2. Terkunci

Poke...poke.

Kesadaranku kembali menapak bumi saat jari Ren menusuk pipiku berulang kali. Eh, aku terkejut saat melihat sudah sampai di depan gerbang. Lebih-lebih saat melihat senyum dan mata mengeryitnya. Curiga. Aku dapat dengan mudah menerjemahkan senyum bocah ini, maksudnya senyum suamiku.

“Apa yang kakak pikirkan?” bertanya tapi entah kenapa aku memprediksi dia tidak akan semudah itu percaya dengan apa yang aku katakan.

“Memikirkan Ren.” Kata sok imut yang membuatku merinding sendiri. “Aku turun ya, makasih sudah diantar.”

Aku mengulurkan tangan ingin meraih jemarinya dan cium tangan. Namun ia menepis. Eh kenapa ini? Ia menaruh kedua tangannya di kemudi. Dan yang terjadi selanjutnya jauh lebih kusesali, kenapa aku tidak membuka pintu dulu tadi. Ceklik. Pintu mobil terkunci. Dia tidak melepaskanku.

“Ren nanti terlambat ke kantor bagaimana?” membujuk level satu.

“Kakak, aku kan karyawan yang disayang. Terlambat sebentar juga tidak apa-apa.” Hei, gila ya, mengatakan dengan wajah sepolos itu. Ini kan tindakan tidak terpuji. Namanya kamu diistimewakan. Kenapa? Karena wajah tampanmu itu. Karena dua bola mata benih yang bahkan selalu meluluhkan hatiku itu.

“Bukan disayang seperti hubungan laki-laki dan perempuan Kak.”

Aku tahu! Siapa juga yang tanya. Tunggu, apa dia sedang menjawab isi pikiranku.

Ren menyandarkan kepala di kemudi, memiringkan wajahnya hingga menatapku. “Apa yang Kakak pikirkan tadi?”

Masih pertanyaan itu lagi Gerrrrr. Geram sendiri aku dibuatnya.

Berusaha tersenyum walaupun kesal.

“Kan sudah dijawab tadi, memikirkan Ren. Suamiku tersayang.” Rayuan level 2 sudah keluar kata sayang.

“Apa Kakak tidak merasa bersalah padaku?”

Eh, kenapa lagi ini. Aku tidak mengatakan apa pun saat melamun tadi kan. Aku masih ingat, dia membicarakan tentang rencana kencan akhir pekan. Ingin makan es cream di toko yang baru dibuka tidak jauh dari kantornya, dan aku sudah tidak menapak bumi lagi setelahnya.

“Kakak bahkan tidak mendengarkanku bicara, bagaimana bisa bilang memikirkanku.”

Ya Tuhan, dia merajuk. Level berapa ini, sebelum jawabanku memuaskannya dia tidak akan melepaskanku.

“Maaf ya Ren, aku melamun tadi.” Rayuan level 3 sentuhan lembut di kepala.

“Apa yang Kakak pikirkan tadi?”

Ini bocah keras kepalanya.

“Beneran tadi mikirin Ren. Ingin buat peraturan baru di rumah. Kira-kira apa ya, yang bisa membuat Ren tidak sanggup melaksanakan dan sering melanggar. Ingin sesekali bisa menghukum Ren.” Aku meliriknya sambil tertawa jahat.

Dia puas dengan jawabanku, sepertinya. Tawanya sudah memenuhi udara. Ia menatapku dalam. “Kakak tahu kan, kenapa aku selalu mematuhi peraturan yang Kakak buat?”

Dia memiringkan tubuhnya. Menatapku dalam dengan bola mata bening itu. Jemarinya mengangkat daguku, mau tidak mau aku mendongakkan wajah. Menatapnya juga. Sial. Dadaku bergemuruh. Aku masih gemetaran kalau dia melakukan ini. Deg, deg. Rasanya jantungku ingin meledak. Tunggu, kenapa mataku fokus ke bibirnya sekarang. Aku ingin menciumnya. Malu sendiri dengan isi kepalaku.

“Aku selalu mematuhi aturan Kakak, karena aku mencintai Kakak.” Glek, aku menelan ludah. “Dan aku berharap kakak juga seperti itu.”

“Apa?” kujawab lirih sambil menenangkan hatiku.

“Kakak mematuhi aturanku, karena Kakak mencintaiku.”

Apa! Kenapa aku merasa bersalah. Baiklah, aku memang sering sekali melanggar peraturan. Tapi mendengarnya langsung jadi merasa menyedihkan begini.

“Baiklah. Hentikan!” kututup kedua matanya dengan tangan “Jantungku sudah mau meledak.”

“Hahaha.”

Tawanya memenuhi udara. Ren sangat mudah berganti suasana hati. Saat bersamaku dia bisa dengan gampangnya marah atau tersulut cemburu, tapi semudah itu pula ia bisa langsung memelukku, menciumku. Kadang suasana hatinya bisa dengan mudahnya berubah seperti mengedipkan mata.

“Sini cium” dia mengangkat tangan dan memajukan bibirnya. “Lima kali untuk meluluhkan hatiku.” Apa-apaan dia ini, walaupun jujur aku memang benar-benar ingin mencium bibirnya sekarang.

“Ren cium kening seperti biasanya aja ya?” kataku melihat situasi dan tempat kami sekarang.

“Tidak mau.” Cepat sekali menjawabnya.

“Baiklah sini.” Kucium tangannya. Kuraih tas untuk menutupi wajah kami sebagai jaga-jaga kalau ada yang melihat. Muah, muah, muah lima kali kecupan di bibirnya. Baiklah, dia tidak akan melepaskanku semudah itu. Muah, muah, muah. Anggap bonus. Setelah kecupan entah keberapa kali terdengar suara kunci mobil terbuka. Anak ini benar-benar.

“Hehehe.” Dia tertawa.

“ Sudah ya, aku pergi” aku sudah menggerakkan kaki dan menyentuh pegangan pintu.

“Kakak!”

Apalagi! Emosi sudah. Tapi aku tetap memasang wajah penuh senyum menoleh padanya. Tidak lupa buru-buru membuka pintu mobil sedikit, takut dia berulah lagi.

“ Kakak, berusahalah!” Sambil mengepalkan tangan ke udara.

Wajah dan senyumnya mengatakan lain. Aku tahu itu. Membuat peraturan baru yang membuatku melanggarnya. Berusahalah. Hahaha. Begitu aku menerjemahkan seringai di bibirnya.

“Kakak!”

Apalagi! Aku menempelkan tubuh di pintu mobil. Ren menjentikkan jarinya agar aku mendekatkan kepala.

“Apalagi Ren sayang?” suaraku sudah selembut mungkin.

Dia menjentikkan jarinya lagi. Membuatku memasukan kepala ke dalam mobil mendekat ke arahnya.

“Telepon aku nanti ya!”

“Telepon? Kirim chat aja ya?”

“Aku ingin mendengar suara Kakak”

Aaaaaaa! Aku menjerit dalam hati. Mengatakan dengan wajah sepolos itu membuatku geram sekaligus sayang. Bisa tidak, bersikap dewasa sedikit. Begitu kira-kira aku berteriak dalam hati.

“Atau aku yang vidio call” ancamnya.

“Baiklah, nanti aku telepon ya saat makan siang.” Menyerah dengan ancaman vidio call.

Muah. Satu kecupan menyambar bibirku. Aku terperanjat dan memundurkan kepala. Sementara Ren tertawa puas berhasil mengerjaiku.

“I love you Kak, aku berangkat ya?”

Jantungku masih berdetak kuat saat mobilnya berlalu. Aku masih berdiri, melambai pada mobilnya yang terus bergerak menjauh. Dasar bocah, dasar suamiku maksudnya. Setelah mobilnya benar-benar tidak terlihat lagi aku berjalan memasuki gerbang sekolah.

Selamat pagi sekolah

Hariku bersama anak-anak yang bahkan jauh lebih kekanakan dari Ren, kira-kira apa yang menyambutku hari ini ya.

Bersambung

" Kakak sudah dukung kami kan? 😍 @REN"

Terpopuler

Comments

✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾

✾Tɑ˪ˡʈʜΑ✾

ini kenapa manis banget ren nya , mereka nikah karena dijodohkan atau gimana ya

2025-01-15

0

Diankeren

Diankeren

tuaan sapa hayoo??
dlu nkah'y kr'na centah atau pnjdohan yak🤔

blm napak nih sayah 🤣

2023-11-26

4

Ita rahmawati

Ita rahmawati

masih nyimak

2023-09-01

0

lihat semua
Episodes
1 1. Simpan Hpmu
2 2. Terkunci
3 3. Di Sekolah
4 4. Home Sweat Home
5 5. Side Story
6 6. Selamat Pagi
7 7. Ren Memasak
8 8. Chapter Bonus : Ayana
9 9. Makan Siang Bersama
10 10. Setrika Pakaian (Part 1)
11 11. Setrika Pakaian (Part 2)
12 12. Kencan (Part 1)
13 13. Kencan (part 2)
14 14. Kencan Part 3
15 15. Rumahku Syurgaku
16 16. Kirana
17 Side Story
18 Bias Kak Aya siapa?
19 Side Story
20 Muridku (Part 1)
21 Muridku (Part 2)
22 Muridku (Part 3)
23 Sore Di Depan Kompleks
24 Malam yang panjang
25 Andrian (Part 1)
26 Andrian (Part 2)
27 Andrian (Part 3)
28 Andrian (Part 4)
29 Side Story
30 Cerita 2 tahun lalu (Part 1)
31 Cerita 2 Tahun lalu (Part 2)
32 Cerita 2 Tahun lalu (Part 3)
33 Cerita 2 tahun lalu (Part 4 end)
34 Ulang tahun pernikahan
35 Memulai Pagi
36 Pertanyaan
37 Dewasanya Ren
38 Side Story (Perjodohan)
39 Side Story (Pengintaian Dimulai)
40 Side Story (Ketahuan Bu Aya)
41 Side Story (Jatuh Cinta)
42 Energi ekstra
43 Surat Andrian
44 Side Story (Di Kantor)
45 Side Story ( Mas Gilang)
46 Side Strory (Bala Bantuan)
47 Side Story (Restu Mas Gilang)
48 Side Story (Makan Malam)
49 Galau
50 Mengigau
51 Keributan Pagi (Part 1)
52 Keributan Pagi (Part 2)
53 Side Story (Surat Panggilan Wali Murid)
54 Pertemuan Wali Murid
55 Side Story (Pengakuan Mita)
56 Side Story (Panggilan untuk Renan)
57 Khawatir Kepada Siapa?
58 Side Story ( Menjaga Cinta)
59 Pintu Masuk Syurga
60 Side Story ( Bu Tiwi)
61 Harinya Ren
62 Nonton Film Berlanjut
63 Pulang Ke Rumah Mama
64 Side Story ( Hijab)
65 Menginap
66 Kesibukan kerja
67 Final Episode (Panggilan Kakak)
68 Terimakasih ^_^
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1. Simpan Hpmu
2
2. Terkunci
3
3. Di Sekolah
4
4. Home Sweat Home
5
5. Side Story
6
6. Selamat Pagi
7
7. Ren Memasak
8
8. Chapter Bonus : Ayana
9
9. Makan Siang Bersama
10
10. Setrika Pakaian (Part 1)
11
11. Setrika Pakaian (Part 2)
12
12. Kencan (Part 1)
13
13. Kencan (part 2)
14
14. Kencan Part 3
15
15. Rumahku Syurgaku
16
16. Kirana
17
Side Story
18
Bias Kak Aya siapa?
19
Side Story
20
Muridku (Part 1)
21
Muridku (Part 2)
22
Muridku (Part 3)
23
Sore Di Depan Kompleks
24
Malam yang panjang
25
Andrian (Part 1)
26
Andrian (Part 2)
27
Andrian (Part 3)
28
Andrian (Part 4)
29
Side Story
30
Cerita 2 tahun lalu (Part 1)
31
Cerita 2 Tahun lalu (Part 2)
32
Cerita 2 Tahun lalu (Part 3)
33
Cerita 2 tahun lalu (Part 4 end)
34
Ulang tahun pernikahan
35
Memulai Pagi
36
Pertanyaan
37
Dewasanya Ren
38
Side Story (Perjodohan)
39
Side Story (Pengintaian Dimulai)
40
Side Story (Ketahuan Bu Aya)
41
Side Story (Jatuh Cinta)
42
Energi ekstra
43
Surat Andrian
44
Side Story (Di Kantor)
45
Side Story ( Mas Gilang)
46
Side Strory (Bala Bantuan)
47
Side Story (Restu Mas Gilang)
48
Side Story (Makan Malam)
49
Galau
50
Mengigau
51
Keributan Pagi (Part 1)
52
Keributan Pagi (Part 2)
53
Side Story (Surat Panggilan Wali Murid)
54
Pertemuan Wali Murid
55
Side Story (Pengakuan Mita)
56
Side Story (Panggilan untuk Renan)
57
Khawatir Kepada Siapa?
58
Side Story ( Menjaga Cinta)
59
Pintu Masuk Syurga
60
Side Story ( Bu Tiwi)
61
Harinya Ren
62
Nonton Film Berlanjut
63
Pulang Ke Rumah Mama
64
Side Story ( Hijab)
65
Menginap
66
Kesibukan kerja
67
Final Episode (Panggilan Kakak)
68
Terimakasih ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!