendirian
32
Ungkapan Perasaan
33
Terimalah cintaku
34
Cinta Masa Lalu (1)
35
Cinta Masa Lalu (2)
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Kisah Penderitaan Anak Kecil
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Pertama kali dibawa oleh pria
42
Bi Surti yang lucu
43
Hidangan makanan
44
Makan Sebelum Pergi Kencan
45
Kencan Pertama
46
Pernyataan cinta Bram
47
Akan Menunggu Cintamu
48
Akhirnya Panen Padi
49
Mengapa masih bertahan?
50
Lomba, 17 agustus 1945
51
Detik-Detik Lomba Memasak
52
Pengumuman Juara Lomba
53
Di Rumah Siti
54
Perjalanan
55
Penyerahan Uang Masuk
56
Rahasia Yang Terbongkar
57
Persetujuan Dari Friska Untuk Bekerja
58
Menderes Getah/Karet
59
Mengapa Selalu Dia
60
Bertemu Lagi
61
Kedatangan Dino
62
Penyesalan Selalu Datang Terlambat
63
Amarah
64
Perasaan Yang Sesungguhnya
65
Masa Lalu
66
Rahasia Hati
67
Penjelasan
68
Nge-date
69
Rencana
70
Apakah ini cinta?
71
Tidak Boleh Pergi
72
Hampir diperkosa (18+)
73
Kesalahpahaman
74
Keberangkatan Somsi ke Malaysia tiba waktunya
75
Jika kita ditakdirkan bersama
76
Hari Pertama Bekerja
77
Menjadi Asisten Pribadinya
78
Dia lucu sekali
79
Saya disini untuk bekerja bukan pelacur!
80
Membencimu adalah kemauanku
81
Undangan Pesta Dansa
82
Pesta Dansa 1
83
Pesta Dansa 2
84
Perasaan aneh
85
Usaha untuk meluluhkan hatinya
86
Kencan
87
Malu-malu Kucing
88
Memaki dalam hati
89
Pernikahan Tragis (End_Sad)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!