Selesai bercerita semua beranjak pergi ke kamar tidur masing-masing. Orang tua Somsi sudah kembali ke dalam kamar, sedangkan Somsi dan Friska masih ditempat itu saling bercerita lagi satu sama lain.
"Kak, kalau saja kita punya tv. Kita pasti sudah menonton bareng," ucap Friska sambil menatap langit-langit rumah. Mereka masih dalam posisi merebahkan tubuh.
Somsi heran dengan apa yang baru saja diucapkan adeknya itu. Dia juga bingung mau bilang apa. "Dek kenapa kamu bilang begitu?"
Sebenarnya dia tau maksud dari adeknya itu. Tapi dia harus apa dan bagaimana dia menjelaskannya. Untuk saat ini dia masih belum punya uang.
Jangan kan uang, pekerjaan saja belum punya. Apalagi kalau dibicarakan tentang tv, dari mana ia bisa mendapatkan uang untuk membelinya. Sudah hampir satu tahun ia tamat sekolah, tapi ia belum pernah merasakan yang namanya bekerja di luar selain bekerja membantu kedua orang tuanya.
"Maaf kak, Aku hanya pengen punya tv. Aku ingin kita nonton bareng. bareng kakak dan mama papa," rengek ya. Friska mengatakannya seperti ingin sekali di puji. Terlihat jelas dari wajahnya.
"Iya dek. Kamu gak usah kuatir, doakan saja kakak. Kalau kakak sukses nanti, semua kebutuhan kamu akan kakak penuhi," lirih Somsi.
Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya, selebihnya terserah Friska mau bilang apalagi. Dia akan meladeni semua yang dikatakan Friska.
Friska tersenyum. "Oke kakak. Aku tunggu janji kakak."
Wajahnya kembali senyum.
Dari dulu memang dia sangat ingin menonton tv. Selama ini mereka selalu menonton dirumah tetangga. Itupun mereka tidak sampai puas, mereka bahkan ditentukan waktu saat menonton.
Ya jelaslah mereka juga punya tanggung jawab. Gak harus terus menonton. Kalau terus menonton lalu bagaimana mereka akan melalu hidup mereka.
Mereka kembali kekamar saat mata mereka sudah mengantuk. Didalam kamar, Friska menarik selimut kakak nya. Dia selalu mengganggu kakaknya lalu dia menggelitik dan membuat suaranya sangat keras.
Hahahahhaha.....
Friska sangat senang dengan apa yang ia lakukan.
"Friska, tidurlah, Kakak capek. Kakak ingin cepat bangun besok. Kalau kamu belum mau tidur jangan ganggu kakak!" teriak Somsi. Suara keras Somsi membuat Friska sedikit terkejut.
Gak usah keras suaranya kali. Emang aku budek kak?
Friska yang mendengar kakaknya seperti orang yang sedang marah. Memilih diam dan tidak mengganggunya lagi.
Diseberang kamar Friska juga kena teguran oleh orang tuanya. Mereka merasa terganggu dengan suara putrinya yang dari tadi belum tidur.
"Nak, tidurlah. Kamu jangan ganggu kakakmu. Dia masih punya pekerjaan penting untuk dia lakukan besok. Tidurlah nak." Pak Nius juga mengatakan hal yang sama dari seberang kamar. Mereka sangat terganggu dengan suara Friska.
"Iya pa." Kalimat itu yang keluar dari mulutnya.
Dari tadi Friska hanya main-main saja. Memang gak bisa apa.
Setelah sekian lama Friska berceloteh dalam hatinya lalu dia tertidur pulas.
...****************...
Waktu telah menunjukkan jam 5 pagi. Belum ada yang beranjak dari tempat tidurnya selain Somsi.
Somsi bangun cepat sekali agar dia tidak terlambat menyiapkan sarapan pagi.
Dia memasak dengan penuh cita rasa. Dia tidak ingin masakannya tidak enak. Dia memasak ala kadarnya saja. Dia tidak mau makanan mereka mubajir saat masa sulit sekarang.
Matahari sudah mulai terbit dari timur. Didalam kamar Friska merasakan silau terik matahari saat Somsi membuka jendela kamar.
"Sudah pagi rupanya. Saat nya mandi." Friska beranjak dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi belakang untuk mandi.
"Kamu sudah bangun dek?" Somsi melihat Friska datang kekamar mandi. Kamar mandi kan satu tempat dengan dapur. Maksudnya di dapur itulah terdapat kamar mandi. Ya beda dengan orang kaya, kamar mandi mereka berada dikamar.
Somsi sudah selesai menyiapkan sarapan di depan. Seperti biasa mereka makan dilantai depan yang beralaskan tikar.
"Iya kak." Friska mengucek-kucek mata nya yang masih mengantuk.
Orang tua Somsi keluar dari kamar. Mereka juga sudah siap untuk sarapan pagi.
Mereka semua sudah duduk untuk makan. Mereka makan dengan santai. Apa lagi Friska masih sempat duduk sebentar sebelum pergi kesekolah. Somsi selesai makan lalu pergi kekamar untuk mengambil berkas yang sudah dia kumpulkan tadi malam.
Dia meninggalkan orang tuanya dan juga Friska yang masih makan.
"Ma, pa, Somsi berangkat ya. Somsi mau cari pekerjaan," ucap Somsi sambil menyalam orang tuanya. Somsi sendiri masih menutupinya dari ibunya dan Friska.
"Iya nak, semangat!"
Bu Wati sangat senang dengan apa yang dilakukan oleh putrinya itu. Dia berharap semoga saat putrinya pulang membawa kabar baik yang menyenangkan hatinya.
Tentang pelamarannya ke Malaysia hanya pak Nius yang tau.
Pak Nius mendukung apa yang sudah menjadi keputusan dari putrinya itu. Dia juga tidak tega membohongi istrinya. Sampai kapan dia menutupinya dia tidak tau.
Dia hanya tidak sanggup melihat istrinya patah semangat mendengar kalau putrinya ingin melamar kerja. Memang Somsi melamar kerja, tapi bukan disini, melainkan di Malaysia. "Hati-hati nak," ucapnya.
"Iya pa."
Somsi senyum. Dia berusaha menyembunyikan kesedihannya. Dia tidak ingin mereka khawatir.
Friska senang melihat kakaknya, dia berharap kakaknya itu dapat pekerjaan. "Kak, semoga dapat pekerjaan. Jangan lupa kalau sudah dapat kakak harus traktir aku beli roti donat."
Somsi menahan tawanya. Adeknya sangat lucu. Orang jika pulang ingin di traktir makan bakso, mie ayam bakso. Beda sekali dengan adeknya yang hanya meminta donat si seribu. "Hmmm, oke dek."
Dia pergi dengan senyuman yang masih ada dilekukan bibirnya. Dia senang adeknya memberikan support untuk dirinya.
Meski dia tahu kalau adeknya itu belum mengetahui apa-apa. Apa lagi dengan ibunya. Dia sengaja diam tidak memberitahu mereka agar tidak terlalu khawatir. Dia juga tidak ingin itu menjadi beban dalam pikiran mereka.
"Bye... ma,pa dan adek aku pergi dulu."
Somsi melangkah keluar dari rumah. Dengan berkas yang ada ditangannya.
...****************...
Dia tidak lagi kerumah Ka uba. Dia hari ini pergi ke rumah Ka borusaragih. Dia terus berjalan menelusuri perjalanan ke rumah Ka borusaragih.
Sesampainya di sana ia tidak mendapati Ka borusaragih. Dia terpaksa menunggu sampai Ka borusaragih kembali. Dia tidak ingin perjalanannya itu sia-sia. Sangat lelah untuk melakukan perjalanan ke rumah Ka borusaragih.
Kok Ka borusaragih belum juga datang ya...
Sudah sangat lama dia menunggu tapi orang yang ditunggu tak kunjung datang.
Aku haus sekali mana aku tidak bawa uang lagi.
Somsi sudah merasa haus sekali. Dia tidak punya uang untuk membeli minuman di warung.
Satu jam kemudian orang yang ia tunggu datang juga. Ka borusaragih tidak datang sendirian. Dia bersama dengan satu wanita yang berjalan bersebelahan dengannya.
Wanita itu membawa berkas sama seperti dirinya.
Apa kah dia juga mau melamar pekerjaan seperti aku ya?
Ka borusaragih menyapa Somsi dengan senyum "Hai dek, sudah lama ya menunggu kakak.
Maaf ya dek kakak baru datang. Kakak sudah buat kamu lama menunggu. Kakak punya banyak pekerjaan hari ini," ucap Ka borusaragih menjelaskan kemana saja dia pergi sehingga tidak ada dirumah.
"Heheheh. Gak papa kok kak. Aku belum lama menunggu. Aku baru sampai kok kak," jawab Somsi berbohong kalau dirinya baru sampai, padahal dari tadi dia sudah lama menunggu.
Ka borusaragih senang mendengarnya. "Ini sama dengan kamu dek. Dia juga mau melamar pekerjaan di Malaysia. Dia ingin sekali bekerja disana dan mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya."
Ternyata bukan cuma Somsi saja pergi. Dan apa yang dibilang kakak itu, wanita bersamanya juga ingin membahagiakan orang keluarganya. Apa dia sudah menikah atau memang mereka sama. Sama-sama punya tujuan yang sama.
"Hai" Somsi menyapa wanita itu. Dia juga ingin tau apa kah memang benar mereka punya tujuan yang sama.
"Hai juga." Wanita itu menjawab dengan senyum ramah.
"Nama kamu siapa?" Somsi begitu penasaran dan mengajak berkenalan. Memang Awala dari orang belum kenal ya perkenalan dulu.
"Nama aku Uba. Kalau kamu siapa?" Wanita itu terus melakukan feedback.
"Kalau aku, nama aku Somsi," jawab Somsi juga memperkenalkan dirinya.
"Oh ya, kamu melamar kerja ini mau bahagiakan orang tua juga," tanya Somsi engan untuk bertanya tapi ia sangat penasaran.
Wanita itu menjawab. "Iya."
Somsi senang sekali mendengarnya.
Ternyata masih ada kawan.
Percakapan pun berlangsung lama. Mereka
terlihat akrab sekali. Dari perkenalan biasa menjadi teman baik.
"Kalian sudah siap bicara? Atau kalian saya suruh pulang saja," ucap Ka borusaragih menghentikan percakapan mereka yang masih berlangsung.
Somsi merasa tidak sopan. Dari tadi dia selalu berbicara sampai melupakan Ka borusaragih.
"Heheheh, maaf kak. Kami asik bicara saja hingga melupakan kakak."
Uba melanjutkan permohonan maaf nya setelah melihat Somsi minta maaf.
"Iya kak," ucap Uba.
"Heheheh gak perlu tegang dek. Kakak hanya bercanda." Ka borusaragih melihat ekspresi mereka yang takut. Dia tersenyum melihatnya.
Somsi dan Uba juga tersenyum setelah mendengar penjelasan Ka borusaragih.
"Somsi, mana berkas kamu biar kakak nanti urus data-data mu dan kau juga ya Uba," ucapnya dengan mengulurkan tanganya.
"Ini kak," ucap Somsi menyerahkan berkas-berkas itu. Begitu juga dengan Uba.
"Oke dek. Semua akan kakak urus. Tapi ini belum tentu kalian masuk. Kalian masih dites. Jika kalian sudah lolos barulah kalian akan dipekerjakan di Malaysia dan jika tidak masuk, jangan sedih ya."
Ka borusaragih memperhatikan mereka. Dia menahan tawa melihat Somsi dari tadi terlihat tegang.
"Iya kak." Somsi dan Uba mengucapkan kata yang sama secara bersamaan.
"Kalau kalian ada yang tidak masuk, kalian tidak perlu balik jurang," ucap Ka borusaragih tersenyum.
Dengan melanjutkan kata katanya lagi. " Dan jangan salahkan kakak nya. Kakak bukan pengurus di sana. Kakak hanya menjalankan perintah dari mereka."
Ka borusaragih menjelaskan apa yang sebenarnya. Dia tidak ingin kalau mereka nanti sampai salah paham. Apa lagi kalau salah satu di antara mereka ada yang masuk, dan yang satu tidak tidak masuk. Pasti timbul kecurigaan yang tidak benar dan kecemburuan yang fatal.
"Heheheh, iya kak. Kakak gak usah merasa khawatir. Kalau saja saya tidak masuk. Itu bukan salah kakak. Itu tergantung rejeki kak," ucap Somsi menggaruk kepalanya. Dia juga tidak akan memaksa,semua tergantung rejeki.
"Tapi dek, kalian harus menyiapkan uang sebanyak sepuluh juta. Itu adalah uang masuk kesana ya dek." Ka borusaragih juga tidak lupa mengingatkan agar mereka mengumpulkan uang sebanyak yang diperlukan.
Apa... uang sebanyak itu? Kemana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu.
Somsi kaget. "Apa! uang sebanyak itu?" tanya Somsi.
Somsi mengucap ulang apa yang ia katakan dalam hatinya. Dia heran mendengar uang yang di perlukan hanya untuk bekerja di sana. Dia bingung sekali. Dari mana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu.
"Iya dek. Kamu tidak perlu khawatir. Semua akan terbalas lunas nanti setelah kamu bekerja di sana dek," ucapnya. Ka borusaragih berusaha menyakinkan mereka berdua.
"Baiklah kak," lirih Somsi.
Somsi mengucap dengan suara pelan. Dia terlihat lemah mendengar uang sebanyak itu. Dia bingung dari mana ia akan mendapatkannya.
Selama ini ia hanya melihat uang besar seharga 100 ribu. Dia belum pernah melihat uang sebanyak 10 juta. Bahkan di rumahnya saja, ia belum pernah melihat orang tuanya memegang uang sebanyak itu. Sekarang ia harus berpikir secara matang untuk menuntaskan semuanya.
Bersambung......
Tbc
Dukung Author dengan vote, like dan juga komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Coretan Lusuh
ceritanya rajin kk. lnjut besok lagi favorit buat critanya
2022-03-14
0
❤️⃟Wᵃf🧸🍒🍾⃝ͩɴᷞαͧуᷠαͣ❣️ 📴
semangat somsi semoga kelak jadi sukses dan berkah buat keluarga 🤲🤲🤗
2022-02-28
0
✹⃝⃝⃝s̊S Good Day
Jejak ya kak.
Makasih dah mampir di novelku.
Salam manis dari ''GEJOLAK CINTA"
2021-04-17
0