Ketika Cinta Harus Memilih
Pagi ini, Ayra terlambat bangun karena semalam tidur terlalu larut. Setelah mengerjakan tugas sekolah dia tidak langsung tidur, sebab dirinya harus masih menyelesaikan pekerjaan yang di berikan saudari tirinya. Yaitu, mencuci gaun pesta Tasya yang sengaja di lemparkan ke wajahnya.
"Capek banget, sih! Aku mau langsung tidur ah, udah gak kuat ini mata." Di regangkan kedua tangannya ke samping.
Tiba-tiba, Tasya datang setelah menggebrak pintu.
Brakk
"Cuciin baju aku sekarang juga! Besok mau aku pake ke pesta ulang tahun Kendra." Tasya tiba-tiba datang sambil melemparkan gaun pesta ke wajah Ayra.
"Tapi, Sya. Ini kan sudah malam, aku capek banget. Gimana kalau besok saja, oke!" Ucapan Ayra dengan cepat di bantah Tasya.
"Kamu tidak mau melakukan perintahku, heh!" Tasya berkacak pinggang di hadapan Ayra.
Dengan cepat Ayra menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, Sya. Tapi, saat ini aku sudah ngantuk dan capek sekali. Lagi pula acaranya kan malam, jadi aku bisa mencucinya di pagi hari sebelum berangkat sekolah." Ucap Ayra menawar.
Tasya langsung menyentak. "Tidak. Aku mau sekarang juga kau mencucinya dan segera menjemurnya biar cepat kering." Kata Tasya keukeuh. "Besok tinggal kamu setrika biar rapi. Tapi awas, jangan sampai gaunku ini rusak. Jika gaun ini rusak, kau akan tahu akibatnya!" Ancam Tasya dan ia pun berlalu meninggalkan kamar Ayra.
Sedangkan Ayra sendiri hanya menatap lesu sampai punggung Tasya hilang seiring tertutupnya pintu kamar yang di banting dengan keras.
Brakk
Ayra sampai terkejut karena suara pintu yang di banting terdengar nyaring. Dia sampai mengelus dada karena merasa syok.
"Kenapa dia selalu membuatku kesusahan?" Gerutu kesal Ayra yang tak bisa diungkapkan depan Tasya.
Tasya selalu memperlakukan Ayra dengan buruk. Ia mengolok-olok dan menyiksa Ayra jika dia melakukan kesalahan sedikit saja. Bukannya Ayra tak pernah melawan perlakuan Tasya kepadanya. Namun, saat itu ia malah dihukum oleh ayah tirinya dengan dilarang tidak boleh keluar rumah walaupun itu ke sekolah. Ia di kurung di dalam kamarnya selama berhari-hari tanpa di biarkan keluar walau hanya ke dapur saja.
Ayah tirinya selalu membeda-bedakan kedua gadis itu. Berbeda dengan ibunya yang memperlakukan mereka secara adil dengan kasih sayang yang sama. Sehingga Ayra tak bisa berbuat apapun karena ayah tirinya selalu membela Tasya.
Malam itu juga Ayra mencuci gaun pesta Tasya dengan hati-hati. Ia takut merusak gaun itu. Selesai mencuci, Ayra bergegas ke kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Rasa penat, lelah, bercampur rasa kantuk menghinggapinya. Tak lama kemudian, ia pun terlelap menuju alam mimpi. Sampai pagi harinya, ia malah terlambat bangun dan lagi-lagi harus kena omelan Tasya.
"Woi pembokat, bangun kamu. Jam berapa ini? Dasar pemalas." Teriak Tasya yang sudah berdiri di depan Ayra.
Ayra mengerjapkan matanya sambil berkata lirih. "Jam berapa ini, Sya?" Tanya Ayra sedikit bergumam.
"Jam tujuh lewat lima belas menit." Ketus Tasya yang sontak membuat Ayra terkejut.
Mata Ayra membulat sempurna dengan diikuti tubuhnya yang beranjak dari tempat tidur. "Apa? Jam tujuh lewat. Oh ya ampun." Ayra bergegas melompat dari kasurnya menuju kamar mandi.
Melihat Ayra berlari,Tasya kembali berteriak. "Kamu itu sekarang jadi pemalas, ya. Mentang-mentang ayah gak ada di rumah." Lanjut Tasya dengan nada cibiran nya. Ayra sendiri tak menghiraukan cibiran Tasya. Ia mandi tanpa mendengar ocehan saudara tirinya itu. "Hei pembokat, tugas aku belom kelar. Kerjain semuanya dan bawa ke sekolah sekarang. Awas kalau enggak di kerjain!" Ancamnya yang kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Aku taruh di meja bukunya." Kemudian Tasya pergi setelah menaruh bukunya di meja.
Dia berangkat lebih dulu ke sekolah meninggalkan Ayra yang masih mandi. Selesai mandi, Ayra langsung berpakaian rapi dan bersiap berangkat ke sekolah. Semua buku pelajaran hari ini tak lupa ia bawa, termasuk buku tugasnya. Diliriknya buku Tasya yang tergeletak di meja belajarnya.
"Haish, Tasya selalu seperti ini. Mana ini sudah jam setengah delapan." Dia pun menyambar buku tugas Tasya dan memasukannya kedalam tas miliknya. "Aku bakal terlambat ini." Ia celingukan mencari angkot yang biasa lewat depan rumahnya namun tak ada satu pun yang lewat. Ayra pun berlari menuju sekolah yang jaraknya lumayan cukup jauh. "Hah ... hah!" Nafasnya terengah-engah karena ia terus berlari kencang tanpa berhenti sebentar saja.
Teeeeeetttt.
Bel tanda masuk berbunyi nyaring, tepat saat dia sampai di pintu gerbang.
"Syukurlah!" Ia pun buru-buru masuk kedalam sekolah setelah tersenyum kepada satpam. "Pagi, pak." Sapa Ayra kepada satpam.
"Pagi juga neng Ayra." Satpam membalas sapaan Ayra dengan ramah.
Ia berlalu masuk kedalam kelas setelah melewati satpam dan tentunya beberapa kelas lainnya. Sesampainya di dalam kelas, Tasya bergegas menghampirinya untuk meminta buku tugas yang di berikan kepada Ayra untuk di kerjakan
"Mana buku aku?" Tasya menengadahkan tangan meminta buku tugasnya.
"Belum sempat, Sya. Aku berangkat sekolah dengan berlari, karena tak ada angkot yang lewat satu pun." Ujar Ayra malas yang sedang kelelahan.
"Bodoh. Cepat kerjakan. Guru sebentar lagi datang." Hardik Tasya langsung sambil berbisik.
Saat Ayra akan mengerjakan tugas Tasya, bu guru masuk ke dalam kelas dan meminta semua muridnya untuk mengumpulkan tugas.
"Selamat pagi semua. Ayo, kumpulkan semua buku tugas yang kemarin ibu berikan kepada kalian!" Perintah ibu guru kepada muridnya.
Tasya langsung panik. Ia menatap tajam kepada Ayra yang duduk di belakang sendiri. "Awas kau, Ayra. Kalau sampai aku di hukum bu Ambar, kamu yang bakal aku salahin." Sorot mata Tasya menggambarkan kekesalan pada saudari tirinya itu.
Sedangkan Ayra, dia bingung harus berbuat apa. Bukan salahnya juga jika Tasya terkena hukuman karena tak mengerjakan tugas. Itu kesalahan dia sendiri, kenapa tak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Padahal, dia tak mengerjakan pekerjaan lain di rumah. Semua pekerjaan rumah di kerjakan Ayra mulai dari memasak sampai beres-beres rumah. Semenjak ibunya meninggal dua tahun lalu, Ayra terpaksa tinggal bersama ayah tirinya dan juga Tasya.
Mengapa ayah tirinya dan Tasya mau menampung Ayra di rumah. Itu karena rumah yang di tempati mereka adalah rumah milik ayah kandung Ayra. Maka, mereka mau tinggal bersama Ayra dan menumpang di rumah itu.
Randi sebagai ketua murid pun bertugas mengumpulkan semua tugas dari murid yang lain. Ia berkeliling mengambil semua buku dari teman-temannya. Saat sampai di bangku Tasya, ia bingung karena Tasya tak memberikan buku tugasnya.
"Sya, mana bukunya?" Tanya Randi berbisik.
"Belum kelar. Buku aku ada di Ayra. Dia minjem buku tugasku." Alibinya membuat Randi menoleh ke belakang.
"Dia bangun kesiangan dan berangkat kesini juga dengan berlari karena gak ada angkot. Kamu tega biarin dia di hukum?" Alasan Tasya supaya Randi maklum.
Ayra memang anak baik. Sehingga semua temannya sayang dan bersimpati padanya. Mereka tahu jika Ayra tak mempunyai orang tua dan dia hidup sendiri. Karena itu Ayra, jadi Randi melewatinya dan membiarkan Ayra mengerjakan tugas yang padahal itu tugas milik Tasya. Dia memberikan waktu pada Ayra untuk mengerjakan tugasnya. Ayra bingung kenapa Randi tak menghampiri bangkunya. Saat ia akan berdiri dan hendak memanggil Randi, bu guru meliriknya.
"Apa semua bukunya sudah di kumpulkan?" Tanya bu guru.
"Sudah bu." Jawab mereka serempak.
"Baiklah, simpan di depan dan sekarang buka buku paket halaman 87 sampai 92. Kerjakan soalnya di depan!" Kata bu guru.
Tasya menoleh ke belakang. "Cepat kerjakan supaya kita selamat." Arti dari tatapan mata yang di tunjukan Tasya kepada Ayra.
Ayra langsung menyalin semua tugasnya di buku tugas Tasya. Setelah selesai, ia memberikan kode kepada Tasya bahwa tugasnya sudah selesai. Tasya mencari cara supaya bisa menaruh buku mereka di depan. Caranya yaitu meminta bantuan Randi.
"Psssttt, udah kelar. Gimana caranya biar bisa di taruh di meja bu Ambar?" Tanya Tasya yang berbisik.
Randi menoleh ke belakang dengan Ayra yang mengangguk. Dia pun mencari cara untuk menaruhnya. Saat mereka bingung, bu Ambar tiba-tiba di panggil ke ruang guru.
"Baiklah, tulis semuanya di buku catatan dan kerjakan tugasnya di depan kelas setelah ibu kembali." Bu Ambar keluar dari ruang kelas.
Ini kesempatan mereka untuk menaruh tugas di meja tanpa di ketahui guru kalau mereka baru menaruhnya.
"Eh Ay, kamu belum menaruh tugasmu di depan?" Tanya mereka saat Ayra menaruh buku tugas di meja.
"Belum. Tadi aku ...!"
"Tumben bener Ayra terlambat mengerjakan tugas. Biasanya kan paling awal." Mereka terheran.
"Dia terlambat bangun." Jelas Tasya yang duduk di depan.
"Oohhh." Mereka pun hanya ber oh saja dan tidak mempermasalahkannya.
Tasya tersenyum penuh kemenangan. Dia tertawa dalam hati sambil mengelus dada karena merasa lega. "Untung itu Ayra. Coba kalau aku yang telat, mungkin mereka bakal mencibir aku. Huuuh, selamat deh aku." Batin Tasya memekik kegirangan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Yeni lisna Setyadie
cerita di awal mirip kisahnya kayla sama rania yaah
2024-06-08
0
Asmidar
lanjut
2022-09-06
0
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
Salken kk author el disini akan mendaratkan 52 buah like ke kk author
2022-02-27
5