Haha. Dia cute , ceweknya juga cantik banget. Cuma jadi cameo padahal. Tapi bisa mencuri perhatian. Memang ya, setiap orang itu istimewa, apa pun perannya dalam hidup ini. Dengan caranya sendiri, setiap orang akan bersinar dan menjadi spesial. Aku menoleh saat mendengar suara kunci dari pintu depan.
“Assalamualaikum.” Ren muncul setelah suaranya terdengar.
“Waalaikumsalam.”
Ia menghampiriku, melingkarkan tangan di lenganku. Mencium keningku. “Kakak sudah sholat isya?” tanyanya.
“Sudah. Ren ke masjid aku juga sholat tadi. Hehe.” Jawabku sambil mengusap kepalanya. Dia senang kalau aku melakukannya.
“Istri sholeha harus dikasih hadiah.”
Hei, hei, aku nggak perlu hadiah. Aku sedang nonton drama sekarang. Tapi dia sudah loncat ke kursi, menabrakku. Membuatku terperangkap di bawahnya.
“Hentikan Ren aku sedang nonton.” Dia tidak mendengarkan. Aku pasrah membiarkannya, saat ciumannya mulai menyentuh bibir, harus diakhiri pikirku, kalau tidak dia bakal lanjut. Ku gigit bibirnya, dia menjerit. “Terimakasih hadiahnya sayang, sudah minggir sana!” Aku tertawa sambil mendorongnya.
Dia cemberut lalu bangun. Dasar bocah. Ren berjalan ke dapur. Aku kembali fokus melihat tv. Nah kok sudah di sini, tadi ke mana ceweknya. Dasar Ren mengganggu saja, kuraih remote dan memundurkan waktu. Haha, kalau cewek lagi nonton drama begini nggak boleh lepas sedetik pun. Rugi.
“Kakak!”
“Hemmm.” Aku menyahut sekenanya.
“Nggak ada es cream ya?”
Aku lupa memeriksa frezeer. “Aku lupa memeriksa frezeer tadi. Ada jus buah di kulkas.”
“Maunya es cream.”
“Buah segar mau? Aku beli stroberry sama melon. Aku buat jus ya?” Berharap dia luluh.
“Mau makan es cream.” Tidak merubah keinginan.
“Besok ya Sayang.” Rayuan level 2.
“Aku pergi beli sekarang aja ke depan.” Katanya akhirnya. Aku bersyukur.
“Mau ditemani Sayang?” tanyaku pura-pura aja, mata masih melihat tv.
“Mau.” Cepat sekali menjawabnya. Menyesal aku menawarinya.
“Ah tapi, aku malas ganti baju. Hehe.” Aku sudah duduk membalikan badan membelakangi tv, menatapnya langsung. Fokus bicara padanya. Dia cemberut.
“Dasar Kakak! Tukang PHP”
“Haha.” Wajah kesalnya sangat lucu. “Aku boleh pakai baju ini?Aku temani,” tanyaku kemudian.
“Lupakan.” Cepat dia menjawab. “Kakak pikir mau ke mana dengan baju seseksi itu.” Aku merinding dengan suara rendah dan sorot mata tajamnya. Gawat dia kesal.
“Ah benar juga aku sedang pakai baju kesukaan Ren ya. Hihi, aku tunggu di rumah aja ya Sayang.” Sekarang aku merinding jijik dengan suara sok imutku. Baju seksi apaan, ini kan baju tidur yang bahkan sering kulihat orang pergi memakainya pergi ke POM bensin sekali pun. Tapi mendebatnya sekarang bisa-bisa dia membuat peraturan baru aneh lagi.
“Kakak mau dibelikan apa?” berjalan mendekatiku. “Dompetku di mana ya?” hemm, padahal jelas-jelas dompet selalu ada di laci, ngumpul reuni malam dengan hp. Oh hpku. Hiks, sampai jumpa besok.
“Pakai uang di atas kulkas aja.”
Dia berbalik ke dapur. Mengambil uang. “Kakak mau dibelikan apa?” mengulangi pertanyaan yang belum kujawab.
“Apa aja boleh.”
“Beneran aku yang pilih?”
Tunggu sepertinya lintasan kejadian aneh tiba-tiba muncul. Ren muncul dengan lima kantong belanjaan yang isinya makanan. Saat itu aku bilang “Apa aja terserah Ren, nanti kalau yang dibeli aku suka Ren dapat bonus. Hehehe.” Dan entah apa isi kepalanya saat itu, dia mengambil hampir semua jenis makanan ringan yang ada di etalase. Lima kantong besar. Aku harus menghabiskannya dengan mengumpulkan anak-anak kompleks sore hari. Mereka memang senang, tapi aku bingung menjelaskan pada orang tua mereka, dari mana jajanan itu berasal.
“Keripik kentang dan jeli.” Jelas dan singkat. “Jelinya yang kecil isi natadecoco.” Biar dia tidak tersesat mengambil apa saja.
“ Aku pergi ya.” Suaranya lemah, dan masih mematung.
“Ia.”
“Kakak tidak akan merindukanku kan?” berdiri sambil mengambil kunci motor.
“Pergi sana!” Mau bertingkah apalagi kamu, cuma ke minimarket depan juga banyak sekali dramanya.
“Kakak.”
“Pergi sana!”
Akhirnya dia menyerah. Aku mendengar suara kunci berdenting. Pergi juga akhirnya. Sekarang aku lanjut nonton lagi. Hahaha. Tertawa sendiri. Baper sendiri. Idih pelukan mulu. Hahaha. Ia, gak gitu juga kali. Ratu komen sedang mengomentari isi drama.
Aku sudah menyelesaikan satu episode. Lho kenapa lama sekali. Biasanya dia pergi tidak kurang dari lima belas menit sudah kembali. Aku berjalan ke dapur mengambil minum. Kalau saja boleh pegang hp. Hehe, apa aku curi-curi ya, mumpung Ren pergi. Tunggu,.kalau ketahuan gimana. Dia bakal menghukumku apa ya?.
“Kakak tahu, kenapa aku selalu mematuhi aturan yang kakak buat? Karena aku mencintai kakak. Karena aku mencintai kakak. Karena aku mencintai kakak.” Baiklah, baiklah ampun, aku tidak akan diam-diam mengambil hp. Ambruk lagi di kursi dan melanjutkan episode berikutnya.
“Apa yang kakak lakukan? Sampai aku datang juga tidak sadar. Liatin cowok ganteng ya” kata-katanya memang terdengar bercanda bagi orang lain, tapi sebenarnya dia serius.
Sejak kapan dia ada di sana. Pikirku.
“Melamun lagi? Ni pesanan kakak.” Aku tertawa menanggapinya.
“Dari mana aja sayang lama sekali?” Kuambil plastik di atas meja, sementara dia menuju kulkas. Memasukan es cream. Beli banyak sekali.
“Ketemu Mas Wahyu tadi pas masuk minimarket, diajak ngobrol. Kakak mau es cream”
“Nggak, nanti minta punya Ren aja.” Aku meninggalkannya di dapur menuju ruang tv. Lanjut lagi dramanya. Cukup lama Ren di dapur menyiapkan esnya.
Dia datang dengan semangkuk es cream aneka rasa. Lengkap dengan potongan buah di atasnya. Percayalah, dia jauh lebih detail dan rapi dalam melakukan apa pun dibandingkan denganku.
“Kok sudah sampai sini, episode berapa ini?” duduk sambil menyantap semangkuk esnya.
“7. Hahaha. Tadi sore nonton juga.”
“Dasar kakak seharian memelototi mereka aja.”
“Nggak kok, gak melotot kok. Sumpah.” Aku membuka mulutku saat sesendok es cream mendekat ke mulut. Ah manisnya. “Enak Sayang. Lagi.” Sesuap lagi masuk ke mulut.
Menonton berdua seperti ini sudah seperti kebiasaan sekarang. Karena aku tidak boleh bermain hp jadi aku memilih nonton tv. Ren ikut nimbrung dan mengomentari.
“Kakak.”
“Hemmm.” Aku menoleh, semangkok es sudah ludes.
“Minta peluk.” Apaan, mentang-mentang sedang menonton adegan pelukan. Aku meringis saja tidak menggubris. “Kakak, minta peluk.”
Kuangkat kakiku dan mundur sampai ujung sofa. “Sini duduk.” Kutepuk sofa di depanku. Dia tertawa cengengesan dengan cepat merubah posisi. “Peluk Ren sini.” kulingkarkan tangan ke pinggangnya. Aku bersandar di bahunya. Mencium bahunya berulang kali.
“Kakak, i love you.”
“I love you juga.” Ku eratkan pelukanku.
Sampai mana tadi dramanya. Meladeni Ren sampai membuatku tidak fokus.
“Jadi mamanya nggak setuju ya sama cowok itu. Kenapa? Karena dia lebih muda?” Ren mulai jadi komentator.
“Memang usia jadi segitu pentingnya apa?” masih protes. “ Kalau dulu ibu nggak setuju Kakak mau kuajak kawin lari nggak?”
“Apaan, dulu malah aku yang nggak mau. Ibu dari awal sudah suka sama kamu.” Kujawab sambil menyandarkan dagu.
“Kenapa?” sedih bercampur kesal. “ Kenapa Kakak gak mau?”
“Ngvak ingat apa, kamu kan aneh banget dipertemuan kita pertama kali. Gimana dulu ya kamu bilang. Aku suka kok, Kakak tolong jaga aku mulai sekarang. Ingat gak? Siapa juga yang bakal bilang begituan dipertemuan pertama.”
“Haha, ia ya. Aku kan sudah jatuh cinta sama Kakak.”
“Gombal.”
“Ia aku sudah jatuh cinta sama Kakak pertama kali ketemu. Eh, mamanya itu kenapa lagi juga. Namanya orang sedang jatuh cinta, dilarang juga percuma kan. Ya walaupun aku tahu juga orangtua pasti begitu demi kebaikan anaknya” Mulai mengomentari drama lagi. Dengan dialek sok bijak dan sok tau. “Kalau aku pilih kawin lari. Hahaha.”
“Mamanya juga sebenarnya bukan karena cowoknya lebih muda, tapi cowoknya itu udah nggak ada orangtua.”
“Kok gitu ya? Memang apa hubungannya”
“Budaya di sana begitu mungkin. Tapi memang ada hubungannya sayang. Menikah itu kan tidak cuma menyatukan dua orang yang sedang jatuh cinta. Tapi juga menyatukan dua keluarga besar. Jadi cari pasangan yang bukan cuma sayang sama kamu, tapi juga sayang sama keluargamu.”
“Seperti Kakak ya. Kakak kan sayang sama aku dan juga keluargaku.” Muah. Muah. Ren mencium tanganku yang memeluknya.
“Eh tapi cowoknya imut ya, cocok banget sama nonnanya.”
“Siapa?”
Kenapa ini, kenapa nada bicaranya sudah berubah begitu.
“Siapa apanya?” jawabku polos.
“Siapa yang imut.”
“Itu cowoknya.”
“Kakak jahat.” Setengah berteriak lho dia bilangnya, membuatku kaget.
“Lho kenapa?” Ren melepaskan tanganku. Dia bangun dan duduk di sampingku. Wajahnya kesal. Kenapa lagi ini.
“Kakak memeluk suami sendiri dan bilang cowok lain imut.”
Lho, cemburu. Gila ya cemburu sama artis drama.
“Ya ampun Ren dia kan artis, nah liat memang ganteng dan imutkan.”
“Jahat, gimana kakak bisa bilang begitu. Aku kan suami kakak. Seharusnya aku yang di bilang imut kan. Dibilang ganteng kan. Tapi gimana kakak bisa bilang cowok lain imut di depan suami sendiri.”
Aaaaaaa. Aku menghela nafas.
“Sayang, Nonna itu cantik kan?” tunjukku di layar tv. Nonna cantik sedang minum kopi bersama temannya.
“Jelek.”
Cepat sekali menjawabnya. Gila ya, kamu haters apa.
“Kalau ini, bla...bla...bla... yang main drama ini. Yang idol grup tapi jadi ratu drama. Bla. Bla.” aku menyebutkan nama-nama artis populer yang dramanya pernah kami tonton. Yang cantik dan berkulit bening bak kaca.
“Jelek.”
Tanpa berfikir. Apa!
“Kalau bla...bla...bla...” aku menyebutkan artis dalam negri yang populer yang followernya sampai jutaan. Yang like foto-foto mereka sampai ratusan ribu. Yang postingannya berbau iklan semua itu.
“Jelek. Jelek. Siapa lagi. Jelek semua”
“Kalau begitu siapa yang cantik?” Emosi dan angkat tangan sekaligus.
“Kakak.”
“Hahaha. Sayang.” Aku mau mati saking malunya. Bagaimana bisa aku dibandingkan dengan kecantikan selebriti dan artis ternama itu.“Maaf Sayang, Ren yang paling ganteng, Ren yang paling imut dan manis.” Muah, muah, muah. Kucium seluruh wajahnya. Aku punya suami bucin level akut. “Ren yang paling manis di seluruh jagat raya.”
“Kakak yang paling manis.”
“Ren.”
“Kakak yang paling cantik.”
“Hemm, kalau itu fakta si. Hahaha.” Aku tergelak sendiri. “ Hei turunkan aku.” Ren tiba-tiba sudah menggendongku.
“Aku mau memakan kakak. Habis kakak imut banget.”
“Hei dramanya belum habis.” Aku menunjuk tv.
“Besok lagi.”
“Hei aku mau matikan tv. Turunkan aku dulu.”
“Biar aku yang matikan nanti.”
Tidak mau menurunkanku. Pasrah, akhirnya aku terdiam, dia membawaku ke kamar.
“Tunggu di sini dan jangan bergerak. Kakak bergerak satu centi saja aku akan menghukum kakak.” Hiii aku bergidik, karena dia bicara sambil menempelkan bibirnya di telingaku.
“Ampun, aku akan diam. Matikan tv dulu sana.”
Dan selanjutnya setelah dia mematikan tv dan masuk ke kamar, biarkan para orangtua yang tau lebih jelasnya. Hahaha.
Bersambung...
" Terimakasih yang sudah membaca kisah kakak Ayana dan Ren, yang baper boleh mulai berdoa dari sekarang, semoga jodohnya imut, mengemaskan, sayang, baik hati. hehe gak jauh-jauh dari Ren. Mohon dukungannya kakak, like dan favoritnya ya. semoga kalian semua bahagia 🥰 @LaSheira"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾
ren ya ampun maaf kamu kok ngambek nya gemesin gini
2025-01-19
0
Tamao Mirai
pengen nabok ren.. 🤣🤣🤣
2025-03-16
0
Triya Sari
🤣🤣🤣, nanggung ah kak
2024-08-04
1