Saat Somsi selesai mengurus semua berkas dia menyempatkan diri untuk singgah ke rumah Siti. Dia ingin sekali menceritakan apa yang dia rasakan saat ini.
Selama ini Siti selalu mendengarkan apa yang ia ceritakan. Siti juga sangat peduli padanya. Somsi mengetuk pintu rumahnya Siti,lalu Siti membuka pintu dan datang menghampirinya. "Eh,Somsi. Tumben mampir kesini. Gak biasanya loh."
"Iya nih Sit. Aku pengen jumpa sama mu saja. Sudah lama aku tidak main kesini." Somsi memberikan alasan lain dari maksud kedatangannya.
Dia juga bingung apakah dia akan menceritakan masalahnya atau memilih memendamnya dalam hati.
Siti memperhatikan Somsi, dari tadi dia melihat Somsi seperti tidak bersemangat.
Tidak biasanya dia akan bermain kerumahnya. Dia ragu dengan apa yang diucapkan oleh sahabat nya itu. Terlihat jelas kalau kedatangannya hanya karena ingin jumpa.
Apakah dia sedang ada masalah ya?
Siti terus memperhatikan Somsi, sampai Somsi sendiri merasa risih. Somsi adalah sahabat kecilnya.
Ya meski Somsi belum pernah mengakuinya sahabat, tapi dia tetap menganggap Somsi sebagai sahabatnya.
Mungkin karena sikap baik yang dimilikinya. Dia tidak peduli dengan keadaan Somsi baik kaya atau tidak.
Meski dia tahu kalau Somsi adalah anak dari keluarga yang sangat miskin. Karena baginya adalah berteman secara tulus.
"Serius nih, kamu gak papa Som. Cerita saja sama aku. Selagi aku masih bisa membantu, aku akan bantu kok."
Siti menawarkan bantuannya. Berharap kalau Somsi mau menceritakan apa yang menjadi masalahnya.
"Ahk Siti, aku gak papa kok. Aku gak boleh rupanya mampir kesini. Wah kamu jahat deh kalau melarang teman sendiri untuk mampir ke rumahmu."
Somsi hanya bercanda mengatakan itu. Dia berusaha senyum, dia tidak ingin menunjukkan masalahnya baik dari wajah atau mulutnya.
"Hehehhehe, Somsi bukan begitu lah maksud aku. Maaf deh kalau kamu merasa tersinggung dengan perkataan ku." Siti tidak ingin sahabatnya itu salah paham padanya. Dia hanya ingin membantu saja.
Selagi dia bisa membantu dia tidak akan menolaknya.
Siti masih merasa bingung sekali dengan kedatangan Somsi. Sudah jelas kali kalau sahabatnya itu mengisyaratkan kalau dia sedang ada masalah.
Tapi dia berusaha menutupinya. Siti mencari cara agar dia bisa mengatasi kebisuan Somsi. Dan bagaimana caranya membuat Somsi mengatakan sejujurnya tentang apa yang telah terjadi padanya tanpa harus ditutup-tutupi lagi.
"Oh ya Som. Aku sudah punya rekening loh, papa aku naik jabatan dari pekerjaannya. Setiap bulan aku akan mendapat uang tabungan dari rekening yang dikirim oleh papaku." Siti mencoba memakai cara untuk membuat Somsi sedikit percaya.
Ayolah Som... bicaralah. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, aku selalu ada untuk membantumu. Oh ayolah.
"Wah bagus sekali Sit. Aku-" suara Somsi terputus saat ingin melanjutkan kata dari yang dia ucapkan. Dia merasa bodoh sekali dengan apa yang ingin dia ucapkan.
"Aku apa Som, suara kamu kok terputus. Aku ingin kau tau Som, kini uang aku sudah banyak terkumpul. Kalau kau sedang butuh uang, kau boleh boleh kok meminjam uang aku. Kalau memang kau sangat perlu dengan uang," ucap Siti.
Siti memperhatikan wajah Somsi yang terlihat seperti memikirkan sesuatu. Dari perkataan Somsi yang terputus dia sudah curiga Somsi punya masalah. Apalagi wajah sahabatnya itu terlihat sedih.
Wah, kebetulan sekali. Aku memang sangat membutuhkan uang saat ini.
"Hei... aku sedang bicara samamu. Kok kau malah bengong sih." Siti menyadarkan Somsi dari lamunannya. Dari tadi dia berpikir. Entah apa yang sedang dia pikirkan Siti tidak tahu.
"Heheheh maaf. Sit...aku boleh gak pinjam uangmu? Aku sangat butuh uang saat ini. Aku tidak tahu kepada siapa aku akan meminjam uang sebanyak itu," lirih Somsi. Somsi menunduk karena rasa malu pada dirinya. Mereka sama-sama tamat sekolah, tapi sampai sekarang dia masih belum punya pekerjaan. Bagaiman dia bisa memiliki uang kalau dia sendiri belum bekerja.
"Kenapa kau sangat butuh uang Som? apa kau punya masalah? mau kemana uang ini setelah kau pinjam?" tanya Siti penuh penasaran. Siti bukannya tidak mau meminjamkan uangnya. Hanya saja dia perlu tau apa yang sebenarnya yang menjadi masalah Somsi. Yang membuat wajah cantiknya terlihat menyedihkan seperti ini.
"Begini Sit... papa aku menyuruh agar aku bisa mendaftar pekerjaan yang di Malaysia itu. Aku belum tahu pasti jenis pekerjaan nya. Tapi aku dengar-dengar dari kakak yang telah mengurus berkas ku, aku akan dikerjakan di PT." Somsi mulai menjelaskan apa yang sedang dia alami saat ini.
"Oh kamu mau jadi TKI?" tanya Siti.
"Apa itu TKI? tanya Somsi balik. Dia bingung dengan apa yang barusan dikatakan oleh Siti.
"Itu loh.... tenaga kerja dari Indonesia," jelas Siti.
"Owh gitu." Somsi hanya membalas ucapan Siti singkat. Dia tampak bingung dengan pekerjaan yang sedang dia lamar itu. Dia takut nanti pekerjaan yang dia lamar malah menyesatkan atau berbalik dengan yang dia harapkan.
Apa lagi dia bekerja di Malaysia. Selama ini dia telah mendengar orang yang bekerja sebagai asisten rumah tangga diperlakukan dengan sangat buruk. Dia tidak mau kalau dirinya ditipu dan dimasukkan menjadi asisten rumah tangga.
"Mungkin begitulah Sit," ucap Somsi.
"Memang nya papamu mendapat kabar itu darimana Som?" tanya Siti lagi. Siti semakin penasaran dengan sahabatnya itu. Sama dengan Somsi. Siti takut kalau sahabatnya ditipu dan dijual di Malaysia. Dia sendiri tahu tentang apa yang telah tejadi di Malaysia selama ini.
"Teman dari papa aku Sit. Kebetulan putri teman papa aku telah pulang dan tidak melanjut pekerjaan lagi. Dari yang aku dengar sih kakak itu pulang karena umurnya sudah tidak cukup lagi untuk bekerja. Mereka punya batas umur dalam bekerja Sit... kata kakak itu batas umurnya tidak boleh lewat dari 30 tahun," tutur Somsi.
Siti semakin percaya kalau yang didaftar oleh sahabat nya itu memang sebagai TKI dan bukan TKW. "Owh begitu yah Som.... memangnya kamu mau pinjam berapa?" tanya Siti penasaran.
"Sit...kata kakak itu untuk bekerja disana uang masuknya sepuluh juta. Aku tidak memaksa kamu mau kasih berapa," jelas Somsi.
"Som... aku hanya punya uang sebanyak lima juta di rekening aku. Kalau kamu mau aku akan ambilkan uang aku semua di rekening," ucap Siti. Dia juga ingin memberi Siti uang lebih, tapi karena uangnya masih segitu, apa yang akan dia kasih. Ya segitu dia punya, segitu pula dia berikan.
"Kalau kamu ambilkan semua, uang jajan kamu bulan ini apa?" tanya Somsi.
Dia tidak mau Siti karena niat yang ingin menolongnya, dia jadi tidak dapat uang jajan bulan ini. Apa lagi kalau ayah nya bertanya kemana semua uang itu dan mengapa sebanyak uang itu bisa cepat habis.
"Kamu gak usah kuatir. Kan ini sudah akhir bulan. Tentu papa aku akan mengirimkan uang ditanggal pertama," ucap Siti dengan tulus.
"Owh begitu ya Sit,"
Selama ini aku belum pernah memiliki uang sebanyak itu.
Somsi menundukkan kepalanya. Selama ini dia tidak pernah mendapat uang jajan sebanyak itu dari orang tuanya.
"Hee... kok melamun sih," Siti mengeraskan suaranya agar Somsi sadar dari lamunannya.
"Pakai toa Sit...!" ucap Somsi yang merasa terganggu dengan suara Siti.
"Hahahahhah...Sorry," lirih Siti.
"Heheheh iya gak papa," ucap Somsi.
"Habis kamu melamun sih.. jadi nih mau pinjam uang aku?" tanya Siti. Kali ini dia ingin sahabatnya cepat mengatakan kalau sahabatnya memang sangat butuh pertolongan itu. Dia sendiri sudah sangat telat untuk pergi kepasar membeli persediaan rumah. Dikulkas mereka buah-buahan sudah tidak ada lagi.
"Iya-iya aku mau," ucap Somsi.
Siti tersenyum tulus. "Oke aku akan ambilkan hanya untukmu. Dah dulu ya aku mau pergi kepasar beli buah bye."
Siti lalu pergi meninggalkan Somsi. Sedangkan Somsi masih bingung mau kemana lagi dia mencari uang.
Dia sendiri tidak punya uang sebanyak Siti. Meski selama ini dia menyimpan uang di celengan tapi tidak sebanyak uang Siti.
.......
...****************...
Siti sudah sampai di rumah. Dia tidak menemukan ibunya. Mungkin ibunya sedang berada di sawah. Lalu ia melihat persediaan yang ada dirumah. Lalu dia melihat beras dan telor dan masih ada wortel dengan kol.
"Oke aku akan memasak bakwan dan menjualnya," ucap Somsi dalam keheningan. Tidak ada orang didalam rumah. Adek nya sendiri belum pulang sekolah.
Setelah beberapa menit telah berlalu bakwan yang sudah dia racik Sudan masak semua. Dia tinggal menjualnya saja. Tidak lupa dia meninggalkan sedikit untuk kedua orang tuanya dan juga adek kesayangan nya.
Ba.................
Suara Friska terdengar sangat mengejutkan sekali.
"Ahk adek. Kamu buat kakak terkejut saja," ucap Somsi sambil memegang dadanya. Terasa dibagian tangannya kalau jantungnya berdegup kencang.
Tanpa dia sadari adek nya Friska telah pulang dan sudah mengejutkan dirinya. Untung saja ia memegang kuat yang di junjung di kepala nya itu.
"Ha ha ha ha ha .... maaf kak... kakak mau kemana nih? dan apa itu yang di atas kepala kakak?" tanya Friska.
"Ini bakwan. Dah ya kakak mau pergi jualan. Kakak sudah tinggalkan untuk kalian. Jangan habiskan! sisakan untuk mama dan papa," ucap Somsi lalu meninggalkan Friska didalam rumah.
Di tengah jalan dia sudah berkeliling kesana kesini belum ada yang membeli jualannya.
Bakwan... bakwan.....
Dia mengeraskan suaranya agar terdengar oleh siapapun yang mendengarnya dan datang menghampirinya untuk membeli.
"Kak... bakwan," ucap anak kecil.
" Iya dek... mau berapa?" tanya Somsi.
"dua kak," ucap anak kecil itu.
"Syukurlah" batin Somsi. Dia senang karena sudah ada yang menawar bakwan nya itu.
"Ini kak," ucap anak itu menyodorkan uangnya dua ribu.
Somsi tersenyum senang menerima uang itu. "Makasih yah dek."
Somsi kembali berkeliling lagi dan dikejutkan oleh suara pria. Dia hampir menjatuhkan junjungan yang diatas kepala nya itu.
Ba.............
"Kamu kenapa sih selalu ganggu aku, kamu tidak punya kerjaannya," bentak Somsi yang merasa jantungnya sudah mau copot.
"Hahahahhaha... kamu sih lucu kali," ucap Bram tertawa terbahak-bahak.
Somsi tidak meladeninya bicara, dia kembali fokus pada jualannya itu.
"Eh....jangan tinggalin aku dong," ucap Bram mengikuti langkah Somsi dengan cepat.
Tidak ada jawaban dari Somsi. Kemudian dia mencari cara untuk membuat Somsi berbicara lagi.
Bakwan..... bakwan.....
Suara keras Bram mengisi satu kampung itu. Somsi merasa terganggu dengan suara keras Bram. Tiba-tiba banyak orang yang datang dan menghampiri mereka.
Somsi bingung harus meladeni siapa lebih dulu karena banyak sekali. Bram pun ikut membantu hingga pada akhirnya bakwan Somsi tinggal dua lagi.
"Nih untukmu makasih telah membantuku," ucap Somsi lalu menyodorkan sisa bakwan nya itu.
"Gimana? masih gak mau bicara sama aku?" tanya Bram tersenyum licik.
Somsi tidak mendengarnya lalu pergi meninggalkan Bram sendirian. Kalau dia sempat meladeninya bicara. Bisa-bisa dia tidak pulang nanti. Padahal dirinya masih punya banyak kerjaan di rumah.
Bersambung....
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
NUR(V)
somsi semangat awal kesuksesan adalah berjuang keras....
2022-03-16
1
❤️⃟Wᵃf🧸🍒🍾⃝ͩɴᷞαͧуᷠαͣ❣️ 📴
semangat bram mngejar cinta somsi
2022-02-28
1
Azura One
boom like disini juga. semangat ya
2021-04-19
1